AS Dibayangi Resesi Ekonomi
(last modified Sun, 05 Jun 2022 06:35:49 GMT )
Jun 05, 2022 13:35 Asia/Jakarta
  • Inflasi di Amerika
    Inflasi di Amerika

Mantan menteri keuangan Amerika Serikat memperingatkan bahaya munculnya resesi ekonomi di negara ini.

"Ekonomi AS mungkin terlihat kuat, tetapi inflasi lebih tinggi dari yang kami harapkan," kata Lawrence Summers saat diwawancarai Televisi Bloomberg mengacu pada inflasi AS yang tak terkendali dalam pemerintahan Biden.

Terkait masa depan ekonomi negara ini dan dampak jangka panjang keputusan yang tidak efisien, Lawrence Summers menambahkan, "Kita memiliki gambara ambigu terkait masa depan ekonomi kami."

Di tahun 2021, produk domestik bruto (PDB) AS naik 11 persen. Ini adalah ekspresi dari kebijakan fiskal. Kami melihat peningkatan sebelas persen dalam pengeluaran; Jadi Anda akan melihat peningkatan inflasi, tambahnya.

Seraya mengungkapkan keraguannya terkait  penurunan inflasi di Amerika selama beberapa tahun kedepan, Summers mengatakan, "Dengan demikian kita akan menyaksikan resesi ekoonmi dalam dua tahun kedepan; Tidak ada kebijakan finansial khusus yang mampu menurunkan inflasi ke angka 2 atau 3 persen."

Mingguan Economist, cetakan Inggris Sabtu (4/6/2022) di sebuah artikelnya menulis, berlanjutnya resesi ekonomi di Amerika hingga tahun 2024 sepertinya sebuah kemungkinan, meski resesi ekonomi ini tidak akan parah, tapi dampaknya akan sangat mengkhawatirkan.

Menurut The Economist, kebanyakan orang lebih mengingat dua kasus resesi terakhir: resesi 2007-2009 dan kesulitan ekonomi akibat pandemi Corona pada 2020; Kondisi kedua kasus tersebut sangat parah dan tidak biasa.

Lebih lanjut The Economist menulis, angka inflasi tahunan, bahkan tanpa memperhatian harga bahan makanan dan bahan bakar sebesar 2,6 persen.

Perlu diingat bahwa Departemen Perdagangan Amerika akhir April seraya merilis data kondisi ekonomi negara ini menyatakan, pertumbuhan ekonomi Amerika secara mengejutkan di triwulan pertama 2022 dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya anjlok 1,4 persen. (MF)