Menyorot Hubungan AS dan Jerman
(last modified Fri, 16 Jul 2021 08:38:38 GMT )
Jul 16, 2021 15:38 Asia/Jakarta

Para pemimpin Amerika Serikat dan Jerman selama kunjungan Kanselir Jerman Angela Merkel ke Washington berusaha menampilkan persatuan kedua pihak.

Presiden Amerika Serikat Joe Biden di pertemuan dengan Merkel di Gedung Putih mengatakan, "Kami bersatu melawan agresi Rusia." Sementara Merkel di pertemuan ini mendukung statemen Biden.

Meski Washington dan Berlin memiliki kesamaan di koridor hubungan trans-Atlantik, keduanya memiliki banyak friksi di antaranya terkait proyek pipa gas Nord Stream 2 yang rencanya dibangun dari Rusia ke Jerman.

Amerika Serikat mengklaim bahwa selesainya proyek pipa gas ini akan meningkatkan ketergantungan Eropa terhadap sumber energi Rusia, menambah pendapatan devisa Moskow dan menggoncang kondisi geopolitik Eropa.

Sementara menurut Eropa, jaminan sumber energi murah dan bersih sebuah keharusan dan tidak dapat dipungkiri, dan jika ini tidak diperhatikan maka pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan warga benua ini terancam.

Mengingat Eropa saat ini tidak memiliki opsi lain yang menjanjikan dari gas Rusia, maka mereka berusaha menjamin kebutuhan gasnya dengan menanam investasi di sejumlah proyek raksasa pengiriman gas alam dari Rusia ke pusat Eropa.

Proyek pipa gas Nord Stream 2

Di sisi lain, keputusan ini menuai respon keras dari Amerika Serikat yang memandang proyek pipa gas ini sebagai ancaman keamanan, bukan sebuah kebutuhan ekonomi. Oleh karena itu, sejak pemerintahan Donald Trump, Gedung Putih menjatuhkan sanksi kepada perusahaan Jerman yang terlibat di proyek Nord Stream 2. Tentu saja langkah ini membangkitkan kemarahan petinggi Berlin.

Meski demikian friksi antara kedua anggota penting Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) tidak terbatas pada isu energi, tapi juga merembet ke sejumlah isu lainnya mulai dari saham bujet pertahanan hingga tarif perdagangan, dari isu perubahan iklim hingga metode menghadapi Cina. Di berbagai kasus ini, ada perbedaan pandangan serius antara pemerintahan Trump dan Merkel.

Dengan lengsernya Donald Trump dari kekuasaan dan berkuasanya Joe Biden di Gedung Putih, tensi antara Washington dan Berlin sedikit banyak menurun. Pemerintah baru Amerika untuk menunjukkan niat baiknya, mencabut sanksi terhadap perusahaan Jerman yang terlibat di proyek Nord Stream 2. Namun demikian, sampai saat ini kedua negara belum mencapai kesepakatan terkait mekanisme jaminan keamanan energi di Eropa dan metode menghadapi Rusia.

Setiap hari di Amerika terdengar suara penentangan terhadap Rusia yang semakin keras. Sementara Angela Merkel berusaha meredam eskalasi tensi dengan Rusia.

Friksi ini juga muncul di antara AS dan Jerman terkait cara menghadapi Cina. Amerika berharap Jerman memainkan peran pemimpin di Eropa untuk menekan Cina. Padahal setiap sikap keras Berlin terhadap Beijing dapat menimbulkan efek negatif bagi ekonomi Jerman, khususnya di sektor ekspor dan impor negara ini.

Ulrich Speck, pengamat hubungan luar negeri mengatakan, "Masalah AS adalah bahwa Merkel berada di atas angin karena dia percaya keadaan hubungan trans-Atlantik saat ini cukup baik untuk Berlin, tetapi Biden perlu mendominasi Jerman untuk memajukan strategi barunya terhadap Cina."

Di sisi lain, meraih ambisi ini tidak mudah bagi Amerika Serikat. (MF)