Natal di Bawah Pendudukan Zionis (1)
Ketika semua orang bisa pergi ke Bethlehem, warga Kristen Palestina di Jalur Gaza dilarang untuk ke sana. Mereka menunggu Natal setiap tahun, namun mereka tidak pernah bisa merasakannya, kata seorang warga Kristen di Gaza bernama Dima Matis.
Dia menambahkan, Natal adalah tentang suasana keluarga dan meriah, tetapi mereka tidak bisa merayakannya. Hanya setengah dari keluarga kami yang memperoleh izin, sementara setengahnya tidak. Oleh karena itu, setengah keluarga kami bisa merayakan Natal di Bethlehem ataudi tempat lainnya dan sisanya di sini (Gaza). Dengan demikian, kami selama Natal tidak bersama-sama sebagai sebuah keluarga.
Seorang warga Gaza bernama Rosette al-Turk juga mengatakan, setiap Natal, kami menunggu untuk mendapat izin melakukan perjalanan ke luar Gaza guna merayakannya dengan warga Kristen lainnya, sebab di Gaza, kami adalah minoritas.
Dia menjelaskan, sebenarnya, di Gaza kami juga pergi ke Gereja untuk berdoa, berkumpul bersama keluarga dan hari Natal pun berakhir. Kita, lanjutnya, tidak akan merasa seperti Natal sama sekali.
Sementara itu, Milad Ayad menuturkan, Israel membatasi izin untuk kami. Mereka mungkin hanya memberikan izin kepada sang ayah, sementara sang ibu tidak diizinkan, atau mengizinkan ayah dan ibu tapi tidak memberikan izin kepada anak-anaknya.
Menurutnya Milad, Israel hanya memberikan izin kepada mereka yang berusia di atas 35 tahun. Dia mengatakan, kami berharap tahun depan bisa mengunjungi Bethlehem dan al-Quds (Jerusalem) untuk gereja kebangkitan, sehingga kami bisa mempraktekkan ritual keagamaan kami dengan saudara-saudara Muslim kami di al-Quds, di Masjid al-Aqsa. (RA)