Ketika Menteri Perang Zionis Mengancam akan Meneror Komandan Perlawanan
(last modified Mon, 24 May 2021 01:46:30 GMT )
May 24, 2021 08:46 Asia/Jakarta

Menteri Perang Zionis Israel Benny Gantz mengancam akan meneror para pemimpin Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas) dalam sebuah pernyataan terbuka.

Penggunaan terori telah terjadi sejak pengumuman keberadaan rezim Zionis Israel. Hanya beberapa bulan setelah pengumuman keberadaan rezim Zionis, aksi teror di rezim ini mulai dijalankan, ketika mereka meneror Folke Bernadotte, seorang diplomat senior Swedia dan penengah PBB antara Arab dan Israel. Bernadotte telah mengajukan gagasan untuk perdamaian, termasuk mengakhiri migrasi Yahudi ke wilayah Palestina dan membiarkan Baitul Maqdis di bawah kekuasaan Arab.

Benny Gantz, Menteri Perang Zionis Israel

Sejak 1950-an, rezim Zionis telah mengadopsi kebijakan teror dan pembersihan sebagai doktrin yang konsisten tanpa mempertimbangkan konsekuensi politik dan hukum dari tindakan tidak manusiawi ini.

Jurnalis keamanan/militer Israel Ronen Bergman telah menerbitkan buku berjudul "Rise and Kill First" pada 2018. Buku tersebut menyatakan bahwa Israel telah melakukan 2.700 operasi pembunuhan selama 70 tahun hidupnya. Noam Chomsky, seorang pemikir dan ahli bahasa Amerika, baru-baru ini menekankan bahwa strategi "teror" adalah kebijakan Israel yang fundamental.

Menteri Perang Zionis Israel Bani Gantz kini mengancam akan membunuh Yahya al-Sinwar, Kepala Biro Politik Hamas di Jalur Gaza, dan Mohammed al-Dheif, Komandan Brigade al-Qassam, sayap militer Hamas.

Pernyataan terbuka Gantz memuat beberapa poin penting.

Poin pertama adalah rezim Zionis melakukan teror ketika gagal dalam perang, yang merupakan salah satu tindakan paling keji dan kotor.

Sekarang rezim Zionis telah dikalahkan dalam perang 12 hari, dan telah menempatkan teror komandan Hamas dalam agenda. Menurut pendapatnya, dengan meneror beberapa komandan ini, dapat membuat kelompok ini bermasalah dari sisi sumber daya manusia dan pengalaman.

Noam Chomsky, seorang pemikir dan ahli bahasa Amerika, baru-baru ini menekankan bahwa strategi "teror" adalah kebijakan Israel yang fundamental.

Namun, Hamas dan kelompok perlawanan lainnya telah berulang kali membuktikan bahwa keyahidan para komandan mereka justru memperkuat tekad mereka untuk melawan dan menyerang Zionis Israel. Kekuatan misil yang ditunjukkan oleh Perlawanan Palestina dalam perang 12 hari tersebut adalah produk dari kesyahidan para komandan perlawanan sebelumnya.

Poin kedua adalah bahwa Menteri Perang Zionis Israel secara terbuka menyatakan ancaman teror terhadap komandan Hamas.

Dengan kata lain, rezim Zionis Israel tidak memperhatikan hukum internasional dan institusi internasional karena sistem dunia tidak mengambil tindakan apapun terhadap Israel setelah aksi teror sebelumnya. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan Jumat lalu bahwa setelah gencatan senjata antara Zionis Israel dan Perlawanan Palestina bahwa Israel adalah penjajah dan rezim teroris dan sudah saatnya dunia membuka mata terhadap fakta ini.

Recep Tayyip Erdogan, Presiden Turki

Poin ketiga adalah bahwa ancaman teror tidak membuat takut para komandan perlawanan, justru mereka menyambut kesyahidan yang berakar pada nilai-nilai agama Islam. Oleh karena itu, ketika Benny Gantz mengancam akan membunuh kepala biro politik Hamas di Jalur Gaza, Yahya al-Sinwar malah turun ke jalan-jalan Gaza pada hari Sabtu dan langkah pertama yang dilakukannya adalah pertama menuju rumah Bassem Issa, salah satu dari komandan Brigade Qassam. (SL)

Tags