Nilai Ilmu
(last modified Sat, 27 May 2017 09:20:16 GMT )
May 27, 2017 16:20 Asia/Jakarta
  • Imam Sajjad as
    Imam Sajjad as

Imam Sajjad as berkata, “Seandainya saja orang-orang mengetahui keutamaan mencari ilmu, maka setiap saat akan pergi mencarinya, meski harus ditebus dengan aliran darahnya [mati syahid] ayai tenggelam di samudera.

Allah Swt menurunkan wahyu untuk Nabi Danial bahwa orang yang paling Aku benci adalah orang bodoh yang meremehkan haknya orang pandai dan tidak mau mengikuti mereka. Sementara orang yang paling Aku cintai adalah orang yang bertakwa yang mencari pahala yang besar [keutamaan yang disampaikan oleh Imam Sajjad di atas] dan bergaul dengan para ulama.

Musibah Manusia

Imam Sajjad as berkata, “Kasihan Bani Adam; setiap hari dia menghadapi tiga musibah dan tidak pernah mengambil pelajaran darinya. Padahal bila dia mau mengambil pelajaran darinya, maka dunia baginya akan menjadi mudah.

Adapun musibah yang pertama; setiap hari umurnya berkurang. Bila hartanya berkurang, maka dia akan sedih. Tapi dia tidak bersedih karena umurnya yang hilang. Padahal harta yang hilang bisa dikembalikan. Tapi umur yang hilang tidak akan bisa kembali.

Musibah yang kedua; dia tidak perhatian dalam mencari rezeki. Bila dia mendapatkan rezeki yang halal, maka akan dihisab darinya dan bila ia mendapatkan rezeki yang haram, maka ia akan disiksa.

Musibah yang ketiga dan ini lebih besar dari kedua musibah tersebut di atas,  yaitu setiap hari yang berlalu, ia lebih dekat kepada akhirat. Tapi dia tidak tahu apakah akan masuk surga ataukah neraka.

Akhlak Mulia Imam Sajjad as

Seorang lelaki dari kerabat Imam Zainul Abidin datang menemui beliau dan berkata yang tidak sopan.

Imam Sajjad as tidak mengatakan apa-apa. Ketika lelaki tersebut kembali ke rumahnya, Imam Sajjad as berkata kepada keluarganya, “Kalian dengar apa yang dia katakan kepadaku. Sekarang aku ingin kalian ikut bersamaku utuk menemuinya dan dengarkan jawabanku untuknya. Keluarganya ikut bersama Imam dan mendengar beliau mengulang-ulang kalimat ini, “Wal Kazhiminal Ghaizha Wal ‘Afina ‘Aninnas, Wallahu Yuhibbul Muhsinin” dan akhirnya sampai juga di rumah orang yang tidak beradab itu.

Begitu lelaki tersebut melihat Imam Sajjad, dia berpikir bahwa Imam akan melabraknya. Namun Imam Sajjad berkata kepadanya, “Hai lelaki! Engkau datang kepadaku mengatakan ini dan itu. Bila apa yang engkau katakan tentang keburukan ada padaku, maka aku meminta kepada Allah agar mengampuni aku dan bila apa yang engkau katakan tidak ada pada diriku, maka aku meminta kepada Allah agar mengampunimu. Melihat sikap Imam Sajjad demikian, lelaki tersebut mencium kening beliau dan berkata, “Apa yang saya katakan tidak ada pada diri Anda, dan sayalah yang memiliki keburukan itu.”

Kesaksian Hajar Aswad Akan Keimamahan [Kepemimpinan] Imam Sajjad as

Imam Muhammad Baqir as berkata, “Setelah syahadah Imam Husein as, Muhammad bin Hanafiyah putra Imam Ali as datang menemui ayahku; Imam Sajjad as dan berkata, “Hai anak saudaraku! Engkau tahu bahwa Rasulullah Saw telah memilih ayahku Ali sebagai washi dan penggantinya. Kemudian, setelah itu kepemimpinan diserahkan kepada Imam Hasan as dan kemudian kepada Ayahmu. Sekarang ayahmu telah mencapai syahadah dan tidak ada wasiatnya. Di sisi lain, engkau adalah seorang remaja dan kepemimpinan tidak tepat untukmu. Oleh karena itu, akulah yang lebih layak untuk masalah ini dari engkau karena aku lebih tua.

Imam Sajjad as berkata, “Hai paman! Jangan memaksakan diri atas apa yang tidak layak untukmu. Saya menasihati Anda untuk berpikir lebih rasional dan jangan termasuk orang-orang bodoh. Ayahku beberapa saat sebelum mencapai syahadah, telah berwasiat kepadaku dan beliau telah menyerahkan rahasia keimamahan kepadaku. Sekarang, bila engkau tidak terima, mari kita pergi ke dekat Ka’bah dan kita tanyakan kepada Hajar Aswad. Muhammad bin Hanafiyah menerima dan keduanya pergi menuju ke ka’bah dan berada di tepi Hajar Aswad.

Imam Sajjad as berkata kepada Muhammad bin Hanafiyah, “Hai paman bermunajatlah kepada Allah dan mintalah kepada-Nya agar Hajar Aswad bisa berbicara. Muhammad bin Hanafiyah melakukan hal itu. Namun Hajar Aswad tidak berbicara. Hai paman! Bila engkau adalah washi dan imam, maka Hajar Aswad akan menjawabmu. Muhammad bin Hanafiyah berkata, “Hai anak saudaraku! Sekarang panggillah Hajar Aswad dan mintalah kepadanya.” Lantas Imam Sajjad as berdoa dan meminta kepada Allah agar Hajar Aswad berbicara. Setelah itu Hajar Aswad bergerak seakan-akan mau copot dari tempatnya, kemudian berkata, “Keimamahan [kepemimpinan] setelah Husein bin Ali putra Fathimah binti Rasulullah Saw adalah khusus bagimu. Setelah itu Muhammad bin Hanafiyah mencium kaki Imam Sajjad as dan berkata, “Keimamahan khusus bagimu.”

Khusyu dan Khudhu Saat Beribadah

Imam Muhammad Baqir as berkata tentang ayahnya saat beribadah, “Ayahku Ali bin Husein as dalam sehari semalam, melakukan salat seribu rakaat. Begitu waktu salat tiba, aura wajahnya berubah, gemetaran seperti budak hina di hadapan raja, gemetaran dan ketakutan.

Bila seseorang bertanya tentang perubahan keadaan ketika salat ini, maka mereka akan mendengar jawaban:

“Orang yang berdiri di hadapan Allah Yang Maha Besar, maka selayaknya dia harus takut. Dikatakan bahwa di salah satu malam, anak kecil beliau jatuh dari ketinggian dan tangannya patah. Orang-orang yang ada di rumah berteriak. Para tetangga berkumpul. Mereka membawa kain perban dan membalut tangan anak tersebut. Pada saat itu Imam Sajjad as berada di mihrab ibadah dan tidak mengetahui apa-apa. Pagi ketika selesai dari ibadah, beliau melihat tangan anaknya dalam balutan kain perban dan menanyakan keadaannya. (Emi Nur Hayati)

Sumber: Sad Pand va Hekayat; Imam Sajjad as