Pernyataan Terbaru Rahbar Mengenai Perang di Yaman
Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei bertemu dengan para pejabat Republik Islam Iran pada Selasa malam, 12 April 2022. Dalam pidatonya, Rahbar menjelaskan beberapa hal terkait isu-isu dalam dan luar negeri.
Ayatullah Khamenei memuji keberanian rakyat Yaman yang tertindas dalam menghadapi pasukan agresor yang dipimpin oleh Arab Saudi. Agresi militer pasukan koalisi yang dipimpin oleh Arab Saudi ke Yaman telah memasuki tahun kedelapan, namun belum ada tujuan yang dicapai oleh Riyadh dalam perang ini, dan bahkan tidak ada kabar bahwa Arab Saudi akan menang dalam perang yang dipaksakan terhadap Yaman itu.
"Mengenai Yaman, saya memiliki kata nasihat kepada para pejabat Arab Saudi. Ini saya katakan atas dasar kebaikan. Mengapa Anda melanjutkan perang yang Anda sendiri yakin tidak akan menang? Apakah ada kemungkinan kemenangan bagi Arab Saudi dalam perang Yaman ini? Kemungkinan menangnya pun tidak ada," kata Ayatullah Khamenei di hadapan para pejabat Republik Islam Iran, Selasa (12/4/2022).
Rahbar menambahkan, dengan usaha keras yang dimiliki oleh rakyat Yaman, dengan keberanian yang ditunjukkan oleh pemimpin mereka, dan dengan tindakan dan inisiatif mereka yang membanggakan di berbagai sektor, maka tidak ada kemungkinan bagi Arab Saudi untuk menang.
"Mengapa perang yang tidak ada kemungkinan di dalamnya untuk menang dilanjutkan? Carilah jalan agar Anda bisa keluar dari perang ini," tegasnya.
Rahbar melanjutkan, baru-baru ini dilakukan perundingan meskipun di atas kertas atau dalam ucapan, bahwa akan dilakukan penghentian perang (gencatan senjata) selama dua bulan, ini sangat baik, jika insya Allah, benar-benar terjadi penghentian perang meskipun hanya dua bulan, ini sangat baik dan harus berlanjut.
Ayatullah Khamenei menuturkan, rakyat Yaman adalah rakyat yang sabar dan benar-benar tertindas. Allah Swt akan membantu orang-orang yang tertindas. Rakyat Yaman yang teguh dan tangguh, dan rakyat Palestina yang juga teguh dan tangguh, insya Allah, akan dilimpahkan karunia dan anugerah ilahi.
Arab Saudi dan sekutunya, terutama Uni Emirat Arab (UEA) hingga sekarang masih melanjutkan agresinya terhadap Yaman. Meski pada awalnya, mereka mengklaim telah mencapai pencapaian yang signifikan dalam serangannya ke Yaman dan mengklaim telah menghancurkan perlawanan rakyat negara ini serta melemahkan Pemerintahan Penyelamatan Nasional Yaman dan Gerakan Ansarullah, namun fakta di lapangan berbeda. Rakyat Yaman justru makin kuat dan mampu membalas serangan musuh dengan menarget posisi penting dan fasilitas vital di Arab Saudi.
Serangan balasan militer dan komite rakyat Yaman yang dilancarkan dengan drone, rudal balistik dan rudal jelajah telah menyebabkan kerugian besar bagi rezim Al Saud. Sebagai contoh, serangan balasan terbaru Yaman terhadap kilang minyak Aramco di Jeddah menyebabkan kerugian beberapa miliar dolar bagi Arab Suadi.
Gencatan senjata baru-baru ini, yang telah dilaksanakan atas prakarsa Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sejak 2 April 2022, juga telah ratusan kali dilanggar oleh pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi dengan melakukan serangan udara, penyitaan kapal-kapal bantuan bahan bakar dan makanan untuk Yaman.
Selain itu, mereka juga enggan untuk mencabut blokade terhadap Yaman. Pelangaran terhadap gencatan senjata seperti itu juga telah sering dilakukan Arab Saudi sebelumnya, terutama di provinsi al-Hudaydah.
Meski Arab Saudi tidak mematuhi gencatan senjata, namun Pemerintah Penyelamatan Nasional Yaman terus mematuhi perjanjian ini. Langkah ini diambil mengingat kepentingan rakyat Yaman dan kebutuhan untuk membuka diri (mencari jalan keluar) terhadap situasi kemanusiaan yang sulit di negara itu.
Pemimpin Besar Revolusi Islam yang melihat kesia-siaan strategi rezim Al Saud di Yaman dan kesia-siaan perang yang dikobarkan Arab Saudi dan UEA di Yaman selama tujuh tahun terakhir, menasihati para pejabat Riyadh untuk menemukan jalan keluar dari perang tersebut.
Menurut Rahbar, gencatan senjata terbaru di Yaman akan menjadi faktor untuk memulai proses perdamaian dan dialog antara pihak-pihak yang bertikai dan mengakhiri perang sia-sia yang dilakukan oleh Arab Saudi dan UEA.
Tentu saja, ada beberapa alasan bagi Arab Saudi untuk menerima gencatan senjata dalam perang Yaman. Di antaranya adalah keputusasaan rezim Al Saud untuk memenangkan perang Yaman, dan untuk mencegah berlanjutnya serangan balasan drone dan rudal tanpa henti oleh militer dan komite rakyat Yaman ke pangkalan dan fasilitas Arab Saudi dan UEA.
Arab Saudi menerima gencatan senjata juga setelah pihaknya putus asa atas dukungan serius dan efektif Amerika Serikat untuk menangkal serangan balasan Yaman dan dimulainya pembicaraan politik di bawah pengawasan PBB untuk mencapai perdamaian di Yaman, terutama setelah pengunduran diri Abd Rabbuh Mansour Hadi dan berkuasanya Dewan Kepresidenan yang terdiri dari delapan anggota di Aden.
Yang pasti, koalisi yang dipimpin Arab Saudi dan didukung oleh Barat, tidak melihat adanya pilihan lain kecuali menerima gencatan senjata dan dimulainya perundingan politik. Hal ini disebabkan meningkatnya kekuatan Pemerintah Penyelamatan Nasional Yaman dan kemampuannya yang nyata untuk menyerang pusat-pusat penting dan fasilitas strategis Arab Saudi dan UEA, serta perkembangan terbaru di arena internasional disebabkan perang di Ukraina. (RA)