Kekhawatiran PBB atas Eskalasi Kekerasan Rezim Al Khalifa
https://parstoday.ir/id/news/west_asia-i40346-kekhawatiran_pbb_atas_eskalasi_kekerasan_rezim_al_khalifa
Komite Internasional anti Penyiksaan di laporannya menyatakan, penyiksaan oposisi di Bahrain berlanjut di level yang lebih luas.
(last modified 2025-11-30T09:45:39+00:00 )
Jul 01, 2017 15:45 Asia/Jakarta

Komite Internasional anti Penyiksaan di laporannya menyatakan, penyiksaan oposisi di Bahrain berlanjut di level yang lebih luas.

Di laporan ini disebutkan, anak-anak juga tak luput dari penyiksaan dan mendapat perlakuan buruk, di mana selama tahun 2015 sebanyak 200 anak-anak dan remaja dipenjara dan separuh dari mereka ditempatkan di penjara-penjara oranga dewasa.

Di sisi lain, rumah Sheikh Isa Qassim, ulama terkemuka Bahrain di al-Diraz dikepung oleh militer Al Khalifa selama 40 hari dan sampai kini belum ada berita mengenai kondisi ulama pejuang ini. Berbagai sumber Bahrain menyatakan, hari Jumat (30/6) ratusan warga revolusioner untuk ke 375 kali berpawai ke arah rumah Sheikh Isa Qassim sambil meneriakkan takbir. Hal ini menunjukkan berlanjutnya protes warga Bahrain.

Pengadilan rezim Al Khalifa sebelumnya mencabut kewarganegaraan Sheikh Isa dan menvonis satu tahun penjara serta denda karena menentang rezim penguasa. Aparat keamanan Bahrain sampai saat ini melancarkan berbagai serangan ke wilayah al-Diraz. Selama serangan tersebut, sejumlah pendukung Sheikh Isa terbunuh, lebih dari puluhan lainnya terluka dan ratusan di antaranya ditangkap. Bahrain sejak Februari 2011 menjadi ajang protes damai warga menentang rezim Al Khalifa.

Warga Bahrain menuntut kebebasan, keadilan, penghapusan diskriminasi dan pembentukan pemerintahan sipil di negara mereka. Namun rezim penguasa menanggapi protes damai ini dengan kekerasan. Rezim Al Khalifa yang tidak memiliki legalitas di mata warga tidak bersedia berinteraksi dengan rakyat dalam mengelola negara dan sistem pemerintahan di negara ini seperti negara-negara Arab lainnya bertumpu pada despotisme dan penumpasan. Negara-negara ini tidak memiliki indikasi demokrasi beserta nilai-nilainya.

Sementara kebijakan luar negeri Bahrain bertumpu pada ketergantungan dan negara ini tidak memiliki independensi. Hal ini mendorong Manama secara membabi buta mengekor pada Arab Saudi dan pemerintah Barat. Ulah rezim Al Khalifa ini telah mencoreng wajah Manama.

Di kondisi seperti ini, rezim Al Khalifa untuk mempersiapkan penumpasan lebih besar para oposisi dan proyeksi krisis negara ini, sibuk menebar tudingan dan kebohongan terkait intervensi asing di urusan internal Manama. Rezim berkuasa di Bahrain berusaha mempersiapkan penumpasan lebih besar terhadap oposisi dengan mencitrakan gerakan spontan rakyat tidak independen. Padahal rezim Al Khalifa dengan meratifikasi undang-undang anti terorisme berencana meningkatkan penumpasan dan membatasi atmosfer politik di negara melalui penipuan publik.

Dalam hal ini, Ralph Schoenman, pengamat politik di Berkeley Amerika kali ini mengatakan proses penumpasan oposisi di Bahrain terus berlanjut. Ia menekankan, para pemimpin kebangkitan rakyat Bahrain secara teratur menjadi target serangan rezim penguasa. Schoenman menandaskan, rezim Bahrain bekerjasama dengan tentara Arab Saudi menarget seluruh masyarakat Syiah negara ini dan membungkam setiap seruan demokrasi. Lebih lanjut ia menambahkan, langkah rezim Al Khalifa terhadap oposisi menunjukkan identitas rezim ini dalam melanggar hak-hak dasar dan demokrasi warga.

Transformasi Bahrain mengindikasikan bahwa langkah rezim Al Khalifa bukan saja berhasil membungkam protes warga, tapi sebaliknya warga semakin meningkatkan protes mereka untuk melawan.

Kekerasan yang terus meningkat terhadap warga Bahrain kian menunjukkan wajah sejati rezim Al Khalifa. Sikap internasional anti rezim Al Khalifa membuat pemerintah Bahrain semakin kehilangan legalitas di dalam negeri dan di tingkat dunia dikenal sebagai rezim anti kemanusiaan, pelanggaran HAM dan hukum internasional. Pada akhirnya opini publik semakin membenci rezim Al Khalifa. (MF)