Apakah Saudi Serius Menawarkan Gencatan Senjata di Yaman?
Menteri Luar Negeri Arab Saudi Faisal bin Farhan Al Saud mengumumkan inisiatif negaranya untuk gencatan senjata di Yaman.
Proposal Arab Saudi yang diumumkan pada hari Senin (22/3/2021) itu meliputi pelonggaran pembatasan bandara Sanaa dan pelabuhan al-Hudaidah, yang implementasinya bergantung pada penerimaan Ansarullah Yaman.
Faisal mengatakan, inisiatif Arab Saudi termasuk gencatan senjata komprehensif di Yaman dengan dukungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan dengan persetujuan dari pemerintah Abd Rabbuh Mansour Hadi dan Ansarullah Yaman.
Tiga hari lagi, agresi militer koalisi pimpinan Arab Saudi ke Yaman yang didukung Amerika Serikat (AS) memasuki tahun ketujuh pada 26 Maret 2021. Pertanyaannya adalah mengapa Arab Saudi membuat tawaran seperti itu pada akhir tahun keenam invasinya ke Yaman? Seberapa serius tawaran itu dan apa tujuan Arab Saudi dari proposal ini?
Mengapa Saudi Mewarkan Gencatan Senjata pada Akhir Tahun Keenam Invasinya ke Yaman?
Untuk menjawab pertanyaan ini, kita dapat menyinggung dua hal. Pertama, Arab Saudi berada di bawah tekanan, terutama dalam dua bulan terakhir ini, disebabkan tidak memperoleh dukungan kuat seperti dukungan dari mantan Presiden AS Donald Trump. Tanpa dukungan kekuatan-kekuatan Barat, Arab Saudi tidak memiliki kemampuan untuk memajukan perang di Yaman.
Kedua, Arab Saudi, setelah enam tahun menyerang Yaman, di satu sisi, sampai pada kesimpulan bahwa ia tidak dapat menang melawan rakyat Yaman yang gigih membela negaranya, dan di sisi lain, ia menyaksikan serangan balasan dan pukulan keras dari Yaman di berbagai bagian Arab Saudi, termasuk Riyadh. Dengan demikian, biaya untuk melanjutkan perang telah meningkat bagi Arab Saudi.
Asisten Khusus Ketua Parlemen Republik Islam Iran untuk Urusan Internasional Hossein Amir-Abdollahian baru-baru ini menyinggung perang di Yaman yang akan memasuki tahun ketujuh.
Dia mengatakan, enam tahun telah berlalu sejak rakyat Yaman melawan agresi AS-Arab Saudi, dan mantan Menlu Arab Saudi Adel al-Jubeir mengklaim bahwa kami akan menghancurkan al-Houthi dalam waktu15 hari, namun hari ini, perlawanan Yaman telah menang dan penguasa Arab Saudi sangat bingung dan tercengang.
Seberapa Serius Tawaran Saudi untuk Gencatan Senjata?
Untuk menjawab pertanyaan ini, perlu dicatat bahwa Al Saud, meskipun mengalami kondisi baru dalam invasinya ke Yaman, namun rezim ini belum serius untuk mengakhiri agresi itu. Tanda ketidakseriusan Arab Saudi adalah jet-jet tempur kerajaan ini membombardir berbagai wilayah Yaman, termasuk Sanaa, segera setelah mengusulkan gencatan senjata.
Apa Tujuan Sebenarnya Saudi Menawarkan Gencatan Senjata?
Dengan rencana gencatan senjata, tampaknya rezim Al Saud berusaha mengalihkan tekanan politik terhadap Arab Saudi ke Ansarullah Yaman.
Tak lama setelah usulan Arab Saudi untuk gencatan senjata di Yaman, Wakil Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS Jalina Porter mengatakan, AS menyambut baik komitmen Arab Saudi dan Pemerintah Republik Yaman untuk gencatan senjata dan proses politik di negara ini.
Jalina Porter menyinggung bahwa konsultasi untuk menciptakan perdamaian di Yaman sedang berlangsung. Dia menuturkan, kami menyerukan semua pihak untuk segera terlibat dalam gencatan senjata dan masuk ke dalam negosiasi yang diawasi oleh PBB.
Sementara itu, Pemerintah Penyelamatan Nasional Yaman menyadari niat tersembunyi Arab Saudi dan kurangnya keseriusan Riyadh untuk melakukan gencatan senjata.
Jubir Ansarullah Yaman Mohammed Abdul Salam, yang juga Ketua Tim Perunding Pemerintahan Penyelamatan Nasional Yaman dalam tweetnya terbaru menulis, Arab Saudi sendiri adalah bagian dari agresor Yaman. Setiap rencana yang tidak memperhitungkan fakta bahwa Yaman telah diserang dan diblokade, adalah tidak serius dan bukan hal yang baru. (RA)