Ketegangan Diplomatik antara Rusia dan Jerman
Dengan terbentuknya pemerintahan koalisi Jerman yang baru, hubungan antara Berlin dan Moskow telah memasuki babak baru, dan pada langkah pertama, perang diplomatik telah pecah antara Rusia dan Jerman.
Perselisihan Moskow dengan Berlin telah meletus berkat keputusan pengadilan Jerman bahwa Rusia dituduh memerintahkan pembunuhan seorang mantan komandan Chechnya pada 2019.
Rusia pada hari Senin (20/12/2021) menyebut dua diplomat Jerman sebagai "elemen yang tidak diinginkan" sebagai tanggapan atas pengusiran Jerman atas dua diplomat Rusia dari Berlin.
Kementerian Luar Negeri Rusia mengumumkan bahwa Moskow telah mengusir dua diplomat Jerman sebagai tanggapan atas tindakan Berlin, sesuai dengan prinsip timbal balik. Pada saat yang sama, Moskow memperingatkan bahwa mereka akan bereaksi serupa terhadap kemungkinan tindakan balasan oleh Berlin.
Sebaliknya, Kementerian Luar Negeri Jerman menyebut pengusiran dua diplomat Jerman dari Moskow sama sekali tidak dapat diterima dan semakin memperumit hubungan antara kedua negara.
Sebelumnya, Jerman menyebut dua diplomat di kedutaan Rusia di Berlin sebagai "elemen yang tidak diinginkan" menyusul vonis pembunuhan Zelimkhan Khangoshvili, seorang warga negara Georgia keturunan Chechnya.
Kementerian Luar Negeri Rusia memanggil duta besar Jerman untuk Moskow dan dengan tegas membantah tuduhan tak berdasar bahwa lembaga pemerintah Rusia terlibat dalam pembunuhan itu.
Tampaknya hubungan Rusia dengan Jerman, sebagai negara Eropa terpenting dan salah satu anggota utama NATO, akan menghadapi berbagai tantangan mengingat perbedaan di berbagai bidang pada masa pemerintahan Kanselir baru Jerman Olaf Scholz.
Dengan terbentuknya pemerintahan koalisi Jerman yang baru, hubungan antara Berlin dan Moskow telah memasuki babak baru, dan pada langkah pertama, perang diplomatik telah pecah antara Rusia dan Jerman.
Moskow dan Berlin sekarang berselisih atas sejumlah masalah, termasuk masa depan pipa gas Nord Stream 2, penyelarasan kebijakan Jerman dengan Amerika Serikat terkait Ukraina, dan pencaplokan semenanjung Krimea ke Rusia.
Namun, apa yang memicu ketegangan diplomatik baru-baru ini dalam hubungan antara kedua negara adalah klaim pengadilan Jerman bahwa Rusia berperan dalam pembunuhan seorang warga negara Georgia oleh seorang Rusia.
Keputusan untuk mengusir dua diplomat Rusia dari Jerman mengikuti keputusan pengadilan Berlin dalam pembunuhan Zelimkhan Khangoshvili. Vadim Krasikov, seorang warga negara Rusia, dijatuhi hukuman penjara seumur hidup atas pembunuhan dan kepemilikan senjata secara ilegal dalam kasus pembunuhan Khangoshvili tahun 2019 di Berlin. Seorang hakim Jerman telah mengklaim bahwa pembunuhan itu adalah balas dendam untuk Kremlin.
Tampaknya pemerintah Jerman yang baru, lebih dari pemerintah Jerman sebelumnya, mencoba untuk menghadapi Rusia dan menekan Moskow di berbagai bidang. Tentu saja, pendekatan ini akan mengarah pada pembalasan Rusia dan pada akhirnya akan memicu ketegangan antara Eropa Timur dan Barat.
Pada saat yang sama, masalah ini akan berdampak negatif pada bidang kerja sama kedua negara, terutama di bidang energi.
Baru-baru ini, Kanselir Jerman yang baru mengesampingkan politisasi proyek jalur pipa gas Nord Stream 2. Namun Menteri Luar Negeri Jerman yang baru, Annalena Baerbock, mengklaim bahwa pipa tersebut bermasalah karena tidak mematuhi hukum energi dan masalah keamanan Eropa.
Masalah ini menunjukkan bahwa Berlin bermaksud, bersama dengan Washington selama kepresidenan Joe Biden, untuk mengintensifkan tekanan pada Moskow demi memaksa Rusia mematuhi tuntutan Barat. Namun, Rusia telah menolak tekanan Barat dan memperkuat posisinya di bidang gas, keamanan, dan militer di Eropa.
"Upaya Eropa untuk melemahkan pengaruh Rusia di pasar energi telah menjadi bumerang," kata James Marson, analis AS.