Transformasi Asia Barat, 9 September 2023
Transformasi di negara-negara Asia Barat pekan lalu diwarnai sejumlah isu penting di antaranya; Tahun Ini, 22 Juta Peziarah Arbain Padati Karbala, Irak.
Sekain itu, masih ada isu lainnya seperti;
- Presiden Irak: Pawai Arbain Kejutkan Dunia
- PM Irak: Jumlah Peziarah Arbain Tahun Ini Spektakuler
- Ketua Knesset: Israel di di Ambang Keruntuhan
- Hizbullah: Rezim Zionis di Ambang Kehancuran
- Kedubes Rezim Zionis Dibuka di Bahrain
- Anggota Parlemen Yordania Tuntut Pengusiran Dubes Israel
- Media Zionis: Israel Terima "Sinyal Merah" dari Arab Saudi
Tahun Ini, 22 Juta Peziarah Arbain Padati Karbala, Irak
Pengelola Kompleks Haram Sayidina Abbas ra mengumumkan bahwa jumlah peziarah Arbain tahun ini di kota Karbala, Irak mencapai 22 juta orang.
Menurut Alforatnews, jumlah peziarah Arbain yang dicatat oleh Pengelola Kompleks Haram Sayidina Abbas ra mencapai 22.019.146 orang.
Jumlah tersebut adalah hasil penghitungan yang dilakukan melalui sistem penghitungan elektronik dengan menggunakan kamera-kamera dan CCTV berkualitas tinggi dan akurat.
Kamera-kamera tersebut dipasang di pintu masuk kota Karbala dan tugas utamanya adalah menghitung peziarah Arbain yang datang ke kota ini.
Faras Abbas Hamzah, Kepala Unit Komunikasi dan Teknologi Informasi Kompleks Haram Sayidina Abbas ra mengatakan, penghitungan jumlah peziarah adalah proses statistik, namun mengingat aktivitas dalam beberapa tahun terakhir, kami memiliki pengalaman yang baik di bidang ini dan apa yang disebutnya sebagai model matematika, telah dikembangkan.
Berdasarkan laporan tersebut, proses penghitungan jumlah peziarah dilakukan dengan teknologi baru dan sistem elektronik di bawah pengawasan tim teknis khusus bidang tersebut, yang berpengalaman bekerja dengan sistem ini.
Jutaan peziarah dari berbagai kota dan daerah di Irak dan negara-negara Muslim, terutama dari Republik Islam Iran mengunjungi kota Karbala untuk menghadiri acara Arbain. Mereka jalan kaki dari Najaf ke Karbala.
Arbain jatuh pada tanggal 20 Safar, yang tahun ini bertepatan dengan hari Rabu, 6 September 2023. Umat Muslim dan pecinta Ahlul Bait as di seluruh dunia memperingati Arbain sebagai bentuk kecintaan kepada keluarga Rasulullah SAW.
Arbain adalah peringatan mengenang 40 hari Kesyahidan Imam Husein as, Cucu tercinta Baginda Nabi Muhammad Saw yang dibantai bersama keluarga dan sahabat-sahabatnya oleh pasukan Yazid di padang Karbala pada tanggal 10 Muharram 61 H.
Peristiwa pembantaian Imam Hussein as, keluarga dan para sahabatnya pada 10 Muharam 61 Hijriah dikenal sebagai Tragedi Asyura.
Meski telah berlalu berabad-abad, namun peristiwa heorik itu tidak pernah berkurang urgensi dan kedudukannya, bahkan semakin berlalu, pesan Asyura justru semakin tersebar luas.
Kebangkitan Imam Hussein as melawan pemerintahan tiran Yazid bertujuan untuk menjaga kelangsungan agama Islam yang terkena erosi kerusakan di berbagai sendi kehidupan masyarakatnya. Oleh karena itu, motivasi perjuangan Imam Husein demi menjaga kesucian Islam dari berbagai penyimpangan yang dilakukan penguasa lalim di masanya.
Imam Husein as bangkit melawan Yazid bin Muawiyah bukan karena menghendaki kekuasaan, tapi karena ketulusannya membela ajaran agama Islam dan mengembalikan umat kakeknya dari berbagai penyimpangan ke arah Islam murni, yaitu Islam Muhammadi Saw.
Presiden Irak: Pawai Arbain Kejutkan Dunia
Presiden Irak menyatakan bahwa warga Irak dan pecinta Imam Hussain dari berbagai negara yang datang untuk menghadiri pawai Arbain mengejutkan dunia.
Presiden Irak, Abdul Latif Rashid menyampaikan pesan pada malam Arbain Imam Hossein Selasa (5/9/2023) dengan mengatakan, "Gambar terindah yang ditampilkan oleh orang Irak dan pecinta Imam Hussein pada peringatan Arbain Hussaini telah mengejutkan dunia. Mereka menunjukkan kedemawanan, kemurahan hati, pengorbanan, yang merupakan ciri khas orang Irak, yang menjadi perhatian dunia,".
Dalam pesannya, Rashid menunjukkan bahwa Arbain Imam Hussain mengingatkan tentang epos kepahlawanan yang paling menakjubkan dan pelajaran besar dari Imam syahid.
"Imam Hussain menentang penindasan dan pengingkaran hak, serta pelanggaran keadilan sosial, dan dengan percaya diri menentang pemerintahan despotik," ujar Presiden Irak.
"Karena tujuan-tujuan besar ini, Imam Hussain menghadapi cobaan dan kekejaman paling sulit yang dihadapi oleh tokoh besar dan keluarga suci, serta para sahabat dan loyalisnya. Namun semua ini tidak menghalanginya untuk melanjutkan jalan tersebut," tegasnya.
Rashid mengapresiasi segala upaya masyarakat dan pemerintah Irak serta mereka yang bertanggung jawab untuk meningkatkan keamanan dan memberikan layanan kepada peziarah Arbain.
Ia juga menyerukan upaya terkoordinasi dan kerja sama dalam rangka meningkatkan pemberian layanan terbaik kepada jpeziarah Imam Hussain datang dari berbagai daerah di Irak dan berbagai negara untuk memperingati peristiwa ini.
Hari ini, Rabu bertepatan dengan tanggal 20 Muharram 1445 Hijriah, adalah Arbain Imam Hussein. Untuk memperingati momentum penting ini, jutaan orang Syiah, Sunni, Kristen dan lainya dari Irak dan negara-negara lain di dunia berdatangan ke Karbala.
PM Irak: Jumlah Peziarah Arbain Tahun Ini Spektakuler
Mohammad Shia al-Sudani menggambarkan jumlah peserta pawai Arbain tahun ini di Karbala spektakuler dan belum pernah terjadi sebelumnya.
Perdana Menteri Irak, Mohammad Shia al-Sudani dalam konferensi pers di kota suci Karbala hari Rabu (6/9/2023) mengatakan bahwa peringatan Arbain tahun ini adalah pertama kalinya seluruh provinsi Irak, termasuk wilayah Kurdistan, yang belum pernah terjadi sebelumnya .
"Pemerintah, lembaga sipil dan keamanan, serta pasukan Al-Hashd Al-Shaabi selama pawai Arbain telah mengerahkan semua upaya dan fasilitas mereka untuk menyambut jutaan peziarah yang datang," kata PM Irak
"Penyelenggaraan prosesi Arbain Hosseini mencerminkan kondisi moral, kemurahan hati dan keramahtamahan masyarakat untuk melayani para peziarah tanpa memandang suku, agama, bangsa, maupun negara," tegasnya.
Pengelola Kompleks Haram Sayidina Abbas mengumumkan bahwa jumlah peziarah Arbain tahun ini di kota Karbala, Irak mencapai 22 juta orang.
Menurut Alforatnews, jumlah peziarah Arbain yang dicatat oleh Pengelola Kompleks Haram Sayidina Abbas ra mencapai 22.019.146 orang.
Jumlah tersebut adalah hasil penghitungan yang dilakukan melalui sistem penghitungan elektronik dengan menggunakan kamera-kamera dan CCTV berkualitas tinggi dan akurat.
Kamera-kamera tersebut dipasang di pintu masuk kota Karbala dan tugas utamanya adalah menghitung peziarah Arbain yang datang ke kota ini.
Faras Abbas Hamzah, Kepala Unit Komunikasi dan Teknologi Informasi Kompleks Haram Sayidina Abbas ra mengatakan, penghitungan jumlah peziarah adalah proses statistik, namun mengingat aktivitas dalam beberapa tahun terakhir, kami memiliki pengalaman yang baik di bidang tersebut.
Berdasarkan laporan tersebut, proses penghitungan jumlah peziarah dilakukan dengan teknologi baru dan sistem elektronik di bawah pengawasan tim teknis khusus bidang tersebut, yang berpengalaman bekerja dengan sistem ini.
Ketua Knesset: Israel di di Ambang Keruntuhan
Ketua Knesset (Parlemen rezim Zionis) memperingatkan kondisi Israel yang bergerak menuju jurang keruntuhan, dan mengatakan, "Kita sekarang berada di persimpangan jalan berbahaya yang mungkin membawa kita ke jurang kehancuran,".
Ketegangan antarpimpinan rezim Zionis semakin meningkat mengenai RUU reformasi yudisial. Bahkan, para pimpinan partai politik Israel memberikan peringatan akan runtuhnya rezim Zionis akibat berlanjutnya perbedaan pendapat dan ketegangan antarpejabat Israel.
Amir Ohana, Ketua Knesset dalam statemen yang disampaikan hari Rabu (6/9/2023) menyinggung perselisihan mengenai RUU reformasi peradilan yang kontroversial, dengan menekankan, "Tidak ada undang-undang perubahan peradilan yang mengizinkan Mahkamah Agung membatalkan atau mengubah suatu undang-undang,".
"Israel berada di puncak krisis hukum dan kita belum pernah menyaksikan krisis pada tingkat ini di masa lalu," ujar Ohana.
Kontroversi mengenai rancangan undang-undang reformasi yudisial, yang ingin disetujui oleh kabinet Netanyahu di Knesset telah berubah menjadi krisis dalam rezim Zionis yang menimbulkan penolakan luas terhadap RUU tersebut.
Sabtu malam lalu, ribuan pemukim Zionis kembali berdemonstrasi sebagai kelanjutan aksi 35 pekan berturut-turut untuk memprotes persetujuan rancangan undang-undang perubahan peradilan yang kontroversial dari kabinet rezim Zionis.
Para pemimpin oposisi rezim Zionis menganggap rancangan undang-undang reformasi yudisial yang ingin disetujui oleh kabinet Netanyahu di Knesset akan melemahkan sistem peradilan dan upaya Netanyahu untuk mencegah persidangannya atas tiga kasus korupsi dan penyuapan. Mereka juga percaya bahwa tindakan kabinet ini akan membawa rezim Zionis ke arah konflik dan perang saudara serta keruntuhan bertahap.
Hizbullah: Rezim Zionis di Ambang Kehancuran
Ketua Dewan Syariah Hizbullah Lebanon mengatakan bahwa akibat dari pertaruhan Amerika terhadap rezim Zionis tidak lain adalah kerugian, karena rezim ini berada di ambang kehancuran.
Sheikh Mohammad Yazbek, Kepala Dewan Syariah Hizbullah Lebanon Senin (4/9/2023) malam mengatakan, "Hizbullah mengambil jalur Imam Hussein sebagai modelnya, dan bergerak mengikuti garis Imam Khomeini dan Imam Khamenei,".
"Darah-darah syuhada yang tumpah mampu membersihkan wilayah Arsal dari Daesh dan teroris lainnya sehingga Lebanon dapat hidup aman saat ini," ujar Sheikh Yazbek.
"Kami telah memenuhi keinginan untuk membersihkan Lebanon dari rezim Zionis dan teroris, dan Lebanon akan dibersihkan dengan tangan para pahlawan yang tidak memiliki tujuan lain kecuali kebebasan, kebanggaan dan kehormatan," tegasnya.
Koresponden urusan militer kanal 12 rezim Zionis juga melaporkan bahwa institusi keamanan dan militer di Israel sedang menunggu perkembangan dalam beberapa pekan mendatang dan percaya bahwa situasinya tidak menguntungkan tentara Israel.
Bersamaan dengan kejadian ini, ribuan pasukan cadangan rezim Zionis telah menangguhkan aktivitas mereka sebagai bentuk protes terhadap RUU reformasi yudisial yang diusung kabinet Benjamin Netanyahu.
Situs Walla melaporkan bahwa pejabat senior pemerintah Amerika dengan nada khawatir mengikuti dengan cermat ketegangan yang meningkat antara Perdana Menteri rezim Zionis, Benjamin Netanyahu, dan komandan tinggi angkatan bersenjata Israel yang berdampak terhadap kekuatan militer rezim Zionis
Kedubes Rezim Zionis Dibuka di Bahrain
Kementerian Luar Negeri Rezim Zionis, belum lama ini memasuki Bahrain, dan membuka Kedutaan Besar rezim itu di Manama, yang dihadiri pejabat kedua pihak.
Dikutip situs Al Watan Voice, Senin (4/9/2023) acara pembukaan Kedubes Rezim Zionis dihadiri oleh Menlu Israel Eli Cohen, dan sejawatnya dari Bahrain, Abdullatif bin Rashid Al Zayani.
Eli Cohen mengatakan bahwa dalam kunjungan ke Bahrain, dirinya bertemu dan berbincang dengan Putra Mahkota Bahrain Salman bin Hamad Al Khalifa di Manama.
Stasiun televisi Israel, KAN melaporkan, Eli Cohen dan Putra Mahkota Bahrain membicarakan tantangan-tantangan regional, dan komitmen dua pihak dalam perang melawan terorisme.
Kementerian Luar Negeri Rezim Zionis juga mengumumkan bahwa Cohen, hari Minggu malam bertolak ke Bahrain, dan kunjungannya ke negara itu akan berlangsung selama dua hari.
Untuk diketahui, sebelum Eli Cohen ke Bahrain kali ini, bulan lalu media-media Rezim Zionis mengabarkan penangguhan lawatan Menlu Israel tersebut ke Bahrain.
Sejumlah sumber media mengklaim bahwa alasan penangguhan lawatan Menlu Rezim Zionis ke Bahrain, adalah masuknya Menteri Keamanan Internal Israel, Itamar Ben Gvir, ke Masjid Al Aqsa.
Rezim Zionis Israel dan Bahrain pada tahun 2020 menandatangani Kesepakatan Abraham atas mediasi mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.
Anggota Parlemen Yordania Tuntut Pengusiran Dubes Israel
59 anggota parlemen Yordania menuntut pengusiran dubes Israel dari negara ini sebagai tanggapan atas pelanggaran yang dilakukan tentara wanita Israel karena menelanjangi wanita Palestina di kota al-Khalil (Hebron).
Sabtu (5/9/2023) dua wanita militer Israel bertopeng yang bersenjata dan membawa seekor anjing terlatih memaksa lima wanita Palestina di kota al-Khalil, Tepi Barat yang diduduki, untuk menanggalkan pakaian mereka sepenuhnya dan satu per satu di depan mata mereka.
Menurut laporan Kantor Berita Palestina SAMA, anggota parlemen Yordania juga meminta pemerintah memanggil dubesnya di Tel Aviv.
Anggota parlemen Yordania juga menyatakan, "Orang-orang Palestina ini seperti kehormatan orang Yordania dan garis merahnya, dan kami tidak akan menerima penghinaan apa pun terhadap mereka dan kami siap membela mereka dengan cara apa pun."
Berbagai faksi Palestina memprotes kekerasan yang "tidak dapat diterima" yang dilakukan tentara Israel terhadap perempuan Palestina dan menuntut hukuman terhadap "tentara yang bersalah".
Dalam laporan ini disebutkan, seperti biasanya, PBB hanya meminta penyelidikan atas penggeledahan paksa lima wanita Palestina oleh tentara Zionis selama penggerebekan di sebuah komplek pemukiman.
Wakil jubir PBB, Farhan Haq terkait hal ini seraya menjelaskan bahwa Kami akan melawan segala bentuk hukuman massal, menekankan, insiden yang dilaporkan ini memerlukan penyelidikan penuh.
Media Zionis: Israel Terima "Sinyal Merah" dari Arab Saudi
Kanal 13 stasiun televisi Rezim Zionis menyebut penolakan pemerintah Arab Saudi, untuk mengeluarkan visa masuk bagi dua menteri Israel, sebagai "sinyal merah" Riyadh terhadap Tel Aviv.
Sebelumnya, Senin (4/9/2023) Kanal 13 televisi Israel mengabarkan penundaan yang dilakukan pemerintah Saudi dalam mengeluarkan visa bagi dua menteri Rezim Zionis yang akan menghadiri konferensi UNESCO, dan menyebutnya sebagai sinyal merah Riyadh.
Konferensi UNESCO tersebut dijadwalkan akan digelar minggu depan di kota Riyadh, dan sampai sekarang kehadiran menteri-menteri Rezim Zionis dibatalkan.
"Rencananya Menteri Luar Negeri Israel Eli Cohen, dan Menteri Pendidikan Yoav Kisch, akan menghadiri pertemuan UNESCO tersebut, tapi menurut keterangan sumber di Israel, kedua menteri itu memutuskan untuk menolak undangan setelah Saudi menunda-nunda memberi visa," kata Kanal13 televisi Israel.
Analis Kanal 13 TV Israel mengatakan, masalah penolakan undangan UNESCO dilakukan atas saran Amerika Serikat, pasalnya beberapa minggu lalu, sumber di AS sudah berbicara dengan sumber Israel, dan menjelaskan bahwa kehadiran pejabat Israel di Saudi, tidak tepat dan Riyadh berada dalam kondisi yang memalukan.
Menurut Kanal 13 TV Israel, tidak dikeluarkannya visa untuk menteri Israel, adalah sinyal merah yang diberikan Saudi kepada Israel, pada kondisi ketika kalangan politik dan media Israel, mengira kontak-kontak untuk normalisasi hubungan berlanjut.