37 Hari Serangan Brutal Israel ke Jalur Gaza
Perang di Jalur Gaza memasuki hari ke-37 pada Minggu (12/11/2023). Israel dengan lampu hijau AS dan partisipasi langsung Washington masih terus melanjutkan kejahatannya terhadap warga Gaza, khususnya rumah sakit dan pasien serta korban terluka.
Militer Israel dilaporkan masih terus memblokir berbagai rumah sakit di Gaza termasuk, kompleks medis Al-Shifa, dan menembak siapa saja yang keluar dari kompleks tersebut.
Dirjen Kementerian Kesehatan Gaza seraya menjelaskan bahwa Rumah Sakit Al-Shifa menjadi target serangan udara paling sengit Israel, mengatakan bahwa militer dan sniper rezim penjajah ditempatkan pada jarak 100 meter dari rumah sakit, dan siapa saja yang keluar atau masuk ke rumah sakit ini langsung ditembak.
Sementara itu, berbagai rumah sakit lainnya di Gaza kondisinya juga tidak lebih baik dari RS Al-Shifa, dan Bulan Sabit Palestina melaporkan bahwa tank-tank Israel saat ini berada dalam jarak 20 meter dari Rumah Sakit Quds dan menembaki langsung rumah sakit dan para pengungsi yang berlindung di bangunan tersebut.
Dana Anak-Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF) juga memperingatkan bahwa kehidupan satu juta anak-anak Palestina di Jalur Gaza berada dalam bahaya serius akibat hampir runtuhnya sektor medis dan kesehatan.
Merujuk pada penutupan rumah sakit al-Nasr dan al-Rantisi yang dikhususkan untuk anak-anak, UNICEF mengumumkan bahwa berlanjutnya serangan terhadap rumah sakit tersebut mengancam kehidupan anak-anak, terutama anak-anak yang sedang menjalani cuci darah dan perawatan khusus. Selain itu, ribuan anak-anak di bagian utara Gaza tidak memiliki tempat yang aman untuk ditinggali, dan di bawah bayang-bayang meningkatnya serangan dan kurangnya fasilitas untuk hidup, mereka menghadapi situasi yang sangat memprihatinkan.
Operasi sulit tanpa anestesi di halaman rumah sakit dengan lampu telepon, pemadaman total air, listrik dan makanan, tumpukan mayat, kematian bayi dan anak-anak dan bahkan dokter yang terus menerus adalah pemandangan yang disaksikan Gaza saat ini di bawah bayang-bayang kebrutalan rezim Zionis.
Jumlah korban gugur akibat serangan rezim pendudukan yang terus menerus mencapai 11.100 orang, 8.000 di antaranya adalah anak-anak, perempuan, dan orang tua. Lebih dari 27.000 orang terluka dalam serangan tersebut.
Kondisi di Gaza membuat implementasi 10 usulan Presiden Iran pada pertemuan di Riyadh semakin diperlukan.
Pada pertemuan bersama Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) dan Liga Arab tentang masalah Gaza yang diadakan di Riyadh, ibu kota Arab Saudi, Sayid Ebrahim Raisi, presiden Iran mengajukan 10 solusi dan proposal mendesak untuk pengambilan keputusan yang tegas demi kepentingan bangsa Palestina Palestina, yaitu: "Hentikan pembunuhan terhadap rakyat Gaza", "Pencabutan total blokade manusia di Gaza", "Penarikan militer segera rezim Zionis dari wilayah ini", "Memutus segala hubungan politik dan ekonomi dengan rezim Zionis oleh negara-negara Islam", "Membentuk pengadilan internasional untuk mengadili dan menghukum para pemimpin kriminal Zionis dan Amerika", "Membentuk dana khusus untuk segera rekonstruksi Gaza oleh negara-negara Islam" dan "Mengirim konvoi kapal yang membawa bantuan kemanusiaan untuk rakyat Palestina dari negara-negara Islam”.
Pada saat yang sama, bentrokan sengit sedang terjadi antara pejuang muqawama Palestina dan anasir militer rezim Zionis di berbagai wilayah di kota Gaza.
11 hari telah berlalu sejak operasi darat rezim Zionis di Jalur Gaza, dan pasukan pendudukan masih belum dapat mencapai daerah pemukiman di bagian utara Jalur Gaza dan telah menerima pukulan keras dari pejuang muqawama di berbagai front medan perang.
Abu Obeida, juru bicara Brigade al-Qassam - sayap militer Hamas - mengumumkan bahwa tank-tank rezim Zionis menghadapi perlawanan sengit dari pasukan muqawama dan bentrokan hebat memaksa mereka mundur dan mengubah arah.
Merujuk pada rekaman penghancuran lebih dari 160 kendaraan militer Zionis dalam perang ini, ia menegaskan, pengorbanan pejuang muqawama adalah awal dari kemenangan.
Berbagai komponen mengindikasikan kekalahan awal rezim Zionis dalam perang Gaza dan menunjukkan bahwa Israel akan menghadapi krisis yang lebih dalam pada periode pasca perang.
Para pemimpin Israel memulai perang Gaza ketika mereka hanya mendapat dukungan dari 27 persen opini publik Zionis, dan tentara juga memasuki perang ini dalam situasi di mana mereka hanya mendapat kepercayaan dari 51 persen dari warga Zionis. Hal ini belum termasuk perpindahan 250.000 Zionis dari wilayah perbatasan Gaza dan keberadaan 240 tawanan di tangan kelompok muqawama. (MF)