Aug 25, 2021 09:47 Asia/Jakarta

The Washington Post melaporkan pada hari Selasa (24/08/2021), bahwa Direktur CIA William Burns telah bertemu dengan Ketua Biro Politik Taliban Mulla Abdul Ghani Baradar secara diam-diam.

Ini adalah pertemuan tingkat tinggi pertama antara kelompok itu dan pejabat pemerintah Biden sejak Taliban menguasai Kabul. Abdul Ghani Baradar adalah pejabat tertinggi Taliban di ibukota Afghanistan.

Pembicaraan yang berlangsung selama pertemuan ini kemungkinan besar terkait dengan tenggat waktu yang sudah dekat bagi militer AS untuk mengakhiri evakuasi udara terhadap warga Amerika dan sekutu Afghanistan mereka hingga 31 Agustus.

Ketua Biro Politik Taliban Mulla Abdul Ghani Baradar

Pemerintah Biden mendapat tekanan kuat dari sekutunya, termasuk Inggris dan Prancis, untuk memperpanjang waktu kehadiran pasukan AS di Afghanistan guna membantu mengevakuasi puluhan ribu warga negara Barat dan sekutu Afghanistan mereka serta menyelamatkan mereka dari Taliban.

Biden sekarang harus membuat keputusan yang sulit. Seorang juru bicara Taliban sebelumnya telah memperingatkan bahwa jika Amerika Serikat tidak menarik pasukannya dari Afghanistan pada akhir Agustus, itu akan melewati "garis merah" dengan "konsekuensi".

Penarikan AS yang tidak bertanggung jawab dari Afghanistan dan kekacauan di bandara Kabul telah menjadi simbol ketidakpercayaan terhadap Amerika Serikat dan semakin menodai citra internasional Washington, terutama di antara sekutu Eropanya.

"Presiden AS Joe Biden mengatakan dia belum mendengar kritik dari sekutu AS tentang penarikan pasukan yang kacau dari Afghanistan dan jatuhnya pemerintahannya, tapi kritik sangat kuat dan gigih, setidaknya dariEropa," kata Steven Erlanger, seorang jurnalis Amerika.

Pada saat yang sama, pertemuan antara Burns, Direktur CIA dan Mulla Abdul Ghani Baradar, Ketua Biro Politik Taliban menunjukkan bahwa ada hubungan dan pertukaran informasi intelijen serta hubungan politik antara pemerintah AS dan Taliban. Dengan demikian, sudah barang tentu pertemuan ini tidak boleh dianggap yang pertama dalam hal ini.

Kenyataan ini menunjukkan bahwa Amerika Serikat secara praktis telah mengakui Taliban sebagai kekuatan yang berpengaruh di Afghanistan sejak lama, terutama sebelum, selama dan setelah pembicaraan Doha pada masa kepresidenan mantan Presiden AS Donald Trump. Pembicaraan yang akhirnya mengarah pada Perjanjian Doha pada Februari 2020 dan tentu saja kedua pihak telah melakukan pembicaraan terus menerus dan rahasia.

The Washington Post melaporkan pada hari Selasa (24/08/2021), bahwa Direktur CIA William Burns telah diam-diam bertemu dengan Direktur Biro Politik Taliban Mulla Abdul Ghani Baradar.

Sekarang, mengingat tantangan penarikan warga Amerika Serikat, Barat dan sekutu Afghanistan mereka dari bandara Kabul, dapat diasumsikan bahwa pemerintah Biden selama pembicaraan rahasia baru-baru ini dengan Taliban menerima semacam jaminan untuk jalan keluar yang aman dari pasukan ini dan NATO dari Afghanistan.

Sebelumnya, Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih Jake Sullivan mengatakan Washington terus berhubungan dengan Taliban mengenai masalah keamanan, termasuk evakuasi warga Amerika.

Dengan penarikan tergesa-gesa dari Afghanistan, Amerika Serikat tidak hanya menjerumuskan negara itu ke dalam krisis yang belum pernah terjadi sebelumnya, tetapi juga menghancurkan semua yang disebut pencapaiannya.

Sementara itu, sekarang diam-diam bernegosiasi dengan Taliban untuk menemukan tenggat waktu baru setelah 31 Agustus untuk penarikan penuh Amerika dan sekutu Afghanistan mereka.

Selain itu, dengan tereksposnya pertemuan antara dua pejabat senior AS dan Taliban, Pemerintahan Biden telah berusaha untuk membenarkan hal ini. Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price mengkonfirmasi hubungan Washington dengan Taliban, dengan mengatakan itu tidak berarti hubungan formal atau kepercayaan pada kelompok itu.

Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price

Namun, paling tidak yang bisa dikatakan dalam hal ini adalah bahwa Amerika Serikat telah dipaksa untuk duduk di meja dengan kekuatan yang diperangi selama dua dekade ini. Kenyataan ini dapat dilihat sebagai awal dari keterlibatan Washington yang lebih besar dengan Taliban di masa depan, yang tentu saja, berarti menurunkan Amerika Serikat dari posisi sebelumnya.

Tags