Kritik Keras Putin terhadap Kepatuhan Tanpa Syarat Eropa kepada AS
Presiden Rusia Vladimir Putin mengkritik keras bagaimana negara-negara Eropa tidak memiliki independensi dan kesiapan mereka untuk melaksanakan perintah Amerika Serikat secara membabi buta.
Putin mengatakan, "Jika politisi Eropa diberitahu besok, Kami telah memutuskan untuk menggantung kalian semua, mereka akan menundukkan kepala dan mencoba untuk menunjukkan keberanian mereka dengan mengajukan hanya satu pertanyaan, Apakah kita akan digantung dengan tali produksi nasional?"
"Namun meskipun demikian mereka akan gagal dan menurut saya mereka akan kecewa karena kemungkinan besar Amerika akan bersikeras menggunakan tali-tali yang diproduksi oleh industri mereka sendiri," tambah Presiden Rusia.

Sikap kuat Putin terkait kepatuhan tanpa syarat negara-negara dan pejabat Eropa kepada AS telah dikemukakan mengingat tren dan perkembangan terkini dalam hubungan bilateral antara dua sisi Samudra Atlantik, yang sekali lagi memuncak selama masa kepresidenan Joe Biden.
Setelah Presiden AS Joe Biden menjabat pada akhir Januari 2021, dia melakukan upaya ekstensif untuk menghidupkan kembali konvergensi transatlantik, sehingga sekali lagi Eropa ditempatkan di orbit AS dan Washington dapat menggunakan negara-negara Eropa sebagai alat untuk melaksanakan dan memajukan kebijakan internasionalnya.
Konvergensi ini telah menunjukkan dirinya di beberapa bidang politik dan keamanan, seperti sikap bersatu Amerika Serikat dan Uni Eropa terhadap perang di Ukraina, menghadapi Rusia dan sanksi terintegrasinya, serta masalah perjanjian nuklir JCPOA dan berurusan dengan program nuklir damai Iran.
Noam Chomsky, seorang pemikir terkenal Amerika mengatakan tentang ini, Invasi Rusia ke Ukraina menciptakan berkah paling menyenangkan bagi Amerika Serikat untuk membawa Eropa ke frontnya dan memperkuat keinginannya untuk menciptakan tatanan unipolar berdasarkan aturan.
Terlepas dari slogannya, Washington tidak memperhatikan kepentingan sekutunya dan hanya menggunakan mereka sebagai alat. Simbol dari ini adalah kemajuan rencana ekonomi dan komersial yang ambisius dari pemerintah Biden, yang merugikan Eropa.
Upaya dan tindakan pemerintah Biden di bidang ekonomi dan iklim, seperti Undang-Undang Pengurangan Inflasi (IRA), yang sesuai dengannya, pajak perusahaan besar Amerika dikurangi dan pada saat yang sama pajak dikenakan pada perusahaan dan produk asing, praktis menciptakan situasi yang tidak menguntungkan bagi perekonomian Eropa.
Presiden Rusia Vladimir Putin mengkritik keras bagaimana negara-negara Eropa tidak memiliki independensi dan kesiapan mereka untuk melaksanakan perintah Amerika Serikat secara membabi buta.
Pada saat yang sama, pendekatan ini mewakili pandangan top-down Amerika terhadap sekutunya di Eropa dan belahan dunia lainnya serta kelanjutan unilateralisme berdasarkan slogan Trump yang terkenal, "America First".
Tentu saja, mitra Eropa Washington menyadari masalah ini dan beberapa pejabat senior Eropa telah memberikan peringatan terkait hal ini.
Kebijakan dan tindakan Amerika selama masa kepresidenan Joe Biden, yang didasarkan pada penggunaan Eropa sebagai alat dan pelemahan kekuatan dan kepentingannya dalam jangka panjang, telah memicu protes dari beberapa pemimpin Eropa.
Di antaranya, Perdana Menteri Hungaria Viktor Orbán menegaskan bahwa kebijakan pemerintahan Joe Biden menjadi faktor kunci keterpurukan Eropa di tengah Perang Ukraina.
Orban mengidentifikasi elemen utama dari koalisi pro-perang di Ukraina sebagai "kelompok kepentingan pro-perang internasional, yang terdiri dari pemerintahan Biden, birokrat Brussel yang pro-perang, dan politisi pro-perang".
Analis politik Elijah Magnier mengatakan, Washington mendorong peningkatan perbedaan antara dua kekuatan utama Eropa, Jerman dan Prancis, dan berinvestasi dalam penciptaan Eropa yang lemah.
Karena mengetahui tujuan jangka panjang AS, Rusia telah berulang kali memperingatkan negara-negara Eropa tentang ketergantungan dan mengikuti Washington serta konsekuensi bencananya.

Antara lain, perwakilan Rusia untuk PBB, Vasily Nebenzya menekankan dalam pidatonya pada Mei 2023 bahwa satu tahun setelah Uni Eropa benar-benar memutuskan hubungannya dengan Rusia, pertumbuhan ekonominya turun hingga hampir nol, dan pada saat yang sama, tingkat inflasi mencapai dua digit, hal yang belum pernah terjadi sebelumnya di negara-negara Uni Eropa ini.
Pejabat Rusia ini merujuk pada konsekuensi kepatuhan Eropa terhadap sanksi AS terhadap Rusia, serta kerja sama penuh dengan rencana Washington untuk mengirim sejumlah besar senjata ke Ukraina untuk memerangi dan melemahkan Rusia. Tindakan yang tidak membuahkan hasil selain penurunan indikator ekonomi dan penipisan cadangan senjata untuk Eropa.(sl)