Hari Raya Tahun Baru
-
Imam Musa bin Jakfar as
Dikatakan bahwa Manshur Dawaniqi meminta Musa bin Jakfar untuk duduk di majlis resmi kerajaan pada tahun baru untuk mengucapkan salam dan kegembiraan
dan harus menerima hadiah apa saja yang diberikan kepadanya. Beliau tidak mau menerima dan berkata, “Aku telah meneliti hadis-hadis dari kakekku dan tidak kutemukan hadis tentang hari raya ini dan ini adalah acara khusus yang dirayakan oleh orang-orang Persia. Islam telah menghapusnya dan kami tidak mungkin menghidupkan apa yang telah dihapus oleh Islam.
Manshur mengatakan, “Kami merayakannya dari sisi siasat militer. Demi Allah Anda harus menerimanya.”
Musa bin Jakfar duduk. Para pemimpin dan para pejabat militer dan negara datang menyampaikan selamat hari raya dan memberikan hadiahnya kepada beliau. Manshur mengutus seorang pembantu untuk mencatat siapa saja yang memberikan hadiah. Setelah semua datang, terakhir datanglah seorang lelaki tua dan berkata, “Wahai putra Rasulullah! Saya adalah orang miskin yang tidak punya harta untuk saya hadiahkan. Tapi hadiah saya hanya tiga syair yang telah dibaca oleh kakekku tentang kakek Anda Husein bin Ali as.”
Imam Musa berkata, “Aku menerima hadiahmu dan duduklah. Kemudian beliau menghadap ke arah pembantu Manshur dan berkata, Pergilah ke Manshhur dan katakan, mau diapakan hadiah yang sudah terkumpul ini? Sang pembantu pergi dan kembali seraya berkata, “Manshur mengatakan bahwa saya memberikan semua hadiah itu kepada Anda dan gunakan sesuka hati Anda.”
Imam Musa bin Jakfar berkata kepada lelaki tua itu, “Ambillah semua barang-barang ini dan aku berikan semuanya kepadamu.”
Wasiat Kepada Hisyam bin Hakam
Hai Hisyam! Bila sebuah kacang walnut ada di tanganmu dan masyarakat mengatakan bahwa itu adalah besi bulat, maka tetap menguntungkanmu karena engkau tahu itu adalah walnut. Bila ada besi bulat di tanganmu dan semuanya mengatakan bahwa itu adalah walnut, dan engkau mengetahuinya bahwa itu adalah besi bulat, maka ucapan mereka tidak merugikanmu sama sekali.
Hai Hisyam! Tidak ada seorang hambapun selain ada baginya malaikat penjaga. Bila ia bertawadhu karena Allah, maka malaikat itu akan mengangkat derajatnya dan bila dia menyombongkan diri, maka malaikat itu akan merendahkan dan menghinakannya. Sesungguhnya Allah memiliki dua hujjah bagi masyarakat; hujjah lahiriyah dan hujjah batin. Hujjah lahiriyah adalah para nabi, para imam maksum dan hujjah batin adalah akal. Orang yang berakal adalah sesuatu yang halal tidak menghalanginya untuk bersyukur dan sesuatu yang haram tidak menguasainya.
Bila dunia tidak menjadikan engkau merasa cukup dengan sesuatu yang mencukupimu, maka tidak di dunia ini tidak ada sesuatu yang membuatmu merasa cukup.
Hai Hisyam! Bila engkau tidak mengajarkan hikmah kepada orang-orang yang tidak tahu dan engkau tidak memberikan kepada ahlinya, maka engkau telah berbuat zalim kepada mereka. Barang siapa yang tidak beragama, maka ia tidak ksatria, dan barang siapa yang tidak ksatria, maka ia tidak berakal. Sesungguhnya orang yang paling bernilai adalah yang tidak menilai dunia sebagai kedudukan baginya. Ketahuilah bahwa harga tubuhmu tidak lain hanyalah surga. Untuk itu jangan engkau jual selain dengan harga ini. Sesungguhnya orang yang berakal adalah orang yang tidak mengatakan sesuatu kepada orang yang dia khawatirkan akan ganggapnya berbohong dan tidak memohon sesuatu kepada orang yang kemungkinan tidak mau memberikan permohonannya dan tidak menjanjikan sesuatu yang dia tidak mampu memenuhinya dan berharap pada sesuatu yang tidak bisa diharapkan dan tidak bangkit untuk sesuatu yang khawatir gagal.
Kemarahan adalah kunci keburukan. Orang yang paling sempurna dari sisi keimanan adalah mereka yang paling baik akhlaknya. Bila engkau berteman dengan seseorang, maka jadilah yang paling unggul darinya dalam berbuat kebaikan dan pengabdian. Bersikap lembutlah, karena kelembutan adalah keberkahan dan bersikap kasar adalah bukan keberkahan. Kelembutan dan kebaikan akhlak akan memakmurkan rumah-rumah dan memperbanyak rezeki.
Hai Hisyam! Allah berfirman; Apakah pahalah kebaikan bukan kebaikan? Ini terbukti pada orang mukmin, maupun kafir, orang baik maupun orang jelek. Pahala bukan apa yang engkau lakukan sebagaimana dia melakukannya, kecuali bila engkau menunjukkan keutamaannya. Bila engkau melakukan sebagaimana yang dia lakukan, maka dialah yang lebih dahulu telah memulai kebaikan pada tempatnya.
Bersabarlah dalam ketaatan kepada Allah dan bersabarlah juga dalam menjauhi kemaksiatan. Dunia adalah saat yang ada. Apa yang telah lewat, tidak ada kesenangan ataupun kesedihan. Apa yang belum datang, engkau tidak tahu apa itu. Untuk itu bersabarlah pada saat yang ada, meski engkau seakan-akan dihasudi.
Aku ingatkan jangan sampai engkau menyombongkan diri. Karena orang yang di hatinya ada sedikit saja kesombongan, ia tidak akan masuk ke dalam surga. Kibr [kesombongan] adalah pakaian Allah. Oleh karena itu barang siapa yang berkelahi dalam pakaian Allah maka Allah akan melemparkannya ke dalam api neraka. Bukan bagian dari kami orang yang tidak menghisab dirinya setiap hari. Bila dia berbuat baik, maka hendaknya meminta kepada Allah untuk lebih banyak berbuat baik dan bila berbuat buruk, maka mohonlah ampunan kepada Allah dan bertaubatlah.
Bergaul dengan orang-orang yang beragama adalah kemuliaan dunia dan akhirat. Bermusyawarah dengan orang yang berakal yang menginginkan kebaikan adalah kebahagiaan dan keberkahan serta perkembangan dan taufik ilahi. Untuk itu, bila orang yang berakal dan menginginkan kebaikan memberikan usulan kepadamu, maka jangan menentangnya karena menentangnya akan menyebabkan kecelakaan. Jangan bergaul dengan masyarakat dan akrab dengan mereka kecuali bila engkau menemukan dari mereka orang yang berakal dan bisa dipercaya. Bila demikian, maka akrablah dengan mereka dan menjauhlah dari yang lainnya sebagaimana engkau melarikan diri dari binatang buas.
Jangan sampai engkau tamak dan jangan berharap pada apa yang ada di tangan orang lain dan jangan tamak kepada para makhluk, karena tamak adalah kunci kehinaan dan menghilangkan akal dan menghancurkan ksatriaan dan menodai harga diri dan menghancurkan keilmuan. Engkau harus berlindung kepada Allah dan bertawakal kepada-Nya dan berjuang melawan hawa nafsumu sehingga engkau kembali dari kemauan-kemauannya karena jihad melawan hawa nafsu itu wajib bagimu sebagaimana engkau wajib berjihad melawan musuh. Barang siapa yang dihargai oleh Allah dengan tiga hal, maka sesungguhnya Allah telah memberikan kasih sayang kepadanya:
1. Akal yang berhasil mencegah derita hawa nafsunya.
2. Ilmu yang berhasil menghilangkan derita kebodohannya.
3. Kekayaan yang telah menjauhkan ketakutannya akan kemiskinan. (Emi Nur Hayati)
Sumber: Sad Pand va Hekayat; Imam Musa Kazdim as