Ribuan Tahanan Politik di Bahrain Kondisinya Menyedihkan
(last modified Fri, 17 Feb 2023 07:46:44 GMT )
Feb 17, 2023 14:46 Asia/Jakarta

Lebih dari 2000 tahanan politik di Bahrain berada dalam kondisi sulit dan mengalami beragam penyiksaan oleh sipir penjara rezim Al Khalifa.

Kebangkitan rakyat Bahrain menentang penindasan rezim Al Khalifa telah memasuki tahun ke-13 sejak 14 Februari 2011.

Selama 12 tahun terakhir, Al Khalifa telah melakukan penindasan habis-habisan terhadap protes damai rakyat Bahrain dengan dukungan langsung dari Arab Saudi dan rezim Zionis Israel.

Dalam pendekatan keras tersebut, lebih dari 200 warga Bahrain gugur syahid dan ribuan lainnya terluka. Lebih dari 20 ribu orang juga telah ditangkap oleh pasukan keamanan.

Menurut berbagai laporan, saat ini terdapat 5.000 tahanan politik di penjara Al Khalifa, dan sekitar setengahnya menghadapi kondisi yang sulit.

Kebangkitan rakyat Bahrain menentang penindasan rezim Al Khalifa.

Dalam hal ini, aktivis hukum Bahrain Ebtisam al-Saegh mengumumkan bahwa dua ribu tahanan politik di Bahrain hidup dalam kondisi yang sangat sulit.

Tahanan politik Bahrain telah dipenjara selama bertahun-tahun, tetapi mereka belum diadili di pengadilan yang adil dan benar.

Alasan pemenjaraan mereka dikatakan mendukung terorisme dan membahayakan keamanan nasional, tetapi tidak ada dokumen dan bukti yang diberikan terkait hal ini.

Rezim Al Khalifa telah merampas hak-hak paling dasar tahanan politik Bahrain. Selain mempermalukan mereka, rezim juga tidak memberi mereka haknya yang paling mendasar.

Sejumlah besar tahanan politik Bahrain jatuh sakit dan menghadapi kematian bertahap karena luka mental dan emosional yang parah yang mereka derita.

Human Rights Watch dalam laporan HAM untuk tahun 2023 mengumumkan bahwa krisis Hak Asasi Manusia di Bahrain terus memburuk, di antaranya adalah kurangnya kebebasan politik dan kebebasan berekspresi. Selain itu, lanjut laporan itu, hak-hak dasar para tahanan politik juga dirampas.

Poin penting lainnya adalah bahwa ada anak-anak di bawah usia 18 tahun di antara tahanan politik Bahrain. Anak-anak ini dicabut pendidikannya. Keluarga mereka juga diancam agar takut dan menolak untuk berpartisipasi dalam demonstrasi menentang rezim.

Selain itu, anak-anak yang ditahan juga mengalami tekanan fisik dan mental yang parah. Hal ini yang juga disinggung oleh Ebtisam al-Saegh. Dia mengatakan, sejumlah besar anak-anak Bahrain berada di penjara dengan motif politik, yang belum pernah terjadi sebelumnya di dunia. Mereka diinterogasi oleh pasukan keamanan al-Khalifa, pasukan yang sangat kejam.

Masalah lainnya adalah setidaknya 26 tahanan politik Bahrain menghadapi hukuman mati. Vonis ini dikeluarkan terhadap para tahanan dalam keadaan di mana mereka dipaksa untuk mengaku di bawah siksaan berat. Padahal pengakuan paksa adalah salah satu contoh nyata pelanggaran HAM berat dan telah diangkat sebagai kejahatan kemanusiaan dalam banyak konvensi hukum internasional.

Wakil Direktur untuk Divisi Timur Tengah dan Afrika Utara Human Rights Watch Michael Page mengatakan, pihak berwenang Bahrain telah secara konsisten menyatakan bahwa mereka menghormati HAM, tetapi faktanya pengadilan mengandalkan pengakuan paksa dari terdakwa sehingga tindakan itu melanggar banyak kasus HAM, yang menjadi dasar hukuman mati dan menciptakan pola ketidakadilan.

Poin terakhir adalah bahwa meskipun banyak laporan terdokumentasi tentang pelanggaran hak tahanan politik di Bahrain, namun Barat yang mengklaim membela HAM dan juga PBB tidak mengambil tindakan apa pun untuk membela para tahanan tersebut.

Karena kebungkaman ini, rezim Al Khalifa tidak ragu untuk melanjutkan penindasan dan kekerasannya yang teroganisir terhadap tahanan dan warga Bahrain. (RA)