Amerika Tinjauan dari Dalam, 18 Maret 2023
Perkembangan di dalam negeri Amerika Serikat (AS) selama sepekan lalu diwarnai sejumlah isu penting, di antaranya adalah meningkatnya inflasi di AS.
Direktur Direktorat Manajemen dan Anggaran Gedung Putih mengakui bahwa inflasi di negaranya telah mencapai tingkat yang sangat tinggi.
Menurut Reuters, Shalanda Young, Direktur Direktorat Manajemen dan Anggaran AS hari Rabu (15/3/2023) mengatakan bahwa pemerintah sedang berusaha menahan krisis inflasi dengan kebijakan anggaran baru.
"Inflasi sangat tinggi. Keluarga Amerika membayar terlalu banyak dan kita harus menginjak rem untuk mengurangi biaya," kata Young.
"Dalam anggaran yang diusulkan presiden AS untuk tahun fiskal 2024, kebijakan dimaksudkan untuk mengurangi biaya perawatan kesehatan dan energi," tegasnya
Bank AS kedua baru-baru ini mengumumkan penutupan layanannya sampai waktu yang tidak diketahui akibat risiko sistemik yang menghantam sistem perbankan negara ini.
Sebelumnya, Silicon Valley Bank dipaksa untuk ditutup setelah para deposan mengambil dana mereka sekaligus.
Pence Tuding Pemerintahan Biden sebagai Penyebab Kebangkrutan SVB
Mike Pence, mantan wakil presiden AS menyalahkan pemerintahan Joe Biden dan Demokrat sebagai pemicu kebangkrutan Silicon Valley Bank (SVB).
Kebangkrutan tiba-tiba Silicon Valley Bank (SVB), yang ditutup oleh otoritas Amerika, menyebabkan gelombang kepanikan di sektor perbankan negara ini.
Selama beberapa hari terakhir, investor dan deposan bank Silicon Valley menutup simpanan mereka dan menjual saham perusahaan ini karena takut akan masa depan lembaga keuangan tersebut.
Mike Pence, mantan wakil presiden Donald Trump hari Selasa (14/3/2023) menuding Joe Biden, presiden AS yang berkuasa saat ini, dan partai Demokrat sebagai pihak yang harus bertanggung jawab atas kebangkrutan Silicon Valley Bank.
"Sama seperti tahun 2008, Partai Demokrat meningkatkan anggarannya lebih dari 10 triliun dolar yang menyebabkan inflasi yang belum pernah terjadi sebelumnya di Amerika Serikat, sehingga memaksa Federal Reserve menaikkan suku bunganya,".
Politisi Republik Amerika itu menuduh SVB memfokuskan investasinya pada proyek-proyek seperti memerangi krisis iklim, dan mengejek komitmen bank untuk mengejar tujuan lingkungan, sosial, dan pemerintah yang berhaluan kiri.
Presiden AS, Joe Biden menegaskan bahwa pembayar pajak AS tidak akan bertanggung jawab atas kerugian bank yang gagal, dan mengklaim bahwa sistem perbankan AS aman dan orang Amerika dapat mempercayainya.
Trump Klaim Pence Bertanggung Jawab atas Serangan terhadap Kongres AS
Donald Trump, mantan presiden Amerika Serikat mengklaim bahwa tanggung jawab atas serangan dua tahun di gedung Kongres AS oleh para pendukungnya terletak pada wakil presidennya saat itu, Mike Pence.
Pada Rabu, 6 Januari 2021, sekelompok pendukung Donald Trump menyerang gedung kongres negara ini untuk memrotes hasil pemilu presiden yang dimenangkan Joe Biden, dan pelantikannya.
Donald Trump kepada wartawan hari Senin (13/3/2023) mengatakan,"Jika Mike Pence membatalkan hasil pemilu presiden 2020, maka tidak ada lagi masalah pada 6 Januari [2021]. Jadi dalam banyak hal Anda bisa menyalahkannya atas terjadinya peristiwa hari itu."
Mengulangi klaim kecurangan dalam pemilu presiden 2020, Trump menjelaskan, "Jika Pence mengatakan bahwa suara di negara bagian utama Pennsylvania, Georgia, dan Arizona tidak sah, maka hasilnya akan berbeda. Saya percaya bahwa dalam kasus itu, Anda tidak akan mengalami insiden lain seperti peristiwa 6 Januari,".
Mike Pence, Mantan Wakil Presiden Amerika Serikat Sabtu malam lalu mengkritik keras Trump, dengan mengatakan, "Pada akhirnya, sejarah akan meminta pertanggungjawaban Trump atas serangan pendukung kulit putih Amerika di Kongres Amerika pada 6 Januari 2021,".
Menhan AS Tegaskan Kelanjutan Dukungan Militer ke Ukraina
Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin mengumumkan bahwa sembilan negara telah berkomitmen untuk mengirim total 150 tank Leopard ke Ukraina.
Perang antara Rusia dan Ukraina dimulai pada 24 Februari 2022 yang terus berlanjut hingga kini. Amerika dan negara-negara Eropa memberikan dukungan ekstensif kepada Ukraina dalam perang ini.
Departemen Pertahanan AS telah mengumumkan bahwa negaranya telah mengirimkan lebih dari $32 miliar bantuan militer ke Ukraina.
Menhan AS, Lloyd Austin dalam konferensi video dengan grup kontak tentang bantuan militer ke Ukraina hari Rabu (15/3/2023) mengatakan, "Koalisi negara-negara yang akan mengirim tank Leopard ke Ukraina semakin besar. Sejauh ini, sembilan negara telah berkomitmen untuk mengirim lebih dari 150 tank Leopard ke Ukraina,'.
"Negara-negara lain juga telah mengirim sistem pertahanan jarak pendek ke Ukraina," ujar Austin.
Ia juga menyerukan peningkatan pengiriman amunisi dan sistem pertahanan udara ke Ukraina.
Dalam sebuah surat kepada Austin, delapan anggota Senat AS dari partai Demokrat dan Republik memintanya untuk mengubah permainan di medan perang demi Ukraina dengan mengirimkan F-16 ke Kyiv.
AS Akui Kemajuan Rudal Hipersonik Cina
Badan Intelijen Pertahanan AS mengakui bahwa Beijing menyalip Washington dalam pembangunan rudal hipersonik.
Seorang pejabat intelijen pertahanan AS di Kongres negara ini menyatakan bahwa militer Cina mengerahkan rudal hipersonik yang meningkatkan ancaman nuklir bagi Amerika Serikat.
Paul Freistler, seorang peneliti terkemuka Badan Intelejen Pertahanan AS hari Sabtu (11/3/2023) mengatakan, "Beijing telah secara invasif menghasilkan dan menggunakan beberapa jenis rudal canggih, termasuk glider dan scorms cruise, yang kemampuan manuvernya lebih dari lima kali kecepatan suara,".
Menurut Washington Times, Pentagon ingin mencapai Cina, tetapi tanah AS rentan terhadap serangan rudal-rudal ini secara tiba -tiba, yang dapat dilakukan tanpa peringatan sebelumnya.
Menurut sub-komisi Angkatan Bersenjata Dewan Perwakilan rakyat AS, rudal hipersonik dapat mengurangi waktu serangan panjang menjadi beberapa ribu kilometer dari 30 menit menjadi 15 menit.
"Selama lima dekade terakhir, Cinasecara signifikan telah meningkatkan pengembangan kemampuan dan teknologi rudal hipersonik nuklirnya dmelalui investasi terpusat dan intensif," kata laporan ini.
Ini Alasan AS Tolak Bantu ICC Selidiki Kejahatan Perang di Ukraina
Pemerintah Amerika Serikat meyakini penyelidikan kasus perang Ukraina, terhadap Rusia, di Mahkamah Pidana Internasional, ICC akan membuka peluang yang sama bagi AS, untuk menyelidiki kasus perangnya di Afghanistan.
Politico, Minggu (12/3/2023) melaporkan, Gedung Putih menolak untuk mengirim informasi, bekerja sama, dan membagikan dokumen-dokumen terkait perang Ukraina, kepada Mahkamah Pidana Internasional, karena kekhawatiran-kekhawatirannya.
Sejumlah pejabat AS percaya bahwa penentangan Gedung Putih untuk bekerja sama dengan Mahkamah Pidana Internasional tekait penyelidikan kejahatan perang Ukraina, akan membahayakan kredibilitas AS.
Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin menolak kerja sama, dan tidak mau membantu Mahkamah Pidana Internasional untuk menyelidiki kejahatan perang di Ukraina.
Menhan AS, meyakini langkah ini akan membuka kesempatan bagi Mahkamah Pidana Internasional untuk mengadili AS karena perang yang sama di luar negara itu, seperti di Afghanistan.
Sementara Rusia membantah tegas kejahatan yang dilakukan pasukannya di Ukraina, sebaliknya Moskow memberikan argumen bahwa organisasi-organisasi internasional dukungan Barat, berulangkali menutup mata atas kejahatan perang pasukan Ukraina, terhadap masyarakat Donbass.
Stephen Walt: Rekonsiliasi Iran-Saudi, Peringatan bagi AS
Seorang kolumnis Amerika Serikat, menganggap kesepakatan Iran dan Arab Saudi untuk memulihkan hubungan diplomatik kedua negara, sebagai peringatan bagi AS.
Stephen Walt, Selasa (14/3/2023) seperti dikutip Foreign Policy mengatakan, "Rekonsiliasi Iran dan Saudi berkat peran Cina, tidak bisa disamakan dengan lawatan Richard Nixon ke Cina tahun 1972, lawatan Anwar Sadaat ke Jerusalem tahun 1977, atau Pakta Molotov–Ribbentrop tahun 1939."
Ia menambahkan, "Meski sama-sama kesepakatan yang besar, namun kesepakatan Iran-Saudi lebih merupakan tanda bahaya bagi pemerintah Presiden Joe Biden, dan bagian-bagian lain dari kebijakan luar negeri AS, karena telah mengungkap bahwa kebijakan luar negeri AS di Timur Tengah, sekian lama lumpuh."
Menurut Walt, selain itu kesepakatan Iran dan Saudi, juga menunjukkan bagaimana Cina bekerja, dan membuktikan dirinya sebagai pendukung perdamaian di dunia, yaitu tanggung jawab yang ditinggalkan AS selama beberapa tahun terakhir.
"Cina berhasil melangkah maju, dan memberi kesempatan kepada Iran dan Saudi untuk mencapai kesepakatan, pasalnya pertumbuhan ekonomi signifikan Cina, memberikan pengaruh besar di Timur Tengah," pungkasnya.
Drone Amerika Tabrakan dengan Jet Tempur Rusia
Menyusul tabrakan pesawat tempur Sukhoi-27 Rusia dengan drone MQ-9 Reaper Amerika di atas Laut Hitam, juru bicara Departemen Pertahanan AS mengumumkan bahwa drone Amerika, yang sedang melakukan misi intelijen dan pengintaian di perairan internasional ditabrak jet tempur Rusia, dan pesawat itu kemungkinan mengalami kerusakan.
Juru Bicara Pentagon Patrick Ryder dalam konferesi pers Selasa (14/3/2023) waktu setempat menyinggung kasus tabrakan pesawat Rusia dengan drone AS menyatakan bahwa intersepsi oleh Rusia bukanlah hal yang aneh, tetapi intersepsi kali ini membuat drone Amerika tidak dapat terbang.
Juru bicara Departemen Pertahanan AS menggambarkan tindakan pilot Rusia sebagai langkah tidak aman dan tidak profesional.
"Saya pikir tindakan ini cukup jelas," ujar Ryder.
"UAV MQ-9 memiliki kemampuan untuk dipersenjatai, tetapi ketika insiden ini terjadi, ia sedang melakukan misi intelijen dan pengintaian di perairan internasional," tegasnya.
Menanggapi pertanyaan apakah drone ini terbang di dekat Ukraina, juru bicara Pentagon mengatakan, "Drone ini jauh dari Ukraina,".