Meneropong Upaya Barat untuk Merusak Citra Republik Islam Iran
https://parstoday.ir/id/news/other-i176916-meneropong_upaya_barat_untuk_merusak_citra_republik_islam_iran
Pars Today – Negara-negara anggota Mekanisme Reaksi Cepat, RRM, kelompok G7 yaitu Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Inggris, Amerika Serikat, dan Uni Eropa, ditambah Australia dan Selandia Baru, mengeluarkan pernyataan bersama.
(last modified 2025-09-13T14:04:48+00:00 )
Sep 13, 2025 20:57 Asia/Jakarta
  • Meneropong Upaya Barat untuk Merusak Citra Republik Islam Iran

Pars Today – Negara-negara anggota Mekanisme Reaksi Cepat, RRM, kelompok G7 yaitu Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Inggris, Amerika Serikat, dan Uni Eropa, ditambah Australia dan Selandia Baru, mengeluarkan pernyataan bersama.

Pada hari Jumat (12/9/2025) negara-negara ini dalam pernyataannya mengaku mengecam langkah-langkah Iran, dalam meningkatkan kampanye penumpasan oposan lintas batas.
 
Dalam pernyataan bersama itu statemen terbaru Australia, Kanada, Prancis, Jerman, Belanda, Selandia Baru, Inggris, dan AS, menyinggung upaya-upaya yang terus meningkat dinas-dinas intelijen Iran, terhadap para oposan politik di luar negeri.
 
Klaim Barat, dalam hal ini bertolak belakang secara tegas dengan kondisi kelompok-kelompok opsisi Iran di luar negeri termasuk kelompok teroris munafik MKO, yang selama bertahun-tahun dilindungi dan didukung secara langsung oleh negara-negara Barat, di Eropa dan AS, yang terus melakukan aktivitas destruktif dan anti-Iran.
 
Jika klaim-klaim terkait upaya dinas-dinas intelijen Iran, untuk menghadapi dan menindak para penentang di luar negeri, benar, maka dengan memperhatikan kemampuan Iran termasuk saat membalas serangan Rezim Zionis, dengan melesakkan rudal dan drone ke beberapa titik di Wilayah pendudukan, Tehran sepenuhnya mampu memberikan tindakan efektif terhadap anasir-anasir bayaran ini. 
 
Jika tidak melakukan apa pun, maka hal itu hanya karena soliditas pemerintahan Republik Islam, dan kehinaan kelompok-kelompok anti-Revolusi Islam tersebut.
 
Pada saat yang sama, klaim-klaim kosong negara-negara Barat terhadap Iran, disampaikan padahal negara-negara itu sendiri selama sekian lama menutup mata atas aksi-aksi anti-kemanusiaan rezim-rezim boneka Barat saat meneror oposisi di luar negeri, dan menumpas penentang di dalam negeri.
 
Contoh nyata masalah ini adalah kebisuan Barat terhadap tindakan berulang Rezim Zionis dalam meneror penentang rezim ini di negara lain baik dengan menggunakan pasukan peneror, maupun dengan serangan mengejutkan, dan baru-baru ini dengan serangan udara membabi buta lewat dukungan penuh AS.
 
Biasanya Barat, selalu menggunakan standar ganda saat berhadapan dengan masalah-masalah sensitif seperti terorisme dan pembungkaman dalam negeri baik pembungkaman wartawanan atau kelompok minoritas.
 
Sekarang dalam pernyataan bersama G7 bersama Australia dan Selandia Baru, masalah ini juga nampak dengan jelas. Pertanyaan utamanya adalah apa alasan sensitivitas tinggi Barat terhadap Iran, sehingga melakukan berbagai tuduhan tanpa bukti dalam masalah ini?
 
Jika memang benar tuduhan negara-negara ini terhadap Iran, adalah bukti pelanggaran hak asasi manusia dan terorisme negara, lalu mengapa negara-negara ini tidak mengambil sikap apa pun atas aksi-aksi Israel yang sangat terang-terangan dan terbuka, dan dengan kebodohan serta kebanggaan penuh diumumkan oleh Rezim Zionis sendiri?
 
Banyak bukti yang menunjukkan aksi-aksi terror dan penumpasan yang dilakukan Israel, di dalam Wilayah pendudukan, dan di negara lain. Salah satu kasus terbaru dari aksi terror ini adalah serangan udara Israel ke tempat berkumpulnya para pemimpin Hamas di Doha, Qatar.
 
Ini adalah bukti nyata ketidakpedulian Rezim Zionis terhadap kedaulatan dan integritas teritorial Qatar, dan juga pelanggaran nyata atas aturan serta hukum internasional, sehingga menjadi simbol nyata terorisme negara. Poin menarik di sini adalah dukungan terbuka AS atas aksi kejahatan ini, dan sikap lembut negara-negara Barat dalam hal ini.
 
Negara-negara G7, dan sekutu-sekutunya memiliki rekam jejak panjang dalam mendukung rezim-rezim penumpas dalam beberapa dekade terakhir. Salah satu contohnya adalah dukungan penuh AS terhadap Rezim Jenderal Augusto Pinochet, di Chile di dekade 1970.
 
Pinochet naik tahta setelah menggulingkan Presiden Salvador Allende, dari sayap kiri lewat kudeta, lalu membunuhnya pada tahun 1973, dan berkuasa atas Chile selama 17 tahun sampai tahun 1990. Di masa pemerintahannya, Pinochet melakukan banyak pembungkaman total kebebasan berpendapat, dan menumpas para wartawan serta oposisi di negara itu.
 
Menurut laporan sebuah komisi pemerintahan di Chile pada tahun 2011, jumlah korban pemerintah Pinochet, yang dipenjara dan disiksa mencapai 40.000 orang, dan 3.065 orang di antaranya meninggal dunia. Pada saat yang sama AS dan negara-negara Barat alih-alih mengecam aksi Rezim Pinochet di Chile, mereka, terutama Washington, bahkan selalu menjadi pendukung utama diktator Chile tersebut. (HS)