Amerika Tinjauan dari Dalam, 24 April 2023
(last modified Mon, 24 Apr 2023 05:40:11 GMT )
Apr 24, 2023 12:40 Asia/Jakarta
  • Menteri Keuangan AS Janet Yellen
    Menteri Keuangan AS Janet Yellen

Perkembangan di dalam negeri AS selama sepekan lalu diwarnai sejumlah isu penting, di antaranya; Menkeu AS: Sanksi Jadi Bumerang, Iran akan Ganti Dolar.

Selain itu, masih ada isu penting lainnya seperti;

  • Pentagon Mengaku Tak Tahu Berapa Banyak Informasinya Bocor
  • Senator Amerika Khawatirkan Dampak Kebocoran Dokumen Rahasia
  • Sekolah di Sejumlah Negara Bagian AS Libur saat Idul Fitri
  • AS: Militer Cina Punya Drone Supersonik
  • Ekonom AS Khawatir Dolar Kalah dari Mata Uang Bersama BRICS
  • Menkeu AS Akui Dominasi Dolar di Dunia Menurun
  • AS Khawatirkan Kemampuan Perang Elektronik Rusia
  • Pengaruh AS di Asia Tenggara Merosot

Menkeu AS: Sanksi Jadi Bumerang, Iran akan Ganti Dolar

Menteri Keuangan Amerika Serikat mengatakan, sanksi-sanksi ekonomi terhadap Rusia, dan negara lain membahayakan dominasi dolar, dan negara-negara target semacam Iran, sedang mencari pengganti dolar.

Janet Yellen, seperti dikutip The Straits Times, Senin (17/4/2023) meyakini bahwa sanksi ekonomi AS terhadap Rusia, dan negara lain membahayakan dominasi dolar karena negara-negara target akan mencari alternatif pengganti dolar.

Image Caption

"Tentu saja masalah ini akan menimbulkan keinginan pada Cina, Rusia dan Iran untuk mencari alternatif pengganti dolar," katanya.

Menkeu AS menambahkan, "Ketika kita menggunakan sanksi keuangan yang terkait dengan peran dolar, maka akan muncul risiko, dan secara perlahan sanksi-sanksi itu akan merusak hegemoni dolar Amerika."

Ditanya tentang kemungkinan penggunaan aset Rusia yang dibekukan untuk rekonstruksi Ukraina, Yellen menuturkan, "Rusia harus membayar kerusakan yang telah ditimbulkannya."

Akan tetapi, imbuhnya, ada kendala hukum untuk menggunakan aset Rusia yang dibekukan, dan AS sedang berbicara dengan sekutu-sekutunya tentang kemungkinan di masa depan.

Pentagon Mengaku Tak Tahu Berapa Banyak Informasinya Bocor

Deputi Juru bicara Departemen Pertahanan Amerika Serikat mengatakan, Pentagon tidak mengetahui pasti seberapa luas dan banyak informasi rahasia yang bocor secara online baru-baru ini.

Sabrina Singh, Senin (17/4/2023) menuturkan, "Dephan AS sedang berusaha memahami seberapa luas dan banyak dokumen rahasia Pentagon yang bocor baru-baru ini."

Sabrina Singh

Ia menambahkan, "Pentagon tidak mengetahui dengan pasti berapa jumlah dokumen rahasia yang bocor, dan kami masih melakukan evaluasi terkait seberapa luas dan banyak informasi yang bocor tersebut."

Dalam dokumen yang bocor itu terungkap aktivitas pasukan elit AS dan NATO di Ukraina, dan jumlah korban jiwa pasukan Ukraina, lebih banyak dari yang dikonfirmasi oleh para pejabat Washington.

Selain itu, pasukan Ukraina sebenarnya sedang kekurangan amunisi, dan Amerika Serikat memata-matai sekutu-sekutunya sendiri sepanjang perang di Ukraina, berlangsung.

Dokumen rahasia Pentagon yang bocor itu juga mengungkap waktu dimulainya serangan pasukan Ukraina, yang diklaim sebagai serangan balasan ke Rusia. Para pejabat AS mengklaim sebagian besar dokumen rahasia yang bocor adalah fiktif dan rekayasa.

Menteri Pertahanan AS, Lloyd Austin saat ditanya tentang dokumen-dokumen rahasia Pentagon yang bocor, mengatakan akan melakukan penyelidikan keamanan internal untuk mencegah terulangnya peristiwa yang sama.

Senator Amerika Khawatirkan Dampak Kebocoran Dokumen Rahasia

Seiring berlanjutnya skandal dokumen rahasia pemerintah Amerika yang bocor ke media sosial, Senator partai Republik Lindsey Graham mengatakan bahwa publikasi dokumen rahasia Amerika Serikat sangat merusak kepentingan Amerika Serikat di Timur Tengah.

Graham dalam sebuah wawancara dengan ABC hari Minggu (16/4/2023) mengatakan, "Saya berada di Arab Saudi. Saya di Israel. Saya beri tahu Anda bahwa pengungkapan dokumen-dokumen ini sangat merusak".

Lindsey Graham

Dokumen rahasia AS, yang baru-baru ini dipublikasikan secara online, berisi informasi tentang kemampuan militer Ukraina dan operasi spionase AS di negara lain, termasuk sekutunya sendiri.

Melanjutkan keprihatinannya, Graham menambahkan,"Dokumen-dokumen ini berisi informasi tentang bantuan Mossad kepada pengunjuk rasa [Israel]. Informasi tentang kemampuan pertahanan udara Ukraina juga telah dipublikasikan,".

"Semua orang di kawasan Timur Tengah khawatir, jika informasi ini dipublikasikan di surat kabar atau ditemukan di Internet, siapa yang mau berbagi informasi mereka dengan Amerika Serikat?," tegasnya.

Pada saat yang sama, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengklaim bahwa perilisan dokumen tersebut tidak mempengaruhi kerja sama Washington dengan sekutunya.

Institusi Amerika Serikat telah menangkap seorang pria berusia 21 tahun bernama Jack Teixeira atas tuduhan mengungkapkan dokumen-dokumen ini. Teixeira, yang merupakan anggota Garda Nasional Udara Massachusetts telah didakwa melanggar Undang-Undang Spionase.

Sekolah di Sejumlah Negara Bagian AS Libur saat Idul Fitri

Dewan Hubungan AS-Islam menyatakan, sejumlah negara bagian Amerika Serikat mengesahkan hari libur untuk sekolah negeri bertepatan dengan Hari Raya Idul Fitri.

Menurut laporan Sabestan, Dewan Hubungan AS-Islam melaporkan, sejumlah negara bagian mengesahkan penambahan hari libur Idul Fitri di sekolah pemerintah yang akan diterapkan mulai tahun 2023.

Menurut data yanga da, tiga hingga enam juta Muslim hidup di Amerika, sementara pusat riset PEW mengumumkan bahwa jumlah Muslim tidak melampaui empat juta orang.

Tahun 2015, Bill de Blasio, mantan gubernur New York memutuskan untuk menambahkan Idul Fitri dan Kurban di liburan resmi sekolah, oleh karena itu, New York tercatat sebagai kota Amerika pertama yang mengambil keputusan ini.

Dalam hal ini, Alessandra Bellini, CEO supermarket Inggris mengatakan, iklan terbaru Tesco bertepatan dengan Hari Raya Idul Fitri didesain dengan tema "merasa dilihat, didengar dan dipahami" dengan tujuan membantu Muslim negara ini.

Sekitar empat juta Muslim tinggal di Inggris dan bertepatan dengan berakhirnya bulan suci Ramadan, mereka akan merayakan Hari Raya Idul Fitri.

Ramadan lalu, biro iklan BBH yang berbasis di London merancang baliho iklan digital yang menggambarkan umat Islam berpuasa di siang hari dan berbuka puasa saat matahari terbenam.

Papan reklame ini, yang dipasang di jalan-jalan London dengan peluncuran kampanye "Ramadan ini bersama", termasuk piring kosong di siang hari dan mengisinya saat matahari terbenam dan saat berbuka puasa.

AS: Militer Cina Punya Drone Supersonik

Berdasarkan informasi rahasia militer Amerika Serikat yang bocor beberapa waktu lalu, Washington menyimpulkan bahwa Angkatan Bersenjata Cina, akan segera mengoperasikan drone mata-mata supersonik.

Dikutip Reuters, Rabu (19/4/2023), Departemen Pertahanan AS, berkesimpulan, dalam waktu dekat Angkatan Bersenjata Cina akan mengoperasikan drone mata-mata yang mampu terbang tinggi, dan bergerak sangat cepat, minimal tiga kali lipat kecepatan suara.

Dalam dokumen rahasia tersebut ditampilkan sejumlah foto satelit tertanggal 9 Agustus 2022, terkait drone supersonic WZ-8 produk perusahaan dirgantara Cina, di sebuah pangkalan udara yang terletak di timur negara itu, 560 kilometer dari kota Shanghai.

Para pejabat AS, mengatakan Tentara Pembebasan Rakyat Cina, PLA, dapat dipastikan sudah membentuk unit drone pertamanya di pangkalan militer ini. Surat kabar Washington Post mengabarkan, unit drone PLA, bertanggung jawab untuk menjalankan klaim-klaim pemerintah Cina, terhadap Taiwan.

Menurut Washington Post, hasil evaluasi militer AS itu ditemukan di antara foto-foto satelit dari dokumen terklasifikasi Pentagon yang dibocorkan oleh Jack Teixeira, anggota Garda Nasional Udara Massachusetts.

Ekonom AS Khawatir Dolar Kalah dari Mata Uang Bersama BRICS

Ekonom Amerika Serikat memperingatkan jika dolar tersingkir dari transaksi perdagangan negara-negara anggota BRICS, maka dominasi global mata uang AS ini akan runtuh.

Peter St Onge, peneliti di Institut Studi Kebijakan Ekonomi Thomas A. Roe, Minggu (16/4/2023) dalam wawancara dengan Fox News menyinggung risiko yang muncul dari rival mata uang BRICS terhadap dolar Amerika.

BRICS

Ia menuturkan, "Jika program semacam ini sampai terealisasi, maka dominasi dolar yang sudah berlangsung lebih dari 80 ahun akan runtuh, inflasi akan naik, dan bank-bank akan rugi, selain itu kekuatan nasional dan pengaruh AS akan menurun drastis."

Ekonom AS itu menjelaskan, "Imbas sanksi keuangan AS terhadap Rusia, dan cadangan dolar Bank Sentral Rusia, menyebabkan negara-negara dunia berpikir apakah karena perbedaan kebijakan dalam negeri dengan AS, menyebabkan sanksi-sanksi ini harusi ditanggung mereka, dan investasi lari dari bank-bank mereka ?."

Sebelumnya Menteri Keuangan AS Janet Yellen memperingatkan, ketika AS menggunakan sanksi keuangan yang terkait dengan peran dolar, maka itu akan memunculkan risiko, secara perlahan hegemoni global dolar akan melemah.

Menkeu AS Akui Dominasi Dolar di Dunia Menurun

Menteri Keuangan AS mengakui bahwa sanksi berbasis dolar akan merusak hegemoni negaranya di seluruh dunia.

Kebijakan dedolarisasi telah menjadi fokus berbagai pemerintah di bidang perdagangan internasional, termasuk anggota BRICS.

Menteri Keuangan AS Janet Yellen hari Sabtu (15/4/2023) "Ketika kami menggunakan sanksi keuangan tentang peran dolar, ada risiko bahwa ini akan merusak hegemoni global dolar dari waktu ke waktu."

"Sanksi telah membangkitkan kesediaan Cina, Rusia dan Iran untuk menemukan pengganti dolar," ujar Yellen.

Surat kabar Jerman Wirtschaftswoche baru-baru ini mengumumkan penurunan kekuatan dolar AS di dunia dan kesediaan berbagai negara untuk beralih ke mata uang alternatif.

AS Khawatirkan Kemampuan Perang Elektronik Rusia

Seorang mantan perwira Pentagon mengungkapkan kekhawatiran negaranya menyikapi kemampuan sistem peperangan elektronik canggih militer Rusia yang sangat mengganggu serangan balasan yang direncanakan Ukraina pada musim semi ini.

Kantor berita Sputnik hari Sabtu (15/6/2023) melaporkan, David T. Pyne, mantan perwira Departemen Pertahanan AS, percaya bahwa sistem peperangan elektronik canggih tentara Rusia memiliki kemampuan untuk mengganggu serangan balik tentara Ukrain.

Berdasarkan salah satu dokumen Pentagon yang bocor, bom pintar buatan AS menjadi mangsa jammers elektronik Rusia di Ukraina, dan meleset dari target mereka.

Menyinggung dokumen-dokumen ini, Payne mengungkapkan,"Ini adalah perkembangan yang signifikan, meskipun mempertimbangkan kemampuan Rusia yang andal dalam peperangan elektronik, terutama pengacau jarak jauh, yang tidak tertandingi di dunia,".

"Fakta ini juga mempertimbangkan doktrin militer negara tersebut yang didasarkan pada keunggulan elektronik," tegasnya.

Menurut mantan perwira Pentagon ini, faktor yang membuat sistem perang elektronik rusia unik karena mereka tidak hanya menonaktifkan komunikasi dan radar musuh, tetapi juga panduan satelit dan sinyal pemosisian yang terletak pada jarak antara 200 dan 500 kilometer. Jarak yang jauh lebih besar dari sistem jamming negara-negara Barat.

Perang di Ukraina dengan segala konsekuensi politik, militer, ekonomi, sosial, bahkan budayanya yang luas kini memasuki bulan ke-14, dan negara-negara Barat masih terus mengirimkan senjata ke Ukraina.

Pengaruh AS di Asia Tenggara Merosot

Pusat riset Australia, Lowy Institute melaporkan bahwa dalam beberapa tahun terakhir pengaruh AS di negara-negara Asia Tenggara, terutama di bidang ekonomi dan politik telah menurun yang menguntungkan Cina.

Sebelumnya, majalah The American Conservative mengungkapkan sebagian besar pembuat kebijakan Amerika percaya bahwa tantangan militer Cina lebih besar dari Rusia.

The Wall Street Journal juga melaporkan bahwa AS belum siap menghadapi era baru kekuatan besar melawan Cina dan Rusia, dan ada hambatan besar di sepanjang jalan.

Lowy Institute, yang mengkaji dalam isu -isu ekonomi, politik dan strategis di Australia dalam laporan terbarunya yang dirilis hari Sabtu (22/4/2023) mengungkapkan, pengaruh AS selama lima tahun terakhir di empat bidang, yaitu hubungan ekonomi, jaringan pertahanan, diplomasi dan budaya, yang merupakan indeks kekuatan Asia telah menurun, yang menguntungkan Cina.

Menurut think tank Australia ini, AS hanya memiliki pengaruh lebih besar di dua negara daripada Cina, di Filipina dan Singapura. Selain itu, pengaruh Cina di Laos, Kamboja dan Myanmar lebih kuat dari AS.

Saat ini hubungan ekonomi Cina dengan negara -negara Asia Tenggara juga lebih kuat dari sebelumnya.

The Wall Street Journal sebelumnya mengutip seorang perwira Angkatan Udara AS yang menanggapi simulasi manuver Pentagonuntuk mengendalikan Laut Cina Selatan, dengan mengatakan,"Jika kita bertarung dengan cara ini, maka kita akan gagal,".

The Wall Street Journal juga menambahkan bahwa perseteruan AS melawan Rusia dan Cina juga dapat tertarik ke Kutub Utara, di mana Amerika Serikat tertinggal dari Rusia.