Tanggapan Rusia dan Cina atas Operasi Badai al-Aqsa
Amerika Serikat (AS) dan mitra-mitranya di Eropa memberikan dukungan penuh kepada rezim Zionis Israel setelah operasi "Tufan al-Aqsa" (Badai al-Aqsa), bahkan Pentagon mengirim bantuan militer dan amunisi kepada Israel.
Rusia dan Cina sebagai dua kekuatan saingan Barat mengambil kebijakan yang berbeda terkait dengan peristiwa di Palestina. Menurut keduanya, kebijakan-kebijakan Barat, terutama pengabaian atas hak-hak rakyat Palestina, merupakan penyebab berbagai peristiwa dan konflik belakangan ini.
Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Rusia dalam pernyataan pada hari Sabtu (7/10/2023), mengumumkan tanggapannya atas operasi perlawanan Palestina yang dikenal sebagai Badai al-Aqsa.
"Moskow menganggap meningkatnya ketegangan di zona konflik antara Palestina dan Israel sebagai akibat dari ketidakpatuhan terhadap resolusi-resolusi PBB dan Dewan Keamanan PBB," tegas pernyataan Kemlu Rusia.
Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan bahwa AS selalu mengabaikan kepentingan dasar rakyat Palestina. Dia mengatakan, AS telah mencoba bertindak secara eksklusif untuk menyelesaikan konflik di Timur Tengah, namun tidak peduli terhadap solusi tengah, yang kedua belah pihak menerimanya.
Mengenai serangan rezim Zionis di Jalur Gaza dan perkembangan terbaru di Palestina, Putin menuturkan, semua orang setuju dengan saya bahwa ini adalah contoh nyata dari kegagalan kebijakan AS di Timur Tengah.
Penekanan Presiden Rusia terhadap kegagalan kebijakan Amerika di Timur Tengah dan dampaknya terhadap meningkatnya ketegangan dan pertempuran saat ini antara rezim Zionis dan kelompok-kelompok perlawanan Palestina adalah masuk akal mengingat posisi Washington yang kontradiktif dalam hal ini.
Meskipun pemerintahan Presiden AS Joe Biden mendukung solusi dan kebijakan dua negara mengenai masalah Palestina, namun dalam praktiknya, sebagai pendukung penuh Tel Aviv, Gedung Putih tidak menunjukkan reaksi efektif terhadap tindakan ilegal yang dilakukan rezim Zionis.
AS tidak menunjukkan reaksi yang berdampak pada tindakan ilegal Israel seperti perampasan tanah dan pengusiran warga Palestina dari wilayah Palestina pendudukan tahun 1967, dan aneksasi sebagian Tepi Barat ke Palestina yang diduduki dan rezim ini.
AS juga tidak memberikan tanggapan efektif atas kelanjutan pembangunan pemukiman-pemukiman ilegal untuk warga Zionis di Tepi Barat, penangkapan warga Palestina, dan pembunuhan terhadap rakyat Palestina yang dilakukan hampir setiap hari. Selain itu, berlanjutnya blokade darat, laut dan udara terhadap Gaza juga semakin memperburuk situasi kemanusiaan di daerah berpenduduk lebih dari dua juta jiwa ini.
Kebijakan ilegal dan kejahatan Israel tersebut tentunya menimbulkan reaksi dari kelompok-kelompok pejuang Palestina untuk melawannya. Operasi Badai al-Aqsa adalah bagian dari bentuk perlawanan tersebut, yang sejalan dengan perjuangan melawan penjajah Zionis untuk meraih hak-hak legal mereka.
Rusia, tidak seperti negara-negara Barat yang mengecam operasi Badai al-Aqsa dan menyebut pelakunya sebagai teroris, menganggap AS sebagai penyebab utama atas situasi saat ini di Palestina. Pemerintah Moskow menolak untuk menecam operasi Badai al-Aqsa.
Sikap serupa juga diungkapkan oleh pemerintah Cina. Meskipun ada tekanan dari Barat terhadap Beijing untuk mengutuk operasi Badai al-Aqsa, namun para pejabat Cina mengambil posisi tengah.
Juru bicara Kemlu Cina mengungkapkan keprihatinan mendalam atas ketegangan dan kekerasan yang terjadi di Palestina saat ini. Dia menekankan bahwa solusi mendasar terhadap krisis ini adalah penerapan solusi dua negara dan pembentukan negara Palestina yang merdeka.
Seperti kebijakan yang diambil Rusia, Cina alih-alih mengambil posisi sepihak, pemerintah Beijing justru menekankan perlunya penerapan solusi yang ditawarkan PBB terhadap masalah Palestina. Sikap Cina atas konflik di Palestina ini dan perkembangan di wilayah pendudukan telah membuat AS kecewa.
Pemimpin Mayoritas Senat AS Chuck Schumer pada hari Senin (9/10/2023) mengkritik posisi Cina yang menyerukan untuk "menahan diri" setelah serangan Hamas terhadap Israel. Dia mengatakan, sejujurnya, saya sangat kecewa dengan pernyataan yang dipublikasikan, sebab pernyataan ini tidak mengandung simpati atau dukungan apapun terhadap Israel di masa sulit dan rumit ini.
Tanggapan berbeda dari Rusia dan Cina mengenai perkembangan terkini di wilayah pendudukan Palestina, khususnya operasi Badai al-Aqsa, menunjukkan bahwa kekuatan-kekuatan baru dunia, tidak seperti blok Barat, yang telah mendominasi politik dunia selama beberapa dekade, dan selalu menunjukkan sikap sepihak dan bias yang tidak adil, termasuk dalam isu Palestina, terutama dukungan sepihak terhadap Israel.
Seiring dengan perubahan sistem internasional secara bertahap dan multi-polarisasinya, wacana dan narasi Barat tentang isu Palestina tidak lagi mendapat tempat, dan posisi baru yang berdasarkan pada kebutuhan untuk menghormati hak-hak rakyat Palestina, harus diadopsi. (RA)