Pelanggaran HAM Berlanjut di Bahrain di Tengah Kebungkaman Internasional
(last modified Sun, 08 Aug 2021 02:19:49 GMT )
Aug 08, 2021 09:19 Asia/Jakarta

Lebih dari 10 tahun telah berlalu sejak revolusi rakyat Bahrain melawan pemerintahan otoriter Al Khalifa di negara ini. Revolusi yang ditindas oleh Al Khalifa dengan bantuan milisi Al Saud dan membunuh orang-orang di negara ini.

Setelah 10 tahun dan represi berat selama periode ini yang diikuti dengan penangkapan dan pemenjaraan serta pemberian hukuman mati bagi pemuda revolusioner negeri ini, rakyat terus menekankan perlunya memenuhi tuntutan mereka yang sah dan melaksanakan reformasi politik dan sosial serta memilih untuk tidak menyerah.

Penangkapan beberapa remaja yang ikut protes di Bahrain

Sementara itu, sejumlah warga distrik Sanabis di Bahrain menggelar demonstrasi damai hari Jumat (06/08/2021), dan menegaskan kembali perlunya pembebasan tanpa syarat tahanan politik di negara itu dan menyatakan bahwa mereka tidak akan mundur dari tuntutan mereka dalam hal ini.

Selama demonstrasi Jumat kemarin, para pengunjuk rasa memegang foto tahanan politik, termasuk Hasan Mushaima, dan menuntut pembebasan mereka segera.

Demonstrasi rakyat Bahrain tidak akan berhenti dan mereka menghadapi penindasan berat Al Khalifa, sementara berbagai lembaga dan organisasi internasional yang aktif di bidang hukum menutup mata terhadap perkembangan di negara ini dan represif Al Khalifa. Mereka hanya puas dengan mengeluarkan pernyataan.

Misalnya, Amnesti Internasional Sabtu lalu mengeluarkan pernyataan yang menggambarkan Hasan Mushaima sebagai salah satu tahanan paling penting di dunia yang berada di penjara Al Khalifa.

Terlepas dari publikasi laporan tersebut dan sikap aktivis sosial, dan bahkan sikap beberapa individu dan perwakilan di negara-negara dan institusi Barat, tampaknya Al Khalifa telah kebal dari pelanggaran hak asasi manusia, berkat dukungan kekuatan Barat dan rezim Zionis. Al Khalifa tidak peduli mengenai masalah ini, bahkan suara dari Eropa.

Lebih dari 10 tahun telah berlalu sejak revolusi rakyat Bahrain melawan pemerintahan otoriter Al Khalifa di negara ini. Revolusi yang ditindas oleh Al Khalifa dengan bantuan milisi Al Saud dan membunuh orang-orang di negara ini.

Sebelumnya, beberapa anggota Parlemen Eropa telah meminta pemerintah mereka untuk mengejar catatan hak asasi manusia di Bahrain dan pelanggaran hak-hak para pemrotes dan aktivis di negara itu, dan untuk menekan otoritas Manama. Namun sejauh ini belum terlihat dan bahkan otoritas Bahrain terus memberikan tekanan tidak manusiawi pada tahanan politik.

Satu bulan yang lalu, aktivis Bahrain Ali Mushaima, putra Sheikh Hasan Mushaima, Sekretaris Jenderal Gerakan Hak Bahrain, menyatakan keprihatinan tentang kondisi ayahnya yang memburuk.

Dua bulan lalu, Amnesti Internasional menyatakan dalam sebuah laporan tentang Hasan Mushaima bahwa dia telah berada di penjara selama 3.730 hari, tidak termasuk tahanan sebelumnya.

Amnesti Internasional melaporkan bahwa situasi hak asasi manusia yang mengerikan di Bahrain telah menarik perhatian banyak pakar dan aktivis hak asasi manusia.

Sebelumnya, gerakan internasional menyebabkan pembebasan beberapa tahanan politik di Bahrain, termasuk Nabeel Rajab dan Najah Yusuf, tetapi kebebasan ini tidak termasuk Hasan Mushaima yang berusia 73 tahun, dan rezim Al Khalifa terus menahan mereka.

Sheikh Hasan Mushaima, Sekretaris Jenderal Gerakan Hak

Rezim Al Khalifa terus memberikan tekanan politik dan sosial pada para tahanan, merampas hak-hak dasar mereka, dan bermaksud untuk mengadakan pemilihan parlemen tahun depan di balik langkah-langkah dramatis serta normalisasi hubungan dengan rezim Zionis.

Oleh karena itu, alih-alih menuduh negara lain, lembaga internasional harus memperhatikan pelanggaran HAM berat di negara-negara seperti Arab Saudi dan Bahrain, yang warganya menjadi korban kebijakan otoriter karena sikap diam yang mendukung. (SL)

Tags