Transformasi Asia Barat, 22 Januari 2022
Perkembangan di negara-negara Asia Barat selama sepekan lalu diwarnai sejumlah isu penting di antaranya Jet Tempur Koalisi Saudi Serang Pusat Penahanan di Saada dan respon dunia.
Selain itu, masih ada isu lainnya seperti Jual Senjata ke ISIS, Sejumlah Perwira Militer Irak Ditangkap, Pertahanannya Dijebol Militer Yaman, UEA Minta Bantuan Israel, Nama Haider al-Abadi Dicoret dari Daftar Kandidat PM Baru Irak, Luna al-Shibl: Suriah akan Membalas Kesetiaan Iran, Gara-Gara Libatkan Israel, Kuwait Boikot Festival Sastra UEA, Menlu Yordania: Opsi Militer Tidak Efektif di Suriah, Investasi Asing di Saudi Merosot, WSJ Ungkap Penyebabnya, Media Zionis Akui Kerentanan Israel terhadap Serangan Rudal Yaman.
Jet Tempur Koalisi Saudi Serang Pusat Penahanan di Saada
Jet-jet tempur pasukan koalisi yang dipimpin Arab Saudi dilaporkan menyerang pusat penahanan di Provinsi Saada, Yaman barat laut.
Menurut jaringan televisi al-Masirah, puluhan orang tewas dan terluka dalam serangan udara pasukan koalisi Arab Saudi di sebuah pusat penahanan di barat laut Yaman pada Jumat (21/1/2022) pagi.
Menurut laporan itu, upaya untuk mengeluarkan para korban dari puing-puing bangungan yang runtuh masih berlangsung dan belum ada data pasti mengenai jumlah korban.
Sekitar 2.500 orang berada di pusat penahanan di Provinsi Saada, dan petugas penyelamat saat ini sedang berusaha mencari korban selamat.
Sementara itu, media Yaman melaporkan pada Kamis malam bahwa pesawat tempur Arab Saudi juga menyerang pelabuhan al-Hudaydah, Yaman barat.
Koalisi yang dipimpin Arab Saudi mengklaim bahwa pelabuhan al-Hudaydah merupakan ancaman bagi pelayaran dan digunakan untuk penyelundupan senjata.
Arab Saudi, dengan dukungan Amerika Serikat, Uni Emirat Arab dan beberapa negara lain, telah melancarkan invasi militer ke Yaman dan memblokade negara ini dari darat, laut dan udara sejak Maret 2015.
Invasi militer pasukan koalisi yang dipimpin Arab Saudi ke Yaman sejauh ini telah menewaskan lebih dari 16.000 warga Yaman, melukai puluhan ribu lainnya dan membuat jutaan warga Yaman mengungsi.
Badan-badan PBB, termasuk Organisasi Kesehatan Dunia dan UNICEF, telah berulang kali memperingatkan bahwa rakyat Yaman terus menghadapi kelaparan dan bencana kemanusiaan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam satu abad terakhir.
Sekjen PBB Kecam Serangan Terbaru Jet Tempur Saudi ke Yaman
Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres pada Jumat malam mengutuk serangan terbaru jet tempur Saudi di provinsi Saada Yaman.
Sekjen PBB, Antonio Guterres dalam sebuah pernyataan Jumat (21/1/2022) malam mengatakan,"Serangan udara lain tercatat di Yaman menyerang warga sipil, yang menewaskan dan melukai anak-anak,".
Dia menyerukan penyelidikan yang cepat dan transparan atas insiden tersebut dengan tujuan meminta pertanggungjawaban pelakunya.
Serangan udara ke sebuah penjara di provinsi Saada pada Jumat pagi menjadi salah satu serangan paling mematikan oleh koalisi agresor yang dipimpin Arab Saudi di Yaman, dengan lebih dari 177 orang tewas dan terluka.
Serangan udara koalisi aggressor pimpinan Saudi di Yaman terus-menerus dilancarkan di Sanaa, al-Hudaydah dan Saada yang dimulai pada hari Selasa setelah serangan balasan Yaman ke Uni Emirat Arab (UEA) dengan menggunakan puluhan drone dan rudal balistik.
Jual Senjata ke ISIS, Sejumlah Perwira Militer Irak Ditangkap
Media Irak mengabarkan penangkapan sejumlah perwira militer negara itu karena dituduh menjual senjata milik Koalisi Amerika Serikat, ke ISIS.
Stasiun televisi Al Ahed, Kamis (20/1/2022) di akun Twitternya menulis, "Komandan Divisi Keenam Pasukan Infanteri dan 13 perwira Irak lain ditangkap karena menjual senjata Brigade 22 ke ISIS di Tarmia, Baghdad."
Pada saat yang sama stasiun televisi Russia Today mengutip sumber media Irak mengabarkan, "Akibat menjual senjata milik Koalisi AS yang diberikan kepada pasukan Irak, 10 perwira militer Irak ditangkap."
Menurut sumber tersebut, senjata yang dijual terdiri dari senjata ringan, berat dan peralatan militer lain, dan para perwira militer Irak itu dituduh telah menjualnya ke kelompok bersenjata.
Pada 23 Desember 2021, Russia Today melaporkan, seorang perwira militer Irak ditangkap karena menjual senjata hadiah dari Koalisi AS.
Pertahanannya Dijebol Militer Yaman, UEA Minta Bantuan Israel
Selepas operasi terbaru militer dan komite rakyat Yaman terhadap Uni Emirat Arab, pemerintah Abu Dhabi meminta bantuan segera kepada sebuah perusahaan pembuat sistem pertahanan udara rezim Zionis Israel.
Stasiun televisi Al Jazeera, Kamis (20/1/2022) mengutip surat kabar Israel, Yedioth Ahronoth melaporkan, setelah serangan terbaru militer Yaman ke UEA, pemerintah Abu Dhabi berusaha membeli sistem pertahanan udara dari Israel.
Direktur perusahaan pembuat anti-drone Israel, SKYLOCK, mengatakan bahwa UEA meminta bantuan segera kepada perusahaan ini.
UEA ingin mengembangkan arsenalnya dengan memanfaatkan sistem pertahanan udara Israel, dan dalam beberapa bulan terakhir UEA telah membeli salah satu sistem pertahanan udara ini, dan menempatkannya di wilayah negara itu.
Direktur SKYLOCK menuturkan, "Setelah serangan yang terjadi minggu ini, UEA menanyakan kepada kami apa yang bisa kami sediakan dalam waktu tercepat, pada daftar panjang sistem-sistem pertahanan ini."
Pada hari Senin lalu, setelah Yaman beberapa kali memperingatkan UEA terkait agresi militernya, media-media UEA mengabarkan serangan drone ke beberapa lokasi di negara itu.
Nama Haider al-Abadi Dicoret dari Daftar Kandidat PM Baru Irak
Sebuah sumber di Gerakan Sadr mengatakan, nama Haider al-Abadi, pemimpin Koalisi al-Nasr, telah dicoret dari daftar calon perdana menteri baru Irak.
"Para kandidat untuk jabatan perdana menteri Irak hanya berjumlah segelintir orang," kata sumber itu seperti dikutip laman Shafaq News, Rabu (19/1/2022).
Dia menuturkan Muqtada al-Sadr adalah pembuat keputusan final untuk menentukan orang yang tepat untuk memimpin pemerintahan baru Irak, yang berlandaskan pada pandangan mayoritas nasional.
Sebelumnya, sebuah sumber di Komite Kerangka Koordinasi Syiah Irak mengatakan komite sedang mencoba untuk mencalonkan Haider al-Abadi dan Mohammad Tawfiq al-Alawi, sementara Gerakan Sadr menyodorkan nama Mustafa al-Kadhimi dan beberapa tokoh yang berafiliasi dengan kelompok itu.
Para anggota Komite Kerangka Koordinasi Syiah Irak juga mengadakan pertemuan di rumah Sayid Ammar Hakim, Ketua Gerakan Kebijaksanaan Nasional di Baghdad pada Selasa malam.
Luna al-Shibl: Suriah akan Membalas Kesetiaan Iran
Penasihat Khusus Presiden Suriah menggambarkan hubungan Suriah-Iran sebagai hubungan yang telah terjalin lama dan bersejarah.
"Iran berdiri bersama pemerintah dan tentara Suriah selama krisis," kata Luna al-Shibl dalam wawancara dengan televisi RT Arabic pada Selasa (18/1/2022).
Dia menambahkan pemerintah Suriah telah berhasil mematahkan blokade Amerika Serikat dan negara-negara Barat dan memenuhi kebutuhan dasar warganya.
"Pemerintah Suriah sedang berperang dan wajar jika meminta bantuan sekutunya," ujar al-Shibl.
Suriah, sambungnya, akan memutuskan siapa yang bisa berada di wilayahnya dan siapa yang tidak, dan Suriah akan membalas kesetiaan Iran.
Dia mengutuk serangan rezim Zionis Israel di wilayah Suriah, dan mengatakan setiap kali teroris terdesak, serangan Israel akan meningkat.
"Israel adalah entitas pendudukan sepanjang sejarah dan telah mendukung terorisme di Suriah," tandasnya.
Gara-Gara Libatkan Israel, Kuwait Boikot Festival Sastra UEA
Delegasi budaya Kuwait memboikot festival sastra internasional di Uni Emirat Arab (UEA) karena partisipasi penulis rezim Zionis.
Situs Al-Quds Al-Arabi hari Senin (17/1/2022) melaporkan, Koalisi "Teluk Melawan Kompromi" (Teluk Persia menentang normalisasi hubungan dengan rezim Zionis) mengumumkan bahwa delegasi Kuwait ini terdiri dari sekelompok penulis, akademisi, dan intelektual yang memboikot festival sastra internasional UEA.
Menurut laporan itu, penyelenggara Festival Sastra Emirates Airlines telah mengumumkan nama-nama mereka yang diundang ke festival tersebut, termasuk penulis Israel David Grossman, seorang pendukung apartheid di Israel yang menentang hak pengungsi Palestina untuk kembali.
Gerakan boikot Zionis juga mengucapkan terima kasih kepada para penulis dan akademisi yang memboikot festival agar tetap berpegang pada posisinya, dan meminta tamu-tamu lain untuk memboikot festival karena partisipasi penulis Israel.
UEA dan Bahrain menandatangani perjanjian kompromi dengan rezim Zionis di bawah naungan Presiden AS Donald Trump. Perdana Menteri Naftali Bennett melakukan kunjungan ke UEA. dengan Muhammad bin Zayed, Putra Mahkota Abu Dhabi.
Menlu Yordania: Opsi Militer Tidak Efektif di Suriah
Menteri Luar Negeri Yordania menilai opsi militer tidak efektif di Suriah, dan opsi politik menjadi satu-satunya solusi penyelesaian krisis Suriah.
Menteri Luar Negeri Yordania Ayman al-Safadi pada Sabtu (15/1/2022) malam mengatakan, "Yordania mendukung langkah-langkah baru untuk menyelesaikan krisis di negara tetangga, dan kita harus memastikan langkah politik yang serius demi mengakhiri krisis,".
"Yordania telah menampung lebih dari satu juta pengungsi sejak awal perang di Suriah. Selain itu, negara ini menghadapi ancaman terorisme dan narkoba di perbatasan karena konflik yang terus berlanjut," ujar Menlu Yordania.
"Krisis Suriah telah berlangsung selama 11 tahun, dan kami harus mengambil tindakan yang diperlukan untuk menyelesaikannya," tegasnya.
Al-Safadi menyesalkan penurunan fokus masyarakat internasional pada kasus pengungsi Suriah.
"Krisis Suriah telah menyebabkan banyak penderitaan dan kehancuran, dan kami tidak dapat berpegang pada kebijakan yang sama seperti sebelumnya," papar Al Safadi.
Krisis di Suriah dimulai pada tahun 2011 dengan serangan besar-besaran kelompok teroris yang didukung oleh Arab Saudi, Amerika Serikat dan sekutu mereka untuk mengubah perimbangan regional demi mendukung rezim Zionis.
Lebih dari 12 juta orang mengungsi selama krisis delapan tahun di Suriah.
Investasi Asing di Saudi Merosot, WSJ Ungkap Penyebabnya
Sebuah surat kabar Amerika melaporkan penurunan tajam investasi asing di Arab Saudi dan pukulan berat perusahaan-perusahaan Amerika terhadap Putra Mahkota Saudi, Mohammed bin Salman.
The Wall Street Journal dalam sebuah artikel yang dimuat Sabtu (15/1/2022) tentang penurunan drastis investasi asing di Arab Saudi, menyebut iklim investasi di Arab Saudi tidak menguntungkan bagi investor asing.
Artikel tersebut menyatakan bahwa Arab Saudi telah menarik perusahaan terbaik di dunia untuk mendiversifikasi perekonomiannya. Tetapi upaya Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman pada tahun 2016 justru membuat iklim bisnis memburuk dan investor sangat khawatir untuk berinvestasi di negara yang kaya minyak itu.
Artikel tersebut juga membahas fakta bahwa perusahaan seperti Uber Technology, General Electric dan beberapa perusahaan asing lainnya di Arab Saudi terkena biaya pajak tinggi, yang mencapai puluhan juta dolar.
Situasi tersebut menyebabkan banyak perusahaan asing mengurangi operasi mereka di Arab Saudi atau menunda rencana investasi dan pengembangannya.
Di sisi lain, Kementerian Penanaman Modal Saudi mengungkapkan peningkatan biaya 250 persen per tahun dalam perizinan untuk investor baru pada tahun 2021, dan mengklaim minat investor asing di negara ini masih tinggi.
Menjalarnya korupsi di Arab Saudi, dengan keterlibatan para pangeran dan pejabat senior rezim Al-Saud, merupakan hambatan utama untuk menarik investasi asing.
Banyak perusahaan multinasional yang beroperasi di Arab Saudi juga mengalami masalah pajak, karena kurangnya transparansi, kompatibilitas, dan prosedur hukum dibandingkan dengan negara lain tempat mereka berinvestasi.
Media Zionis Akui Kerentanan Israel terhadap Serangan Rudal Yaman
Media Zionis mengakui bahwa serangan rudal Yaman ke sejumlah target di UEA, menimbulkan kekhawatiran atas serangan serupa ke Israel yang rentan dari kemungkinan serangan rudal Yaman.
Televisi Al-Mayadeen melaporkan, media Zionis hari Rabu (19/1/2022) mengakui bahwa wilayah Eilat tidak akan aman dari rudal yang ditembakkan oleh tentara Yaman dan Ansarullah.
Tentara Yaman pada hari Senin menargetkan bandara Dubai dan Abu Dhabi serta kilang minyak Abu Dhabi dan sejumlah fasilitas penting UEA lainnya dengan lima rudal balistik dan rudal jelajah bersama sejumlah besar UAV dalam Operasi Badai Yaman.
Juru bicara Angkatan Bersenjata Yaman Yahya Saree mengatakan, rudal yang digunakan dalam Operasi Badai Yaman adalah rudal jelajah Quds 2 yang menargetkan kilang minyak UEA dan bandara Abu Dhabi.
"Rudal balistik Zulfiqar juga ditargetkan ke arah bandara Dubai serta sejumlah target sensitif dan penting UEA dengan drone Samad 3," ujarnya.
Serangan pasukan Yaman ke UEA terjadi pada saat negara itu baru-baru ini mengintensifkan serangan agresifnya di Yaman.