Kekecewaan Amerika dan NATO terhadap Perang Ukraina
(last modified Tue, 19 Sep 2023 05:49:48 GMT )
Sep 19, 2023 12:49 Asia/Jakarta

Jenderal Mark Milley, Kepala Staf Gabungan Militer AS menyatakan bahwa mencapai penyelesaian cepat terhadap perang di Ukraina sulit terjadi dan kemenangan Ukraina dalam perang tersebut menjadi harapan yang sangat tinggi dan akan memakan waktu yang lama.

Sementara itu, Volodymyr Zelensky, Presiden Ukraina telah menolak pembicaraan damai dengan Rusia sejak awal perang, dan mengklaim bahwa Moskow tidak serius untuk mewujudkan perdamaian. Ia percaya bahwa hasil terbaik yang bisa dicapai adalah Rusia menarik diri dari seluruh wilayah Ukraina.

Namun Kepala Staf Gabungan militer AS yang akan pensiun pada akhir September ini mengungkapkan bahwa tujuan penarikan total Rusia dari Ukraina tidak akan mungkin tercapai. Milley menilai untuk mencapai hasil dalam serangan balik ini, membutuhkan kesabaran.

Milley mengungkapkan lebih dari 200.000 tentara Rusia berada di Ukraina. Serangan balasan Ukraina, meski signifikan, memiliki tujuan operasional dan taktis yang terbatas. Bahkan, jika Ukraina mencapai tujuannya, mereka masih belum dapat sepenuhnya mengusir pasukan Rusia dari negara mereka, karena ini adalah tujuan strategis lebih luas yang hanya ingin dicapai oleh Volodymyr  Zelensky.

Ungkapan kekecewaan pejabat senior militer Amerika ini terhadap kemenangan Ukraina dalam perang saat ini dengan Rusia masuk akal mengingat kegagalan Kyiv mencapai tujuan yang diinginkan dalam serangan balik besar-besaran terhadap posisi pasukan Rusia di provinsi timur dan tenggara Ukraina. Gedung Putih mengakui bahwa mereka telah menghabiskan lebih dari 111 miliar dolar untuk perang di Ukraina.

 

Terlepas dari membanjirnya peralatan canggih yang diberikan Barat ke Kyiv, pasukan Ukraina belum mampu mencapai keberhasilan yang signifikan melawan Rusia dalam serangan balik dan menderita kerugian besar.

Seymour Hersh, jurnalis investigatif terkemuka Amerika Serikat mengutip seorang pejabat intelijen melaporkan bahwa Badan Intelijen Pusat AS (CIA) memberi tahu Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken bahwa serangan balik Ukraina saat ini tidak berhasil dan kemungkinan besar tidak akan menyebabkan kekalahan Rusia. Faktanya, serangan balik yang telah lama ditunggu-tunggu dari Ukraina belum membuat banyak kemajuan terhadap garis pertahanan Rusia di timur negara ini. Kemajuan yang lambat ini memicu kekhawatiran sekutu barat.

Selain itu, Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg dalam sebuah wawancara pada hari Minggu memperingatkan bahwa perang di Ukraina mungkin akan berlangsung lama, karena serangan balik pasukan Ukraina terhadap Rusia tidak banyak membuahkan hasil. Stoltenberg mengatakan, "Kita harus bersiap untuk perang yang panjang di Ukraina."

Pada saat yang sama, Rusia menekankan ketidakefektifan serangan balik Ukraina terhadap negaranya, dan mengumumkan bahwa pasukan Ukraina telah menderita banyak korban jiwa dan kerusakan peralatan militernya. Menurut Presiden Rusia Vladimir Putin, Ukraina telah kehilangan lebih dari 71.000 tentara sejak serangan balasan dimulai pada bulan Juni. Menurut sumber Ukraina, beberapa unit tempur negara ini telah kehilangan 90 persen tentaranya.

Terlepas dari kenyataan tersebut, Amerika Serikat dan NATO tetap menginginkan kelanjutan perang berdarah di Ukraina. Dalam hal ini, Stoltenberg menegaskan bahwa NATO akan terus mengupayakan solusi militer dan bukan solusi diplomatik.

 

Jens Stoltenberg

 

Sekretaris Jenderal NATO mengatakan, “Kita semua menginginkan perdamaian secepatnya. Tetapi pada saat yang sama, kita harus menerima kenyataan jika Zelensky dan Ukraina menghentikan perang, maka negara mereka akan lenyap, dan kita akan memiliki perdamaian hanya jika Putin dan Rusia meletakkan senjata mereka.”

Pejabat senior Amerika dan NATO percaya bahwa kemenangan Rusia dalam perang Ukraina, bahkan di sekitar NATO, akan berarti mendiskreditkan organisasi militer ini dan memperluas pengaruh dan kekuatan Rusia di tingkat regional dan internasional, dan akan mengubah perimbangan keamanan, militer dan politik Eropa dan merugikan negara-negara Barat.

Oleh karena itu, segala tindakan yang menghalangi terwujudnya skenario ini, termasuk pengiriman segala jenis senjata efektif dan jarak jauh seperti rudal HIMARS dan ATACMS, serta segala jenis peralatan tempur berat dan semi-berat, menjadi agenda Amerika Serikat dan mitra-mitranya di NATO. Tapi, tindakan ini hanya menyebabkan berkepanjangannya perang ini tanpa mencapai hasil yang menguntungkan Ukraina, serta pengabaian pemerintah Kyiv terhadap prakarsa perdamaian.(PH)