Barat Kirim Amunisi DU ke Ukraina, Rusia: Perang Nuklir Makin Dekat!
(last modified Thu, 23 Mar 2023 09:16:50 GMT )
Mar 23, 2023 16:16 Asia/Jakarta

Wakil Ketua Dewan Keamanan Nasional Rusia Dmitry Medvedev memperingatkan tentang meningkatnya kemungkinan perang nuklir akibat kelanjutan pengiriman senjata ke Ukraina. Dia mengatakan, mengirim lebih banyak senjata perang ke Ukraina akan membawa kiamat nuklir semakin dekat.

"Apakah bahaya perang nuklir telah hilang? Tidak, ini belum berakhir, namun justru meningkat. Setiap hari senjata asing dikirim ke Ukraina, yang akan membawa kiamat nuklir semakin dekat," kata Medvedev dalam sebuah wawancara terbaru, seperti dilaporkan IRNA, Kamis (23/3/2023).

Peringatan pejabat keamanan senior Rusia ini disampaikan karena meningkatnya pengiriman senjata dari Barat ke Ukraina dengan tujuan untuk memperpanjang perang antara Rusia dan Ukraina.

Dalam beberapa minggu terakhir, telah terjadi berbagai pergerakan di bidang ini, di antaranya, Amerika Serikat (AS) telah mengumumkan bantuan senjata senilai $350 juta ke Ukraina. Dua negara Eropa Timur, yaitu Polandia dan Slovakia, juga berencana mengirimkan 14 jet tempur MiG-29 untuk Angkatan Udara Ukraina pada tahap pertama.

Tetapi senjata paling kontroversial yang direncanakan Barat untuk dikirim ke Ukraina adalah peluru tank dan mortir yang terbuat dari uranium yang sudah diperlemah. Wakil Menteri Pertahanan Inggris Annabelle Goldie telah mengumumkan bahwa London akan mengirimkan amunisi depleted uranium (DU) ke Ukraina.

Sebagian amuisi yang akan dikirim tersebut adalah amunisi untuk tank tempur Challenger-2. Peluru tank yang terbuat dari uranium yang dilemahkan akan dapat lebih mudah menembus tank dan kendaraan lapis baja.

Debu yang disebabkan oleh tembakan peluru ini dan efek setelah ledakan amunisi ini dapat berdampak buruk pada kesehatan manusia, terutama pada paru-paru dan organ vital lainnya.

Sebelum ini, militer AS menggunakan amunisi seperti itu untuk menyerang Irak dan menduduki negara ini. Penggunaan amunisi DU berdampak buruk terhadap pasukan AS dan rakyat Irak serta menyebabkan kontaminasi radioaktif di daerah di mana amunisi ini digunakan.

Rencana pengiriman amunisi depleted uranium  ke Ukraina telah menimbulkan reaksi keras dari Rusia. Beberapa pejabat senior Rusia telah menanggapi rencana itu dan memperingatkan Inggris tentang resiko dan dampaknya.

Presiden Rusia Vladimir Putin

Presiden Rusia Vladimir Putin mengecam dan memperingatkan Inggris untuk tidak memasok amunisi DU ke Ukraina. Dia mengatakan, Barat akan menjadi yang pertama menggunakan senjata yang mengandung komponen nuklir.

Dia menamahkan, saya ingin mencatat bahwa jika ini terjadi, maka Rusia akan dipaksa untuk bereaksi, mengingat kolektif Barat sudah mulai menggunakan senjata dengan komponen nuklir.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova memperingatkan sebelumnya tentang penerapan "skenario Yugoslavia" di Ukraina. Dia mengatakan, rencana Inggris untuk mengirimkan proyektil uranium ke Ukraina adalah provokasi sembrono terbaru London, yang bertujuan untuk membawa situasi di Ukraina ke "babak konflik baru."

Menurut Zakharova, amunisi yang mengandung Depleted Uranium dapat menyebabkan kanker dan pencemaran lingkungan. Sementara itu, Menteri Pertahanan Rusia Sergey Shoigu mengatakan, langkah Inggris akan membawa dunia selangkah lebih dekat ke bencana nuklir.

Di sisi lain, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov memperingatkan tentang eskalasi situasi di Ukraina karena pengiriman amunisi Depleted Uranium dari London ke Kiev. Lavrov mencatat bahwa penggunaan amunisi DU di Ukraina akan merusak pertanian di negara tersebut.

Negara-negara Barat secara bertahap telah meninggalkan semua norma dan standar mengenai senjata yang dikirim ke Ukraina. Padahal, pengalaman dalam perang di Irak telah membuktikan tentang bahaya dan dampak buruk dari amunisi Depleted Uranium, terutama terhadap lingkungan.

Dengan kata lain, negara-negara Barat, terutama AS dan Inggris pada tahap selanjutnya, telah mempertimbangkan penggunaan senjata dan peralatan apa pun yang akan menyebabkan lebih banyak kerusakan pada pasukan Rusia di Ukraina, terlepas dari legalitasnya.

Sehubungan dengan hal tersebut, empat anggota Kongres AS dari Partai Republik mengirimkan surat ke Gedung Putih, dan bahkan meminta untuk mengirimkan bom cluster ke Ukraina, yang merupakan senjata terlarang. (RA)