Reaksi Negara Arab terhadap Krisis Ukraina
Reaksi negara-negara Arab kawasan Asia Barat atas krisis Ukraina menunjukkan bahwa krisis tersebut membuat sejumlah pejabat negara Arab di kawasan kebingungan dan bahkan memiliki interpretasi baru atas tatanan keamanan kawasan.
Serangan Rusia ke Ukraina menuai reaksi luas dunia. Sementara itu, reaksi negara-negara Arab di kawasan Asia Barat menunjukkan bahwa negara-negara tersebut, yang sebagian besar juga merupakan sekutu Amerika Serikat, semakin realistis terhadap perkembangan di kawasan.
Uni Emirat Arab (UEA) yang menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB di sidang Dewan Keamanan memberi suara abstain atas resolusi mengecam Rusia karena menyerang Ukraina. Sementara Arab Saudi, sampai saat ini belum menunjukkan respon atas serangan tersebut dan sekedar meminta warganya meninggalkan Ukraina. Yordania juga mengambil sikap seperti Arab Saudi. Qatar meminta kedua belah pihak menahan diri. Irak juga tidak memiliki sikap resmi. Sementara Mesir sampai saat ini tidak menunjukkan respon atas serangan Rusia. Secara umum, negara-negara sekutu Amerika Serikat ini memilih bungkam atau menunjukkan sikap pasif serta sekedar meminta warganya meninggalkan Ukraina.
Sikap negara-negara Arab sekutu Amerika di kawasan Asia Barat ini mengindikasikan bahwa negara-negara tersebut tidak mengiringi sikap resmi Amerika dalam mengecam serangan Rusia ke Ukraina. Reaksi tersebut memiliki sejumlah alasan utama.
Pertama, negara-negara Arab ini juga sampai pada kesimpulan bahwa pengaruh dan peran Amerika Serikat di kawasan Asia Barat semakin turun. Kedua, negara-negara ini mengavaluasi perilaku dan sikap Amerika terhadap Ukraina, dan sampai pada kesimpulan bahwa pada dasarnya Amerika di saat-saat genting tidak mendukung sekutunya. Pendekatan Amerika ini juga telah tampak nyata di tahun 2011 terhadap para pemimpin seperti Hosni Mubarak dan Zine El Abidine Ben Ali. Dan kini sikap tersebut kembali diulang di krisis Ukraina.
Dengan demikian, para pemimpin negara-negara Arab di Asia Barat mulai tidak percaya kepada Amerika Serikat. Ketiga, negara-negara Arab sekutu Amerika tengah membandingkan sikap negara ini dengan sikap Rusia terhadap sekutunya. Rusia sejak tahun 2011, ketika Suriah mengalami krisis, tetap mendukung Damaskus dan berdiri bersama Suriah, sikap yang tidak ditunjukkan Amerika terhadap sekutunya.
Di antara negara-negara Arab di kawasan Asia Barat, Lebanon dan Suriah telah mengambil sikap tegas terhadap invasi Rusia ke Ukraina. Kementerian Luar Negeri Lebanon mengutuk serangan terhadap Ukraina, tetapi sikap tergesa-gesa ini dikritik secara luas di dalam Lebanon, dan bahkan Menteri Tenaga Kerja Lebanon Moustafa Bayram seraya menentang sikap Kementerian Luar Negeri menyatakan bahwa posisi resmi Lebanon harus disertai dengan kebijakan netralitas. Jadi, meskipun Lebanon mengutuk tindakan Rusia, tidak ada konsensus dalam hal ini di dalam struktur kekuasaan Lebanon dan bahkan di dalam pemerintahan negara Arab ini.
Hanya Suriah yang menunjukkan sikap resmi terkait krisis Ukraina dan tidak ada friksi di dalam negeri mengenainya. Presiden Suriah, Bashar al-Assad di kontak telepon dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin menyatakan dukungan atas invasi Moskow ke Ukraina. Reaksi resmi Suriah ini menunjukkan hubungan mendalam kedua negara. Suriah juga seperti negara Arab lainnya mengakui menguatnya posisi Rusia di kawasan Asia Barat. (MF)