Transformasi Asia Barat, 19 Agustus 2023
(last modified Sat, 19 Aug 2023 11:21:06 GMT )
Aug 19, 2023 18:21 Asia/Jakarta
  • Menlu Iran Hossein Amir-Abdollahian saat bertemu Mohammad bin Salman di Riyadh
    Menlu Iran Hossein Amir-Abdollahian saat bertemu Mohammad bin Salman di Riyadh

Transformasi di negara-negara Asia Barat pekan lalu diwarnai sejumlah isu penting seperti; Bin Salman: Visi Kami pada Hubungan dengan Iran, Strategis.

Selain itu, masih ada isu-isu lainnya seperti;

  • Usai Pidato Nasrullah, Rezim Zionis Tak Koar-Koar Perang Lagi
  • PM Irak: Kami Tak Butuh Lagi Pasukan Asing
  • Militer Suriah Tangkis Serangan udara Israel di Damaskus
  • Untuk Pertama Kali, Saudi Tempatkan Dubes di Palestina
  • Hizbullah: Amerika Ingin Hidupkan Teroris Daesh
  • Perundingan di Yaman Berlanjut, Tim Mediasi Oman Tiba di Sanaa
  • Jenderal Zionis Sebut Netanyahu dan Menterinya Pembohong dan Penjahat

Bin Salman: Visi Kami pada Hubungan dengan Iran, Strategis

Putra Mahkota Arab Saudi dalam pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Iran menyampaikan salam dirinya dan Raja Saudi untuk Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, dan Presiden Iran.

Mohammad bin Salman, Jumat (18/8/2023) dalam pertemuan dengan Menlu Iran Hossein Amir Abdollahian mengatakan, visi Saudi terhadap hubungan dengan Iran, strategis, dan dalam hal ini Riyadh punya tekad serius.

Mohammad bin Salman

Di sisi lain, dalam pertemuan dengan Putra Mahkota Saudi, Menlu Iran, menekankan tekad Republik Islam Iran untuk mengembangkan hubungan dengan negara-negara kawasan, dan Saudi.

Seperti diketahui ini adalah kunjungan pertama Menlu Iran Hossein Amir Abdollahian ke Saudi, dan merupakan pertemuan perdananya dengan Putra Mahkota Saudi.

Putra Mahkota Saudi juga menekankan undangan terhadap Presiden Iran untuk berkunjung ke Riyadh, dan pertemuan dua pemimpin negara sebagai masalah yang sangat penting.

"Pertemuan pemimpin kedua negara dapat memberikan dampak-dampak mendasar terhadap upaya mengembangkan dan memperdalam hubungan bilateral, serta multilateral," imbuhnya.

Dalam pertemuan ini, Menlu Iran dan Putra Mahkota Saudi juga membahas sejumlah masalah regional dan internasional.

Usai Pidato Nasrullah, Rezim Zionis Tak Koar-Koar Perang Lagi

Pasca-pidato tegas terbaru Sekjen Hizbullah Lebanon yang menanggapi statemen Menteri Perang Rezim Zionis, Tel Aviv dan media-media Israel, yang setiap hari berbicara soal dekatnya perang di front utara, kini berubah sikap.

Surat kabar Israel, Maariv, Rabu (16/8/2023) menyinggung ancaman-ancaman Sekjen Hizbullah, terhadap Israel, dalam pidato terbarunya, dan pernyataannya terkait mengembalikan Israel, ke zaman batu.

Sayid Hasan Nasrullah

Mengutip statemen mantan Kepala Dinas Intelijen Militer Israel, Aman, Tamir Hayman, Maariv menulis, "Kecil kemungkinan Israel, akan terjun berperang di perbatasan selatan melawan Hizbullah."

Maariv menambahkan, "Setelah aksi provokasi Hizbullah di perbatasan Lebanon-Israel, dan usai pidato Nasrullah yang mengancam Israel, ketegangan luas tercipta, dan kekhawatiran atas ancaman keamanan meningkat."

Pada saat yang sama, Tamir Hayman menjelaskan, "Israel masih jauh dari perang melawan Hizbullah. Ini adalah pernyataan rutin dan selalu diulang. Saat ini di seluruh perbatasan terjadi penurunan gesekan. Kita sekarang masih jauh dari perang."

Sebelumnya Sekjen Hizbullah kepada Israel mengatakan, "Jika Anda berperang melawan Lebanon, maka Anda akan kembali ke zaman batu. Hari ini musuh jauh lebih lemah dibanding tahun 2006 dari sisi politik, militer, sosial dan semangat tempur, sementara poros perlawanan jauh lebih kuat dari masa itu."

PM Irak: Kami Tak Butuh Lagi Pasukan Asing

Perdana Menteri Irak mengatakan, Baghdad sedang melakukan negosiasi dengan koalisi Amerika Serikat, untuk menetapkan bentuk kerja sama di masa depan. Menurutnya, Irak tidak membutuhkan lagi pasukan asing.

Dikutip kantor berita Irak, INA, Senin (14/8/2023) Mohammad Shia Al Sudani menuturkan, "Irak hari ini tidak membutuhkan lagi pasukan asing. Negosiasi-negosiasi sedang dilakukan untuk memperjelas bentuk hubungan, dan kerja sama di masa depan dengan pasukan koalisi internasional."

PM Irak, Mohammad Shia al-Sudani

Ia menambahkan, "Tujuan dari pemikiran menyimpang ISIS yang dirancang dalam pertemuan-pertemuan tertutup adalah menguasai kawasan. Perlawanan Ayatullah Sistani, dan pengorbanan warga Irak, telah melumpuhkan ISIS."

Menurut Al Sudani, hak rakyat Irak, untuk bangga atas pengorbanan seluruh warga negara ini yang telah menghancurkan ISIS. Seluruh syuhada harus dihormati yang pertama adalah dua komandan perlawanan, Syahid Mahdi Al Muhandis, dan Syahid Qassem Soleimani.

Statemen ini disampaikan oleh PM Irak, setelah kunjungan yang dilakukan Menteri Pertahanan negara ini ke Amerika Serikat.

Sebelumnya juru bicara Kepala Staf Angkatan Bersenjata Irak, Yahya Rasool mengatakan, delegasi Irak, dalam kunjungan ke AS, akan membahas sejumlah masalah, terutama kehadiran pasukan koalisi internasional, kerja sama keamanan Irak-AS, pertukaran pengalaman dan informasi, khususnya di bidang intelijen dan penangkapan anasir teroris ISIS.

Militer Suriah Tangkis Serangan udara Israel di Damaskus

Pertahanan udara angkatan bersenjata Suriah berhasil menangkis serangan udara rezim Zionis di sekitar Damaskus.

Selama beberapa tahun terakhir, rezim Zionis telah berulang kali menyerang Damaskus dan berbagai wilayah Suriah dengan serangan udara, yang sebagian besar berhasil dipukul mundur oleh intersepsi pertahanan udara negara Arab ini.

Seorang pejabat tinggi keamanan Suriah kepada kantor berita Sputnik hari Minggu (13/8/2023) mengatakan bahwa jet-jet-jet tempur rezim Zionis menargetkan Damaskus dengan beberapa rudal dari wilayah pendudukan.

Pejabat keamanan ini mengumumkan bahwa pertahanan udara Suriah berhasil menghancurkan sebagian besar rudal musuh sebelum mencapai target.

Menurut laporan ini, tim teknis dari tentara Suriah dikirim ke salah satu lokasi target penyerangan untuk menyelidiki masalah tersebut.

Sebelumnya, kantor berita resmi Suriah (SANA) mengumumkan bahwa suara ledakan terdengar di pinggiran Damaskus, ibu kota negara ini.

Serangan udara rezim Zionis di Suriah terjadi pada saat pemerintah Suriah telah berulang kali mengirim surat ke Sekjen dan Dewan Keamanan PBB untuk mengutuk serangan ini dan meminta mereka menghentikannya.

Untuk Pertama Kali, Saudi Tempatkan Dubes di Palestina

Arab Saudi menunjuk Nayef bin Bandar Al-Sudairi, sebagai Duta Besar pertama negara itu untuk pemerintah Otorita Ramallah Palestina.

Dubes pertama Saudi untuk Otorita Ramallah, Sabtu (12/8/2023) menyerahkan surat kepercayaan sebagai Dubes Luar Biasa dan Berkuasa Penuh, yang tidak tinggal di Palestina, dan Konsulat Jenderal Saudi di Baitul Maqdis, kepada Penasihat Pemimpin Otorita Ramallah Palestina urusan diplomatik.

Kedubes Saudi di Yordania menjelaskan, penyerahan surat kepercayaan ini dilakukan dalam sebuah acara di Kedubes Palestina di Amman, yang dihadiri oleh Dubes Palestina untuk Yordania.

"Nayef bin Bandar Al-Sudairi akan menjadi Dubes pertama Arab Saudi, untuk pemerintah Otorita Ramallah Palestina," kata Kedubes Saudi di Yordania.

Setelah penyerahan surat kepercayaan tersebut, kedua pihak akan mempelajari hubungan bilateral dua negara sahabat, dan cara-cara untuk meningkatkan serta mengembangkan hubungan di segala bidang.

Nayef bin Bandar Al-Sudairi yang juga merupakan Dubes Saudi untuk Yordania, rencananya akan menjalankan kewajibannya sebagai Dubes Saudi untuk Otorita Ramallah, tanpa tinggal di Palestina dan bertugas secara luar biasa.

Penasihat Pemimpin Otorita Ramallah urusan diplomatik menegaskan, "Langkah penting ini akan membantu memperkuat hubungan dua bangsa, dan dua negara, Palestina dan Arab Saudi."

Hizbullah: Amerika Ingin Hidupkan Teroris Daesh

Sayid Hassan Nasrullah, Sekretaris Jenderal Hizbullah Lebanon menyampaikan belasungkawa atas terjadinya insiden teroris di Pakistan, Suriah dan Shahcheragh Shiraz, dan menambahkan, "Amerika sedang berupaya mengembalikan kelompok teroris Daesh ke berbagai bidang,".

Sekjen Hizbullah, Sayid Hasan Nasrullah

Sekretaris Jenderal Hizbullah Lebanon, Sayid Hassan Nasrullah dalam pidato peringatan 17 tahun kemenangan perlawanan terhadap rezim Zionis dalam perang 2006 Senin (14/8/2023) malam mengatakan, "Kepulangan yang berani ini menunjukkan stabilitas bangsa kita dan ketaatan pada tanah ini dan pilihan resistensi,".

"Di setiap kesempatan, kami harus berterima kasih kepada semua orang yang berperan dalam menciptakan keajaiban yang epik ini. dan mitos termasuk rakyat, pejuang, institusi militer, syuhada, Iran, Suriah dan semua negara yang mendukung perlawanan," ujar Sayid Nasrullah.

"Apa yang terjadi tahun lalu dalam isu demarkasi batas laut juga merupakan salah satu akibat dari perang ini," tegasnya.

Sayid Nasrullah menegaskan bahwa hari ini, musuh jauh lebih lemah daripada tahun 2006 dalam hal politik, dan militer, sedangkan perlawanan jauh lebih kuat dari sebelumnya.

Perang antara rezim Zionis dan Lebanon, yang dikenal sebagai perang 33 hari, adalah perang yang berlangsung selama 33 antara tentara rezim Zionis dan Hizbullah Lebanon tahun 2006.

Pada pertempuran yang berat dan komprehensif ini, Israel tidak mencapai tujuan yang telah ditetapkannya sendiri sebelum perang dengan koordinasi dan dukungan Amerika, yang merupakan contoh nyata dari pengulangan kekalahan dan kegagalannya pada tahun 2000.

Perundingan di Yaman Berlanjut, Tim Mediasi Oman Tiba di Sanaa

Kepala Delegasi Negosiasi Pemerintah Penyelamatan Nasional Yaman Mohammad Abdussalam menanggapi kedatangan tim mediasi Oman di Sana'a. Menurutnya, Yaman ingin menghidupkan kembali perundingan.

"Selama kunjungan delegasi Oman, kami akan mengadakan konsultasi dengan menghidupkan kembali proses negosiasi dalam kerangka visi yang jelas, yang akan fokus pada kasus-kasus paling mendesak kemanusiaan berkenaan dengan setiap warga Yaman," kata Abdussalam seperti dikutip al-Masirah, Kamis (17/8/2023).

Delegasi Oman tiba di Sana'a pada hari Kamis untuk mengadakan pembicaraan dengan gerakan Ansarullah Yaman tentang kelanjutan negosiasi dengan pemerintah Yaman yang telah mengundurkan diri.

"Pemulihan kondisi dan perbaikan bandara-bandara dan pelabuhan harus segera dimulai, berbagai pembatasan harus dihapus, sebab, blokade terhadap Yaman masih diberlakukan di semua tingkatan," tegasnya.

Kepala Delegasi Negosiasi Pemerintah Penyelamatan Nasional Yaman Mohammad Abdussalam.

Abdussalam, yang juga menjabat sebagai juru bicara Gerakan Rakyat Yaman, Ansarullah itu menuturkan, empat negara: Amerika Serikat (AS), Inggris, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab (UEA), memiliki posisi dan sikap yang sama dalam menciptakan batu sandungan atas penanganan kasus-kasus kemanusiaan di Yaman, dan kami berharap masalah ini akan berakhir.

Abdussalam sebelumnya mengatakan bahwa delegasi Yaman dan Oman memasuki Sana'a untuk berkonsultasi dengan para pejabat senior guna membahas evaluasi atas tahapan kelanjutan negosiasi, yang poin terpentingnya adalah penanganan kasus-kasus kemanusiaan di Yaman.

Pada April lalu, dua delegasi dari Arab Saudi dan Oman memulai negosiasi dengan para pemimpin Ansarullah di Sana'a.

Dalam perundingan selama 6 hari itu, mereka membahas cara-cara untuk memperpanjang gencatan senjata dan membangun perdamaian di Yaman.

Arab Saudi, dengan dukungan AS, UEA, dan beberapa negara lainnya, melakukan invasi militer ke Yaman sejak Maret 2015 dan memblokade negara ini dari darat, laut, dan udara.

Agresi militer Arab Saudi dan sekutunya ke Yaman telah menimbulkan bencana kemanusiaan terburuk dalam beberapa dekake terakhir.

Jenderal Zionis Sebut Netanyahu dan Menterinya Pembohong dan Penjahat

Jenderal Pasukan Cadangan MIliter Rezim Zionis menggambarkan Perdana Menteri dan sejumlah menteri kabinetnya sebagai pembohong dan penjahat.

Rancangan undang-undang reformasi yudisial yang diajukan oleh kabinet Benjamin Netanyahu pada bulan Januari menyebabkan perpecahan yang parah dan salah satu gerakan protes terbesar dalam rezim Zionis.

Kantor berita Shahab melaporkan, Yariv Levin, Jenderal Cadangan Rezim Zionis mengkritik Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, Menteri Keuangan Bezalel Smotrich; dan Menteri Keamanan Dalam Negeri Itamar Ben Gvir dengan mengatakan, "Yang diinginkan Netanyahu adalah agar kami menyerah, dan kunci pemerintah diserahkan kepada sekelompok menteri gila, beberapa di antaranya adalah penjahat dan telah dihukum karena kejahatan dan belum pernah bertugas di militer."

"Menteri kabinet Netanyahu adalah pembohong dan geng kriminal," tegasnya.

"Mereka mendorong pembunuhan rakyat Palestina, dan Smotrich adalah menteri rasis yang memeras anggaran," tegasnya.