Mencopot Pintu Khaibar
(last modified Mon, 26 Dec 2016 05:51:42 GMT )
Des 26, 2016 12:51 Asia/Jakarta
  • Imam Ali as
    Imam Ali as

Perang Khaibar merupakan salah satu perang yang dimenangkan oleh umat Islam. Kenikmatan kemenangan ini juga telah dihadiahkan oleh Sayidina Ali kepada umat Islam.

Di pertengahan perang ini , Sayidina Ali berhasil mengalahkan pakar perang Arab yang terkenal bernama Marhab. Setelah kematiannya, para pasukannya masuk ke dalam benteng Khaibar dan menutup pintu gerbangnya.

Sayidina Ali dengan satu tangan berhasil mencopot pintu gerbang itu dan meletakkannya sebagai jembatan di atas khandaq yang mengelilingi benteng. Sehingga para pasukan muslim bisa melewatinya dan masuk ke dalam benteng; sebuah pintu gerbang yang untuk membuka dan menutupnya memerlukan beberapa orang.

Sayidina Ali sendiri mengatakan, “Demi Allah! Aku tidak mencopot pintu ini dengan kekuatan manusiawi, tapi aku mencopotnya dengan tawassul pada kekuatan ilahi dan di atas manusiawi.

Ali menghancurkan Berhala

Pasca kemenengan Mekah [Fathu Mekah] yang merupakan peristiwa paling besar dan paling berpengaruh dalam dunia Islam, Rasulullah Saw bersama para sahabatnya menuju ke kabah. Orang-orang kafir Quraisy telah meletakkan sebanyak 360 berhala besar dan kecil di sekeliling kabah. Rasulullah Saw sambil mengucapkan takbir, menurunkan berhala-berhala ke bawah dan menghancurkannya. Berhala terbesar yang bernama Hubal berada di bagian teratas kabah. Rasulullah Saw menghadap kepada Sayidina Ali dan berkata, “Hai Ali! Engkau yang harus naik ke pundakku atau aku yang harus naik ke pundakmu, kita turunkan Hubal dari atap kabah!”

Sayidina Ali berkata, “Wahai Rasulullah! Aduh..., bagaimana denganku, bila aku harus naik ke pundak penuh berkah Anda?!

Lalu Rasulullah Saw naik ke pundak Sayidina Ali. Namun Sayidina Ali tidak kuat menahan Rasulullah Saw dan gemetaran. Rasulullah Saw tersenyum dan turun ke bawah. Kali ini Sayidina Ali  yang naik ke pundak Rasulullah Saw dan memusnahkan Hubal.

Sayidina Ali sendiri mengatakan, “Demi Allah! Pada waktu itu saya begitu mendapatkan kekuatan, sehingga saya merasakan bisa menguasai langit, lalu saya mengambil Hubal dan menjatuhkannya ke bawah...”

Keberanian dan Keimanan

Perang Badar adalah salah satu perang yang paling sulit dan paling penting di masa permulaan Islam. Dalam perang ini, pasukan Islam berhasil mengalahkan musuh yang jumlah orang dan senjatanya jauh lebih besar dengan pertolongan gaib dan samawi.

Musuh-musuh Islam yang datang ke daerah Badar untuk melakukan perlawanan dengan pasukan Rasulullah Saw, beberapa hari sebelumnya telah memblokade sumur-sumur yang ada di sana supaya pasukan Islam tidak bisa menggunakan airnya.

Malam ketika esok harinya perang antara dua pasukan dimulai, terjadi keajaiban. Malam itu simpanan air umat Islam telah habis. Para sahabat Rasulullah Saw dan hewan-hewan yang ada merasa kehausan.

Rasulullah Saw menghadap kepada para sahabatnya dan berkata, “Siapakah di antara kalian yang siap membobol bendungan musuh dan mengambil air?”

Para sahabat diam dan menundukkan kepalanya, sampai ketika Ali datang dan berkata, “Wahai Rasulullah! Saya siap!”

Kemudian beliau mengambil tempat air yang masih kosong dan menuju salah satu sumur yang ada dan memenuhinya dengan air dan kembali lagi menuju pasukan Islam. Namun angin kencang menerpa dan tempat air jatuh dan airnya tumpah. Sayidina Ali tanpa rasa takut kembali lagi menuju sumur dan memenuhi tempat itu dengan air. Tapi angin kencang kembali menerpanya dan tempat air jatuh ke tanah. Sayidina Ali kembali lagi memenuhi tempat itu dengan air dan kembali lagi angin kencang menerpanya dan tempat air jatuh ke tanah. Sayidina Ali tidak putus asa dan mengisi kembali tempat air itu yang keempat kalinya dan kembali menuju ke pasukan Islam dan menceritakan kejadiannya kepada Rasulullah Saw.

Rasulullah Saw tersenyum dan berkata, “Hai Ali! Angin yang pertama dari malaikat Jibril dengan seribu malaikat mendatangimu dan mengucapkan salam untukmu. Kali kedua dari malaikat Mikail dengan seribu malaikat mendatangimu dan mengucapkan salam untukmu. Kali ketiga dari malaikat Israfil dengan seribu malaikat mendatangimu dan mengucapkan salam untukmu. Ini semua karena keberanian dan keimananmu dimana engkau selalu menciptakan heroik di saat-saat sulit dan bahaya dan engkau buat pasukan Islam membanggakan...”

Penjagaan Ali Pada Rasulullah Saw Sejak Usia Remaja

Orang-orang Musyrik Mekah sedemikian rupa mengganggu dan menyiksa Rasulullah Saw, sehingga anak-anak mereka juga menjatuhi dan melempari kepala Rasulullah dengan batu. Rasulullah Saw merasa kesakitan atas gangguan dan siksaan mereka dan meminta bantuan kepada Sayidina Ali yang waktu itu masih remaja.

Sayidina Ali berkata, “Mulai sekarang, setiap kali Anda mau keluar dari rumah, bawalah saya sebagai pendamping!”

Mulai saat itu, seorang remaja yang berani dan paham ini senantiasa mendampingi Rasulullah Saw ke mana saja pergi. Setiap kali anak-anak ingin mengganggu Rasulullah Saw, Sayidina Ali mencegah dan menghukum mereka. Anak-anak itu menangis menuju kepada ayah-ayah mereka.

Sikap Sayidina Ali ini membuat anak-anak itu tidak lagi mengganggu Rasulullah Saw. Namun beliau dijuluki “Qudham” oleh mereka. yang berarti orang yang menggiggit.

Beberapa tahun kemudian, dalam peristiwa perang Uhud, ketika pembawa pertama panji musuh [Thalhah bin Abi Thalhah] menuju medan pertempuran dan melakukan orasinya dan meminta tandingan, Sayidina Ali maju untuk bertempur dengannya.

Thalhah berkata, “Hai pemuda! Siapakah engkau?”

Sayidina Ali berkata, “Aku Ali, putra Abu Thalib.”

Dengan menyindir Thalhah berkata, “Hai Qudham! Aku tahu, selain engkau tidak ada yang berani bertempur denganku.”

Pertempuran telah dimulai. Sayidina Ali menahan pukulan pedang Thalhah dengan tamengnya. Sayidina Ali memukul kedua kaki Thalhah dengan pedangnya dan patahlah kedua kaki itu dan membiarkannya dan berkata, “Aku telah memukulnya sedemikian rupa sehingga tidak bakal selamat jiwanya.”

Tidak lama kemudian Thalhah mati. (Emi Nur Hayati)

Sumber: Sad Pand va Hekayat; Imam Ali as

Tags