Rahbar Tegaskan Dukungan Penuh kepada Palestina
Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei menyatakan dukungan penuh kepada perjuangan rakyat Palestina untuk meraih kemerdekaan dan menyebut Israel sebagai pusat teroris yang memerangi bangsa Palestina dan bangsa-bangsa Muslim lainnya.
"Sejak hari pertama, orang-orang Zionis telah mengubah Palestina yang dirampas menjadi sebuah basis terorisme. Israel bukanlah sebuah negara, tapi garnisun teroris untuk melawan bangsa Palestina dan bangsa-bangsa Muslim lainnya. Perang terhadap rezim haus darah ini adalah perang melawan penindasan dan perang melawan terorisme, dan ini adalah tugas semua," kata Ayatullah Khamenei dalam pidato memperingati Hari Quds Internasional pada hari Jumat (7/5/2021).
Rahbar menambahkan, masalah Palestina masih menjadi isu kolektif yang paling penting dan aktual bagi umat Islam. Kebijakan sistem kapitalis dan tirani telah memotong tangan sebuah bangsa dari rumahnya, tanah air, dan tanah leluhurnya, dan kemudian ditempatkan rezim teroris dan orang asing di sana.
"Adakah yang lebih lemah dan sangat rancu daripada logika rapuh dari pembentukan rezim Zionis? Negara-negara Eropa berdasarkan pengakuannya telah menindas kaum Yahudi selama era Perang Dunia II. Jadi, apakah penebusan atas (darah) orang-orang Yahudi harus dilakukan dengan mengusir sebuah bangsa di Asia Barat dan melakukan pembantaian tragis di negara itu?" tanyanya.
Ini, lanjutnya, adalah logika yang dipegang oleh pemerintah-pemerintah Barat dengan memberikan dukungan mutlak dan gila-gilaan kepada rezim Zionis. Dengan begitu, semua telah mempertanyakan klaim palsu mereka tentang hak asasi manusia dan demokrasi. Ini adalah peristiwa yang menggelikan dan memilukan selama lebih dari 70 tahun yang terus berlanjut dan sesekali lembaran lain ditambahkan pada peristiwa itu.
"Patut dicatat bahwa meski rezim penjajah didirikan pada tahun 1948, namun persiapan untuk merampas titik penting dari wilayah Islam ini dimulai bertahun-tahun sebelumnya. Tahun-tahun itu bertepatan dengan intervensi aktif Barat di negara-negara Islam untuk menegakkan sekularisme dan nasionalisme ekstrem dan buta, serta mengantarkan pemerintah otoriter, terpesona, atau boneka Barat pada kekuasaan. Sebuah studi tentang peristiwa yang terjadi pada tahun-tahun tersebut di Iran dan Turki serta negara-negara Arab di Asia Barat hingga Afrika Utara, menyingkap sebuah fakta pahit ini bahwa kelemahan dan perpecahan di tengah umat Islam telah membuka jalan bagi malapetaka perampasan Palestina, dan pukulan ini menimpa umat Islam dari dunia arogan," ujarnya.
Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran menjelaskan, ini menjadi pelajaran bahwa pada masa itu, baik kubu kapitalisme maupun komunisme melakukan sinergi dengan Qarun-qarun Zionis. Inggris menyusun dasar konspirasi dan menindaklanjutinya. Para kapitalis Zionis menjalankannya dengan uang dan senjata, dan Uni Soviet adalah pemerintahan pertama yang mengakui pembentukan rezim ilegal dan mengirim sejumlah besar orang Yahudi ke sana. Rezim penjajah adalah produk dari situasi waktu itu di dunia Islam di satu sisi, dan konspirasi serta agresi Eropa di sisi lain.
"Sekarang situasi dunia tidak lagi seperti dulu, kita harus selalu mengingat fakta ini. Hari ini perimbangan kekuatan menguntungkan Dunia Islam. Berbagai peristiwa politik dan sosial di Eropa dan Amerika Serikat telah menyingkap kelemahan dan kepincangan struktural dan manajerial yang serius serta moral Barat di mata dunia. Kisruh pemilu di AS dan ujian yang telah mempermalukan para pemimpin mereka yang sombong dan arogan, serta kegagalan satu tahun dalam menangani pandemi Corona di AS dan Eropa, dan skandal-skandal lain, serta kekacauan politik dan sosial baru-baru ini di negara-negara utama Eropa, semuanya adalah sinyal dari proses kemunduran dan keredupan kamp Barat," tambahnya.
Di sisi lain, lajut Rahbar, pertumbuhan pasukan perlawanan di wilayah-wilayah Islam yang paling sensitif, pertumbuhan kemampuan defensif dan ofensif mereka, meningkatnya kesadaran, motivasi, dan harapan di tengah bangsa-bangsa Muslim, tumbuhnya kecintaan pada slogan-slogan Islami dan Qur'ani, berkembangnya sains, tumbuhnya semangat mandiri dan berdikari di antara bangsa-bangsa, merupakan sinyal baik yang mengabarkan masa depan yang cerah.
"Di masa depan yang diberkahi ini, sinergi di antara negara-negara Muslim harus menjadi sebuah tujuan utama dan fundamental, dan tampaknya ini tidak sulit untuk diraih. Fokus dari sinergitas ini adalah masalah Palestina, yang berarti (sinergitas) semua negara, dan masa depan al-Quds al-Sharif. Hakikat inilah yang telah mengilhami hati bersih Imam Khomeini (semoga Tuhan merahmatinya) untuk mengumumkan Hari Quds Internasional pada hari Jumat terakhir bulan Ramadhan," paparnya.
Ayatullah Khamenei menuturkan, sinergitas kaum Muslim pada masalah al-Quds al-Sharif adalah mimpi buruk musuh Zionis dan para pendukungnya di Amerika dan Eropa. Gagalnya prakarsa "Kesepakatan Abad" dan kemudian upaya normalisasi hubungan beberapa pemerintahan lemah Arab dengan rezim penjajah, merupakan upaya putus asa untuk melarikan diri dari mimpi buruk tersebut. Saya katakan dengan tegas: upaya ini tidak akan berhasil, gerakan ke arah keruntuhan dan keredupan rezim musuh Zionis telah dimulai dan tidak akan pernah berhenti.
"Dua faktor penting yang menentukan masa depan. Pertama dan yang utama adalah berlanjutnya perlawanan di wilayah Palestina serta penguatan garis jihad dan syahadah. Dan kedua, dukungan global dari pemerintah dan bangsa-bangsa Muslim di seluruh dunia kepada para mujahidin Palestina," paparnya.
Rahbar menegaskan, semua – para negarawan, intelektual, ulama, partai dan kelompok, pemuda yang energik, dan lapisan lainnya – harus menemukan posisinya dalam gerakan global ini dan memainkan peran. Hal inilah yang menggagalkan tipu daya musuh, dan untuk janji Ilahi ini, "Ataukah mereka hendak melakukan tipu daya? Maka orang-orang yang kafir itu merekalah yang kena tipu daya." (At-tur, ayat 42), telah menghadirkan sebuah bukti dari akhir zaman, "… Dan Allah berkuasa terhadap urusan-Nya, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahuinya." (Yusuf, ayat 21)
"Hari ini harapan akan kemenangan lebih besar dari sebelumnya. Perimbangan kekuatan secara drastis berpihak pada rakyat Palestina, sementara musuh Zionis semakin tak berdaya dari tahun ke tahun. Militer mereka yang menyebut dirinya 'tentara yang tak pernah terkalahkan,' sekarang telah menjadi 'tentara yang tidak pernah melihat kemenangan' setelah pengalaman (perang) 33 hari di Lebanon serta pengalaman (perang) 22 hari dan 8 hari di Gaza," tegasnya.
Ayatullah Khamenei menuturkan, proses keruntuhan rezim Zionis dan peningkatan kekuatan front perlawanan adalah kabar gembira tentang masa depan yang cerah: meningkatnya kekuatan pertahanan dan kekuatan militer, kemandirian dalam membangun senjata yang efektif, kepercayaan diri para mujahidin, tumbuhnya kesadaran para pemuda, melebarnya lingkaran perlawanan di seluruh Palestina dan sekitarnya, bangkitnya pemuda baru-baru ini dalam membela Masjid al-Aqsa, serta terefleksinya perjuangan dan ketertindasan bangsa Palestina di tengah opini publik di berbagai belahan dunia.
"Logika perjuangan Palestina juga telah didaftarkan oleh Republik Islam Iran dalam dokumen PBB, sebuah logika yang progresif dan atraktif. Para pejuang Palestina dapat mengajukan sebuah referendum dari semua penduduk asli Palestina. Referendum ini akan menentukan sistem politik negara, dan penduduk asli dari semua etnis dan agama, termasuk pengungsi Palestina harus berpartisipasi di dalamnya. Sistem politik ini akan memulangkan pengungsi ke dalam (tanah airnya) dan memutuskan nasib orang-orang asing yang menumpang di situ," ujarnya.
Tuntutan ini, kata Rahbar, didasarkan pada demokrasi yang umum yang diterima di dunia dan tidak ada seorang pun yang bisa mempertanyakan (sistem) yang maju ini. Para mujahid Palestina harus melanjutkan perjuangan yang sah dan bermoral mereka terhadap rezim penjajah sedemikian rupa sehingga tuntutan ini diterima.
"Majulah dengan nama Allah Swt dan ketahuilah bahwa Allah pasti akan menolong orang yang membela agamanya," pungkasnya. (RA)