Diancam AS, Ini Tanggapan Tegas Rusia
(last modified Sat, 13 Aug 2022 12:11:31 GMT )
Aug 13, 2022 19:11 Asia/Jakarta
  • Rusia.
    Rusia.

Kebijakan permusuhan Amerika Serikat (AS) terhadap Rusia berlanjut. Washington mengeluarkan ancaman baru untuk memperkenalkan Moskow sebagai sponsor dan pendukung terorisme. Namun ancaman ini segera ditanggapi Rusia dengan tegas.

Rusia memperingatkan bahwa keputusan seperti itu akan membawa hubungan bilateral ke titik yang tidak bisa dipulihkan kembali, dan bahkan ada kemungkinan dilakukan pemutusan hubungan kedua negara.

Kepala Departemen Amerika Utara di Kementerian Luar Negeri Rusia Alexander Darchiev  mengatakan, jika Senat AS menyetujui rencana untuk memperkenalkan Rusia sebagai negara yang mensponsori terorisme, tindakan ini akan menyebabkan kerusakan paling serius pada hubungan diplomatik bilateral, hingga mengurangi atau bahkan memutusnya.

Selama bertahun-tahun, AS telah menggunakan tekanan seperti menyatakan negara atau individu terntentu sebagai teroris untuk memajukan kebijakan luar negerinya. Untuk itu, Washington berusaha melanjutkan tekanan terhadap Rusia dalam perang Ukraina dengan cara ini, dan membuka babak baru dengan tajuk memperkenalkan pemerintah Rusia sebagai teroris dan pendukung terorisme guna memberikan dasar bagi sanksi lebih lanjut terhadap negara ini.

Sehubungan dengan itu, beberapa anggota Kongres AS telah meminta Kementerian Luar Negeri negara ini untuk memperkenalkan Rusia sebagai sponsor terorisme karena apa yang mereka gambarkan sebagai tindakan Moskow di Chechnya, Georgia, Suriah, dan Ukraina.

Sejak awal perang Ukraina, ketegangan antara Rusia dan Barat meningkat tajam. Sementara itu, hubungan antara Moskow dan Washington menjadi sangat gelap. Kremlin telah berulang kali memperingatkan Barat, terutama AS, tentang pengiriman bantuan senjata ke Ukraina dan menyatakan bahwa tindakan seperti itu oleh Washington akan memperburuk situasi perang di Ukraina. Namun, AS dan sekutunya terus memberikan dukungan keuangan dan militer kepada Ukraina.

Namun terlepas dari semua upaya dan dukungan negara-negara Barat kepada Ukraina, Rusia masih berada di atas angin di garis depan perang Ukraina. Kondisi ini bertentangan dengan perkiraan AS dan sekutunya.

Tindakan Barat yang menjatuhkan sanksi politik dan ekonomi berat terhadap Rusia tidak hanya gagal untuk memaksa Moskow mengubah kebijakannya terhadap Ukraina. Sebaliknya, sanksi Barat di bidang energi telah berdampak negatif bagi Eropa dan menimbulkan kenaikan harga bahan bakar di negara ini.

Gedung Putih

Sementara itu, di Amerika, kenaikan harga bahan bakar dan inflasi telah membuat kondisi ekonomi makin sulit. Namun, para pejabat Washington, yang kebijakannya terhadap Rusia telah gagal, kini mempertimbangkan untuk menerapkan tekanan lebih terhadap Rusia dengan menyebut negara ini sebagai teroris dan pendukung terorisme.

Duta Besar AS untuk Rusia John Joseph Sullivan  beberapa waktu lalu bahwa hubungan Washingron dan Moskow sulit untuk diputuskan. Dia mengatakan, kami tidak akan pernah bisa memutuskan hubungan sepenuhnya. Kami tidak bisa memutuskan hubungan diplomatik antara kedua negara dan berhenti bernegosiasi dan berkonsultasi. Sebaiknya, perwakilan kedua negara di PBB dan Dewan Keamanan PBB berunding dan berkonsultasi satu sama lain. Meskipun ada perbedaan, penting bagi AS dan Rusia untuk melanjutkan interaksi timbal balik mereka.

Senat AS mencoba untuk memberikan lebih banyak tekanan terhadap Rusia, namun pada saat yang sama pejabat Gedung Putih berpendapat bahwa tindakan tersebut mungkin memiliki dampak sebaliknya dan tidak akan memiliki efek praktis pada Rusia.

Di sisi lain, pihak berwenang Rusia telah mengancam bahwa jika Washington mengambil tindakan dan memperkenalkan Rusia sebagai negara yang mendukung terorisme, tindakan ini akan menjadi "points of no return".

"Dalam konteks ini, saya ingin menyebutkan inisiatif legislatif yang saat ini sedang dibahas di Kongres untuk menyatakan Rusia sebagai 'negara sponsor terorisme'. Jika disahkan, itu berarti Washington harus melewati titik tidak bisa kembali, dengan kerusakan serius pada hubungan diplomatik bilateral, hingga menurunkan atau bahkan memutuskannya. Pihak AS telah diperingatkan," tegas Alexander Darchiev kepada kantor berita Tass.

Ahmad Vakhshiteh, seorang profesor di Peoples' Friendship University of Russia mengatakan, sekarang hubungan antara Rusia dan AS dalam geografi Barat didasarkan pada polarisasi, dan Gedung Putih sedang berusaha untuk melembagakan dan memitologikan konsep baik dan jahat, guna memperpanjang era pembekuan hubungan antara Rusia dan Barat.

Pendekatan seperti itu dapat menyebabkan pemutusan hubungan politik antara AS dan Rusia, sebuah peristiwa yang tidak terjadi bahkan pada puncak Perang Dingin di abad ke-20. (RA)