Hizbullah Gelar Manuver Militer, Israel Khawatir dan Cemas
Gerakan Muqawama Islam Lebanon, Hizbullah menggelar latihan militer besar-besaran pada hari Minggu (21/5/2023) untuk mnedemonstrasikan persiapan pasukannya dalam kerangka mempertahankan wilayah Lebanon.
Manuver militer tersebut diadakan menjelang peringatan 23 tahun pembebasan Lebanon selatan dari pendudukan rezim Zionis Israel. Pada tanggal 25 Mei 2000, rezim Zionis mengalami kekalahan telak menghadapi perlawanan Hizbullah Lebanon, dan akibatnya terpaksa mundur dari Lebanon selatan. Hari tersebut kemudian dikenal sebagai "Hari Raya Perlawanan" di Lebanon.
Dalam latihan militer yang belum pernah terjadi sebelumnya di depan ratusan jurnalis ini, Hizbullah menampilkan sebagian kecil dari kemampuan teknis dan militernya di Lebanon selatan dan di perbatasan Palestina yang diduduki Israel. Latihan militer ini mengusung slogan "Kita akan melewatinya… dan kita sedang melewatinya." Manuver tersebut juga membawa banyak pesan bagi rezim Zionis.
Manuver militer Hizbullah menjadi hari yang sangat menyenangkan bagi lebih dari 650 jurnalis, tokoh media dan fotografer Lebanon dan asing, dan mereka berpartisipasi dalam manuver militer ini atas undangan Unit Hubungan Media Hizbullah. Undangan ini mengindikasikan kesiapan Hizbullah untuk unjuk kekuatan dalam menghadapi konfrontasi melawan musuh di masa mendatang.
Dalam latihan yang dianggap sebagai peringatan bagi rezim Zionis ini, Hizbullah hanya menunjukkan sebagian kecil dari kemampuannya. Mereka hanya menggunakan senjata-senjata seperti rudal anti-tank yang dipasang pada kendaraan ringan, peluncur roket dengan jangkauan dan ukuran yang berbeda, kendaraan lapis baja dan pesawat tanpa awak.
Menurut media Zionis, senjata yang tidak ditampilkan dalam manuver Hizbullah adalah rudal yang memiliki akurasi tinggi, dan ini menjadi masalah utama bagi Israel. Para pejabat Tel Aviv sangat khawatir dengan kemampuan rudal Hizbullah yang semakin meningkat.
Manuver Hizbullah juga merupakan simulasi untuk memasuki Palestina utara yang diduduki Israel, bahkan merebut dan menguasai wilayah al-Jalil. Bayang-bayang atas peristiwa ini telah membuat para pejabat Israel tidak bisa tidur nyenyak. Malah telah berubah menjadi mimpi buruk terbesar bagi Zionis.
Pasukan unit khusus Rizvan (Ridwan), yang menjadi perhatian khusus rezim Zionis, tampak duduk di kendaraan lapis baja berseragam bintik-bintik dengan penutup wajah. Mereka menunjukkan kekuatan dan pamornya di hadapan kamera ratusan wartawan dalam dan luar negeri.
Reaksi kalangan Zionis dan media rezim ilegal ini menunjukkan bahwa Israel mengkhawatirkan kemampuan Hizbullah yang terus meningkat. Rezim Zionis juga khawatir atas kemungkinan pembebasan Palestina utara yang didudukinya oleh Hizbullah, yang secara praktis akan melumpuhkan Israel dalam perang apa pun di masa depan.
Di sisi lain, beberapa analis dan kalangan Israel mengaitkan manuver Hizbullah dengan perang baru-baru ini antara Gerakan Jihad Islam Palestina dan militer Israel di Jalur Gaza.
Mereka meyakini bahwa manuver Hizbullah ini adalah cerminan praktis dari kata-kata Sekretaris Jenderal Hizbullah Sayid Hassan Nasrullah tentang persatuan perlawanan dan kesiapsiagaan untuk pertahanan komprehensif untuk membela Palestina.
Di antara pesan yang diterima Zionis dari manuver Hizbullah, menurut para ahli rezim Zionis, adalah penekanan pada persatuan wilayah perlawanan dari Republik Islam Iran hingga Lebanon, Palestina, Yaman, Suriah, Irak, dan seluruh kelompok perlawanan di kawasan
Selain itu, dalam bayang-bayang perkembangan baru dan cepat di kawasan, --yang dimulai dengan pemulihan hubungan antara Iran dan Arab Saudi hingga kembalinya Suriah ke Liga Arab, serta berita tentang negosiasi tidak langsung untuk pemulihan hubungan antara Arab Saudi dan Hizbullah--, manuver militer Hizbullah membawa pesan bahwa perlawanan Lebanon tidak tinggal jauh dari perkembangan positif di kawasan, dan Hizbullah tetap menjadi mata panah dari poros perlawanan terhadap rezim Zionis dan meningkatnya ancaman kabinet ektrem Perdana Menteri rezim Zionis Benjamin Netanyahu yang terus mengobarkan perang terhadap Masjid al-Aqsa.
Manuver Hizbullah sebenarnya menceritakan kemenangan perlawanan terhadap mesin-mesin perang rezim Zionis, yaitu kemenangan yang diraih berkat kerja sama militer, rakyat dan perlawanan. Kemenangan ini menjadikan Lebanon sebagai satu-satunya negara Arab yang pertama kali mampu mengusir pasukan rezim Zionis dari wilayah Lebanon dan memberikan model yang terhormat untuk mengakhiri pendudukan Zionis.
Model ini sekarang digunakan oleh kelompok-kelompok perlawanan lain di kawasan untuk melawan penjajah dan juga telah memperkuat harapan untuk membebaskan tanah yang diduduki Israel dan membentuk negara Palestina yang merdeka. (RA)