Mencermati Statemen Akhir Negara Penjamin Perundingan Astana
(last modified 2022-11-24T09:37:59+00:00 )
Nov 24, 2022 16:37 Asia/Jakarta
  • KTT Astana
    KTT Astana

Republik Islam Iran, Rusia dan Turki di KTT ke-19 negara-negara penjamin proses perundingan Astana merilis statemen bersama.

Statemen ini menekankan urgensi implementasi kesepakatan terkait utara Suriah dan komitmen penuh terhadap independensi dan kedaulatan wilayah negara ini.

Di statemen KTT ke-19 perundingan Astana terkait perdamaian Suriah yang digelar di Kazakhstan, serangan dan agresi beruntun rezim Zionis Israel ke Suriah dikecam. Negara-negara penjamin perundingan Astana seraya menolak segala bentuk konspirasi di Suriah menegaskan, keamanan dan stabilitas di timur laut Suriah hanya akan terwujud dengan menjaga kedaulatan nasional dan integritas wilayah Suriah.

Statemen ini juga mengutuk pergerakan negara-negara sponsor kelompok teroris dan pendukung kelompok separatis di Suriah. Selain itu, pencurian minyak Suriah dicap sebagai langkah terkutuk dan hasil penjualan minyak curian tersebut harus dikembalikan ke rakyat Suriah.

Image Caption

KTT ke-19 negara-negara penjamin perundingan Astana digelar dalam kondisi khusus. Oleh karena itu, harus dikatakan bahwa pertemuan ini digelar di kondisi ketika pemimpin Turki dan Suriah tengah menggelar lobi untuk bertemu di negara ketiga. Sekaitan dengan ini, Abdulkader Salwa, penulis Turki yang dekat dengan Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) terkait hubungan Turki dan Suriah, membeberkan pertemuan pemimpin Ankara dan Damaskus. Terkait hubungan Turki dan Suriah ia menulis, kemungkinan pertemuan Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan dan Presiden Suriah, Bashar al-Assad akan digelar di Rusia dengan tuan rumah Presiden Vladimir Putin.

Sebelumnya Erdogan seraya menyinggung urgensi hubungan Turki dan Suriah di tingkat intelijen dan keamanan mengatakan, "Pertemuan bilateral dengan presiden Suriah akan diadakan pada waktunya sendiri." Lobi pejabat Turki untuk pertemuan dengan pejabat Suriah dengan sendirinya menambah urgensi KTT ke-19 negara-negara penjamin perundingan Astana.

Selama beberapa bulan lalu, atmosfer media dan politik Turki menggulirkan secara serius isu pentingnya normalisasi hubungan dengan Suriah. Dengan demikian, banyak wacana yang digulirkan mengenai pertemuan Bashar al-Assad dan Recep Tayyip Erdogan di sela-sela KTT Shanghai di Samarkand, Uzbekistan, tapi hal ini tidak terjadi. Meski kemudian Erdogan mengatakan, "Saya ingin bertemu dengan Bashar al-Assad di Samarkand.

Kemudian para pejabat Turki menyatakan, ada pertemuan rutin dengan Damaskus di tingkat keamanan, namun kedua belah pihak belum mencapai tahap pertemuan di tingkat politik. Dalam koridor ini, pemerintah Suriah menggulirkan pra syarat untuk normalisasi hubungan, di antaranya penarikan pasukan Turki dari utara Suriah dan Ankara harus melepas dukungannya kepada milisi bersenjata di utara Suriah, Tentara Pembebasan Suriah (FSA).

Syarat ini telah membuat khawatir kelompok teroris di utara Suriah atas rekonsiliasi dalam hubungan Turki-Suriah. Kelompok ini memahami realita bahwa mereka telah dimanfaatkan. Oleh karena itu, kelompok yang tertipu ini mulai memprotes Turki. Sepertinya peristiwa terbaru mendorong pemerintah Turki secara terang-terangan untuk sementara mundur dari isu hubungan dengan Suriah.

Kita tidak boleh mengabaikan fakta bahwa pejabat pemerintah Ankara, yang berperang dengan negara tetangga alih-alih mengadopsi kebijakan "ketegangan nol" dengan negara tetangga, baru-baru ini menarik diri dari semua kebijakan mereka selama beberapa tahun terakhir. Kebijakan pemerintah Recep Tayyip Erdogan , yang telah sangat memengaruhi hubungan Turki dengan UEA, Arab Saudi, Mesir, Suriah, Irak, Uni Eropa, Amerika Serikat, dan rezim rasis Israel dan negara-negara Mediterania lainnya, kini sedang ditinjau oleh otoritas Ankara.

Sebenarnya, tidak jelas mengapa pemerintah Turki memutuskan hubungan dengan beberapa negara di kawasan itu dan kemudian mulai meninjau kembali hubungan tersebut. Bagaimanapun, tampaknya tidak ada pilihan lain bagi pejabat pemerintah Ankara dalam situasi saat ini selain mundur dari kebijakan masa lalu yang salah. Dalam ringkasan umum, harus dikatakan: KTT ke-19 negara penjamin proses Astana diadakan dalam situasi yang dapat mengakhiri masalah dekade terakhir dalam hubungan Turki-Suriah. Karena pihak berwenang Turki akhirnya sampai pada kesimpulan bahwa mereka tidak punya pilihan selain merevisi kebijakan mereka yang salah, terutama terhadap pemerintahan sah Suriah. (MF)

 

Tags