Transformasi Asia Barat, 6 Mei 2023
Transformasi di negara-negara Asia Barat selama sepekan lalu diwarnai sejumlah isu penting seperti; Presiden Iran Kunjungi Suriah, Begini Reaksi Media Zionis.
Selain itu, masih isu lainnya seperti;
- Media Zionis: Israel Harus Khawatirkan Lawatan Raisi ke Suriah
- Presiden Suriah: Transaksi dengan Dolar Harus Ditinggalkan
- Pejabat Senior Militer Saudi: Iran adalah Kawan Baik Kami
- Yaman: Perang Baru Tak akan Terbatas pada Negara Ini
- Perselisihan di Kabinet Netanyahu Memanas
- Parlemen Arab Kecam Kejahatan Terbaru Rezim Zionis
- PFLP: Kami Siap Sambut Intifada Ketiga
- Menlu Iran Hadir di Perbatasan Israel, Pejabat Zionis Cemas
- Aoun: Penyandang Dana Perang Harus Rekonstruksi Suriah
- Qatar Jadi Tuan Rumah Pertemuan Afghanistan, Indonesia Hadir
Presiden Iran Kunjungi Suriah, Begini Reaksi Media Zionis
Media Rezim Zionis, merespon lawatan Presiden Iran, ke Suriah, dan menyebutnya sebagai prestasi bagi poros perlawanan. Menurutnya prestasi ini disebabkan oleh kelemahan Israel, dan peluang-peluang yang hilang dari tangan Tel Aviv.
Roi Kais, jurnalis stasiun televisi Israel, KAN, Selasa (2/5/2023) di akun Twitternya menulis, "Presiden Iran dalam wawancara dengan TV Al Mayadeen berbicara soal lawatan ke Suriah, dan mengatakan, 'Kami terang-terangan mendukung seluruh front poros peralwanan, dan lawatan saya ke Suriah, juga dalam kerangka dukungan ini, pasalnya kami berusaha untuk menguatkan front perlawanan, dan kami tidak ragu dalam hal ini'."
Seorang pengamat masalah Iran, asal Rezim Zionis mengatakan, "Masalah ini berpengaruh, tapi lawatan Raisi, ke Suriah, lebih dari apa pun dilakukan untuk menandatangani kontrak-kontrak kerja sama ekonomi Iran dan Suriah, yang sudah disiapkan dalam beberapa tahun terakhir. Mulai dari kertas daur ulang hingga peluang-peluang ekonomi penting yang menguntungkan rakyat Iran, masing-masingnya adalah prestasi."
Wartawan surat kabar Israel Hayom, Shahar Klaiman menuturkan, "Raisi, menjelang lawatannya ke Suriah, melakukan wawancara dengan Al Mayadeen, dan mengancam Israel. Raisi berbicara soal dimulainya kembali hubungan Iran dan Arab Saudi, bahwa musuh-musuh termasuk Israel, marah atas hidupnya kembali hubungan ini."
Shahar Klaiman percaya bahwa kunjungan Presiden Iran ke Suriah, juga akan membahas masalah-masalah keamanan dua negara.
Media Zionis: Israel Harus Khawatirkan Lawatan Raisi ke Suriah
Media Rezim Zionis, dalam laporannya mengulas berbagai dimensi strategis lawatan Presiden Iran ke Suriah, dan mengatakan Tel Aviv harus mengkhawatirkan hasil kunjungan ini.
Kanal 13 televisi Rezim Zionis, Minggu (30/4/2023) melaporkan, "Lawatan Presiden Iran, Ebrahim Raisi, ke Suriah sangat spesial, dan Israel harus khawatir, terutama karena ini adalah lawatan pertama sejak tahun 2011, yaitu sejak pecah perang di Suriah."
Ditambahkannya, "Raisi sepertinya akan tiba di Damaskus hari Rabu, dan dalam kunjungan dua harinya, ia akan bertemu dengan Presiden Suriah Bashar Al Assad. Hal ini dilakukan ketika keduanya keluar dari berbagai protokol, dan akan melakukan peninjauan lapangan."
Menurut media Rezim Zionis ini, Iran ingin menyatukan poros Iran-Hizbullah, dengan Hamas-Jihad Islam, dan ini akan menghasilkan sebuah program baru terkait kebijakan Tehran di Timur Tengah.
Laporan media Rezim Zionis ini muncul setelah sehari sebelumnya sebuah sumber yang dekat dengan pemerintah Suriah, kepada Reuters mengatakan bahwa Ebrahim Raisi, minggu depan akan melakukan kunjungan ke Damaskus.
Presiden Suriah: Transaksi dengan Dolar Harus Ditinggalkan
Presiden Suriah dalam pertemuan dengan Utusan khusus Cina untuk Timur Tengah, mengatakan perang Amerika Serikat dan Barat pada level pertama adalah ekonomi. Menurutnya, bebas dari prasyarat transaksi dengan dolar Amerika, sudah menjadi keharusan.
Dikutip kantor berita SANA, Sabtu (29/4/2023) Bashar Al Assad, dalam pertemuan ini menuturkan, "Perubahan positif paling penting di level global adalah peran Cina, yang dengan tenang dan seimbang sedang meluas, dan peran ini adalah model baru dalam politik, ekonomi dan budaya."
Ia menambahkan, "Seluruh dunia hari ini membutuhkan partisipasi politik dan ekonomi Cina, sehingga sekali lagi keseimbangan dapat terwujud di level global, terutama di bawah hubungan Cina-Rusia, dan koalisi negara-negara BRICS yang dapat menciptakan sistem global multilateralisme."
Di sisi lain, Bashar Al Assad juga mengapresiasi mediasi Cina, yang berhasil memulihkan hubungan antara Iran, dan Arab Saudi.
"Negara-negara BRICS dapat memainkan peran kunci. Selain itu negara-negara tersebut dalam transaksi perdagangan harus menyingkirkan dolar Amerika, dan menggunakan Yuan, Cina," imbuhnya.
Pada saat yang sama, Assad mengaku tidak akan pernah melupakan bantuan Cina dalam perang untuk melindungi kedaulatan nasional negaranya, dan bantuan atas korban gempa bumi terakhir.
Pejabat Senior Militer Saudi: Iran adalah Kawan Baik Kami
Seorang pejabat senior militer Arab Saudi, yang menyambut kedatangan Kuasa Usaha Iran di negara itu menyebut Iran, sebagai kawan baik Saudi.
Stasiun televisi Al Ekhbariya, Sabtu (29/4/2023) melaporkan, Kuasa Usaha Iran di Saudi, Hassan Zarnegari, saat tiba di pangkalan udara King Abdullah di Jeddah, mendapat sambutan hangat dari Komandan Wilayah Al Gharbiyah, Saudi, Mayjen Ahmed Al Debais.
Dalam pertemuan itu, Mayjen Ahmed Al Debais kepada Zarnegari mengatakan, "Iran adalah kawan, kawan baik kami. Kami berharap Anda senang tinggal di negara kami. Raja, Putra Mahkota dan Menteri Pertahanan Saudi langsung memerintahkan kami untuk menjaga Anda, dan menyediakan semua yang Anda butuhkan. Kami senang Anda bersama kami."
Kuasa Usaha Iran untuk Saudi, berkunjung ke pangkalan King Abdullah, setelah evakuasi 65 warga Iran dari Sudan, yang dibantu oleh Saudi, dan menyampaikan apresiasi, serta ucapan terimakasih atas bantuan dan sambutan hangat pejabat Riyadh.
Pada 10 Maret lalu di Beijing, Iran dan Saudi sepakat memulai kembali hubungan diplomatik kedua negara yang sempat terputus, dan berdasarkan kesepakatan ini Kedutaan Besar dua negara akan dibuka kembali.
Yaman: Perang Baru Tak akan Terbatas pada Negara Ini
Perdana Menteri Pemerintah Penyelamatan Nasional Yaman, menyoroti tidak dipenuhinya janji-janji Arab Saudi. Menurutnya, tidak ada kontradiksi nyata di antara negara Koalisi Saudi-Uni Emirat Arab dalam perang melawan Yaman.
Dikutip stasiun televisi Al Masirah, Selasa (2/5/2023), Abdulaziz bin Habtour, mengatakan tidak ada indikasi apa pun yang menunjukkan bahwa Saudi telah memenuhi janji-janjinya, dan Riyadh tidak mau menjalankan komitmennya.
Ia menambahkan, "Kami mendesak agar semua kesepakatan yang dicapai, dilaksanakan. Kami menganggap masalah pembayaran gaji pegawai pemerintah Yaman, sebagai masalah kemanusiaan, dan kunci keamanan serta stabilitas."
Abdulaziz bin Habtour menjelaskan, "Pesan Mahdi Al Mashat, disampaikan kepada Utusan khusus PBB, supaya setiap pihak tahu di mana mereka menginjakkan kakinya, dan tidak ada bedanya apakah itu Dewan Keamanan PBB, Inggris atau Amerika Serikat."
Sebelumnya Ketua Dewan Tinggi Politik Yaman, Mahdi Al Mashat, bertemu dengan Utusan khusus PBB, dan memperingatkan upaya AS dan Inggris untuk menciptakan ketegangan di Yaman.
"Jika ketegangan baru terjadi di Yaman, itu akan merugikan dunia. Kami tidak akan menerima jika Yaman memasuki ketegangan baru, dan AS bersama Inggris, tidak akan selamat," pungkasnya.
Perselisihan di Kabinet Netanyahu Memanas
Media Zionis melaporkan eskalasi perselisihan antara Netanyahu dan anggota kabinetnya yang terus berlanjut.
Al-Mayadeen mengutip saluran televisi rezim Zionis kanal 12 hari Kamis (4/5/2023) melaporkan bahwa Perdana Menteri Benjamin Netanyahu telah menentang kunjungan pejabat kabinetnya ke Amerika Serikat.
Pejabat AS telah dua kali mengundang salah satu menteri Israel, Yuav Gallant untuk melakukan perjalanan ke Washington dan New York, dan dia juga berencana untuk melakukan perjalanan ke Amerika Serikat, tetapi Netanyahu mengatakan tidak menyetujuinya.
Ini adalah kedua kalinya Netanyahu mencegah Gallant bepergian ke luar negeri, dan Netanyahu telah memberi tahu pihak kantor Gallant mengenai penentangannya atas perjalanan gallant ke luar negeri.
Perselisihan dimulai ketika Yuav Gallant secara eksplisit menentang rencana reformasi peradilan Netanyahu, yang menyebabkan pemindahan Gallant dari Kementerian Perang ke kementerian lain.
Rencana reformasi yudisial yang diusung Netenyahu dinilai oleh pemukim Ziois sebagai kudeta konstitusional, yang menyebabkan ketegangan politik dalam tubuh Israel.
Parlemen Arab Kecam Kejahatan Terbaru Rezim Zionis
Parlemen Arab mengecam keras kejahatan terbaru rezim Zionis yang menyebabkan salah seorang pemimpin gerakan Jihad Islam Palestina, Khader Adnan syahid.
Sheikh Khader Adnan, salah satu pemimpin Gerakan Jihad Islam Palestina gugur pada hari Selasa, 2 Mei setelah 86 hari mogok makan di penjara Israel.
Dalam sebuah pernyataan Rabu (3/5/2023) malam, parlemen Arab menyerukan dukungan internasional terhadap para tahanan Palestina
Parlemen Arab juga meminta PBB, Palang Merah Internasional dan organisasi kemanusiaan dan HAM untuk mendukung para tahanan Palestina dan melaksanakan implementasi Perjanjian Jenewa tentang tahanan.
Parlemen Arab juga meminta komunitas internasional dan lembaga lembaga hak asasi manusia untuk mengakhiri sikap pasifnya terhadap aksi destruktif Israel terhadap tahanan Palestina dan menyerukan pembebasan mereka.
Lebih dari 4900 orang Palestina adalah tawanan di penjara Zionis, beberapa di antaranya adalah wanita dan anak -anak.
PFLP: Kami Siap Sambut Intifada Ketiga
Sekretaris Jenderal Front Rakyat untuk Pembebasan Palestina (PFLP) mengatakan bahwa situasi saat ini merupakan awal dari pecahnya intifada ketiga kapan saja, dan intifada ini akan jauh lebih dalam dan lebih kuat dari dua intifada sebelumnya.
Intifada Palestina pertama atau "Revolusi Batu" dimulai pada tahun 1987 dan diakhiri dengan Persetujuan Oslo pada tahun 1993.
Intifada Palestina kedua atau intifada Al-Aqsa dimulai pada tanggal 28 September 2000 dan berlanjut hingga tahun 2005.
Ahmed Saadat, Sekretaris Jenderal Front Rakyat untuk Pembebasan Palestina hari Minggu (30/4/2023) mengatakan, "Situasi Palestina saat ini menuntut kemunculan intifada ketiga,"
"Kondisi Palestina saat ini mirip dengan kondisi intifada pertama tahun 1987 dan intifada kedua tahun 2000, dan itu adalah persiapan untuk perlawanan baru, dan satu-satunya prasyarat untuk itu adalah persatuan nasional,"
Ahmed Saadat, yang saat ini menjadi tahanan Palestina, dijatuhi hukuman penjara 30 tahun oleh pengadilan rezim Zionis atas tuduhan keterlibatan dalam pembunuhan mantan menteri pariwisata Israel.
Menlu Iran Hadir di Perbatasan Israel, Pejabat Zionis Cemas
Para pejabat Rezim Zionis mengaku khawatir dengan kehadiran Menteri Luar Negeri Iran, Hossein Amir Abdollahian di perbatasan Wilayah pendudukan baru-baru ini.
Stasiun televisi Al Mayadeen, Minggu (30/4/2023) melaporkan, para pejabat Rezim Zionis, mengamati dengan cemas kunjungan Menlu Iran, ke Lebanon, dan sikapnya dalam lawatan ini.
"Para pejabat Rezim Zionis percaya bahwa pesan-pesan dari lawatan ini berada dalam kerangka perubahan strategis di kawasan, terutama karena Israel, di dalam negeri mengalami situasi yang sangat buruk," kata Al Mayadeen.
Berbagai analisa bermunculan terkait kunjungan Menlu Iran, ke Lebanon, dan kehadirannya di titik nol perbatasan Wilayah pendudukan, serta pesan-pesan dari langkah ini.
Akan tetapi dari seluruh analisa tersebut, terdapat titik kesamaan bahwa kehadiran Menlu Iran, di titik nol perbatasan Israel, adalah sebuah peristiwa yang mencemaskan, khususnya karena Israel, saat ini berhadapan dengan krisis internal yang luar biasa.
Stasiun televisi Rezim Zionis, KAN melaporkan, "Menlu Israel Eli Cohen, beberapa hari lalu berkunjung ke Turkmenistan, dan terang-terangan mengarahkan pandangan ke wilayah Iran. Apakah kehadiran Abdollahian di titik nol perbatasan Israel, adalah jawaban dari langkah Menlu Israel ini ?".
Aoun: Penyandang Dana Perang Harus Rekonstruksi Suriah
Mantan Presiden Lebanon, mengatakan berkat kerja sama orang-orang Suriah, Lebanon memulangkan pengungsi Suriah ke negara mereka, dan menurutnya orang-orang yang memberi uang supaya perang pecah di Suriah, harus merekonstruksi negara ini.
Michel Aoun, Minggu (30/4/2023) menuturkan, Beirut dengan kerja sama orang-orang Suriah, berhasil memulangkan 500.000 imigran Suriah, ke negara mereka.
Ia menambahkan, "Mereka ingin memasukkan para pengungsi Suriah, di tengah masyarakat Lebanon, dan ini berbahaya. Para pengungsi keamanan Suriah, bukan pengungsi politik."
Aoun menjelaskan, "Setelah dicapai kesepakatan dengan orang-orang Suriah, kami memulangkan 500.000 pengungsi ke negara mereka. kami tahu siapa yang menyebabkan para pengungsi masuk ke Lebanon. Beberapa negara berada di balik langkah ini. Kami sudah memperingatkan bahaya langkah tersebut, tapi pemerintah-pemerintah sebelumnya tidak memiliki kewaspadaan yang cukup."
Menurut Michel Aoun, PBB yang mendanai para pengungsi di Lebanon, mengapa tidak membantu memulangkan mereka ke Suriah, maka dari itu kita harus waspada dengan proyek Eropa, untuk menempatkan para pengungsi di Lebanon.
"Siapa pun yang telah membuat Suriah hancur, dan menyalurkan uang supaya perang pecah di negara itu, harus membangun Suriah," pungkasnya.
Qatar Jadi Tuan Rumah Pertemuan Afghanistan, Indonesia Hadir
Qatar akan menjadi tuan rumah pertemuan internasional di bawah pengawasan PBB mengenai Afghanistan yang akan dihadiri lebih dari 25 negara dan lembaga internasional.
Pada pertemuan mengenai Afghanistan yang akan digelar selama dua hari di Qatar, akan dikaji kebijakan pemerintah Taliban dan reaktivasi kasus Afghanistan di arena internasional.
Sekjen PBB, Antonio Guterres akan memimpin pertemuan yang berlangsung mulai besok.
Perwakilan Qatar, Iran, Indonesia, AS, Cina, Prancis, Jerman, India, Jepang, Kyrgyzstan, Kazakhstan, Norwegia, Pakistan, Rusia, Arab Saudi, Tajikistan, Turki, Turkmenistan, UEA, Inggris, Uzbekistan, serta institusi dari Uni Eropa, Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) dan Organisasi Kerja Sama Shanghai akan berpartisipasi dalam pertemuan ini.