Amerika Tinjauan dari Dalam, 18 November 2023
(last modified Sat, 18 Nov 2023 11:18:10 GMT )
Nov 18, 2023 18:18 Asia/Jakarta
  • Rumah sakit di Gaza, target baru Israel
    Rumah sakit di Gaza, target baru Israel

Perkembangan di Amerika selama sepekan lalu diwarnai sejumlah isu penting, seperti; AS Berkelit Ditanya tentang Serangan Tentara Zionis ke RS Al-Shifa di Gaza

Selain itu, masih ada isu-isu lainnya dari Amerika Serikat;

  • Chomsky: Generasi Z Amerika, Pendukung Palestina
  • Puluhan Pendukung Palestina di Amerika Ditangkap
  • Demo Pro-Gaza di Dekat Rumah Presiden AS: Biden Lakukan Genosida!
  • Media AS: Gencatan Senjata Lima Hari akan Diberlakukan di Gaza
  • Gedung Putih: Kami Tidak Punya Informasi Lokasi Tawanan di Gaza
  • Politisi AS: Intel Lemah, Banyak Tentara Israel Tewas oleh Teman Sendiri
  • AS Minta Hizbullah Tak Terjun dalam Perang Melawan Israel
  • Rabi Amerika: Israel, Penipuan atas Nama Agama Yahudi !
  • Tak Membalas Drone-nya Ditembak Jatuh Yaman, Ini Kata Pentagon

AS Berkelit Ditanya tentang Serangan Tentara Zionis ke RS Al-Shifa di Gaza

Gedung Putih mengklaim rumah sakit dan pasien di dalam pusat kesehatan harus dilindungi dari serangan militer, tapi tetap membela Israel yang melancarkan serangan ke arah rumah sakit Al-Shifa di Gaza.

Anak-anak Gaza

Salah satu juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS ketika ditanya tentang pergerakan militer rezim Zionis di dalam rumah sakit al-Shifa di Jalur Gaza hari Selasa mengatakan, "Gedung Putih tidak membicarakan rincian operasi militer di Israel,".

"Sebagaimana yang telah kami katakan, kami tidak mendukung serangan udara terhadap rumah sakit dan kami tidak ingin melihat orang yang tidak bersalah, tunawisma, dan pasien yang membutuhkan perawatan medis terjebak di tengah-tengah pertempuran," kata jubir Dewan Keamanan Nasional AS.  ​

Tanpa menyinggung sama sekali penembakan tanpa henti yang dilakukan tentara rezim Zionis terhadap pasien dan dokter di daerah Rumah Sakit Al-Sifa, pejabat Amerika ini mengumumkan bahwa rumah sakit dan pasien harus dilindungi.

Pernyataan ini dibuat setelah Presiden AS Joe Biden berbicara dengan Perdana Menteri Rezim Zionis Benjamin Netanyahu pada hari Selasa sebelum pemerintah Israel mengumumkan operasi militernya di Rumah Sakit Al-Shifa.

Tentara rezim Zionis menyerbu lokasi rumah sakit Al-Shafa, menembaki pasien dan dokter di koridor rumah sakit dan tidak mengizinkan siapa pun meninggalkan rumah sakit.

Chomsky: Generasi Z Amerika, Pendukung Palestina

Pemikir kenamaan Amerika Serikat, mengatakan, seiring dengan perubahan yang terjadi di tengah generasi muda hari ini, dukungan rakyat AS atas Israel berkurang, dan semakin berpihak pada Palestina.

Noam Chomsky, Jumat (17/11/2023) menuturkan, jika diperhatikan, dukungan-dukungan Partai Demokrat saat ini lebih banyak pada orang-orang Palestina, daripada Israel.

Chomsky

Sebagaimana diketahui Amerika Serikat, saat ini adalah satu-satunya negara dunia yang mendukung total Rezim Zionis, dalam melakukan kejahatan perangnya.

Menurut Chomsky, sekarang tengah terjadi perubahan besar di tengah generasi baru Amerika, dan dukungan terhadap Israel, di masa depan bisa jadi benar-benar akan berbeda dengan sebelumnya.

"Seiring dengan perubahan yang terjadi di antara generasi muda, mahasiswa dan Generasi Z, hari ini dukungan rakyat AS, atas Israel sudah berkurang, dan menguntungkan Palestina. Sekarang dukungan terbagi dua, 50-50. Jika Anda menyaksikan dukungan Partai Demokrat, hari ini mereka lebih banyak mendukung Palestina, daripada Israel. Padahal sebelumnya dukungan terbesar atas Israel, bersumber dari golongan demokrasi liberal. Ini adalah perubahan yang besar, artinya kebijakan umum AS, di Timur Tengah sedang berubah," paparnya.

Pada saat yang sama Noam Chomsky mempertanyakan mengapa selama ini AS, tidak pernah mengizinkan organisasi-organisasi internasional memeriksa nuklir Israel.

Ia menerangkan, "AS dan Israel, selama 30 tahun melakukan segala jenis sabotase, dan teror terhadap Iran. Negara-negara kawasan menyambut perlucutan senjata nuklir. Bahkan Iran, secara implisit mendukung dan membela perlucutan senjat atom. Tapi masalah ini selalu diveto oleh AS di arena internasional, pasalnya mereka tidak ingin senjata atom Israel, diperiksa dan diawasi."

Puluhan Pendukung Palestina di Amerika Ditangkap

Polisi Amerika Serikat dilaporkan menangkap puluhan demonstran yang menggelar aksinya untuk mendukung gencatan senjata di Jalur Gaza.

Seperti dilaporkan The Guardian, para demonstran memblokir sebagian Jembatan Teluk San Francisco selama jam sibuk lalu lintas di rute barat dan meminta para pemimpin dunia untuk mengupayakan gencatan senjata di Gaza.

Image Caption

Gambar yang dipublikasikan secara online menunjukkan bahwa para demonstran, sambil memegang spanduk besar bertuliskan "Hentikan Genosida", membentuk rantai manusia di antara mobil-mobil dan mencegah pergerakan mobil.

Masih menurut laporan ini, jalan yang diblokir merupakan salah satu jalan utama memasuki kota ini, dan setiap hari 260 ribu kendaraan melalui jalan tersebut.

Disebutkan bahwa San Francisco akan menjadi tuan rumah forum kerja sama ekoanomi Asia-Pasifik.

Rezim Zionis Israel sejak 7 Oktober 2023 melancarkan serangan berat ke Jalur Gaza, dan memblokade total daerah ini.

Menyusul serangan Israel ke Jalur Gaza, sampai saat ini tercatat 12 ribu warga Palestina gugur syahid.

Sementara itu, Presiden AS Joe Biden mendukung penuh brutalitas Israel dan meski ada demonstrasi warga mendukung rakyat Jalur Gaza, ia tetap menolak genjatan senjata.

Menurut para pengamat, langkah Israel baik memutus listrik, membatasi pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza dan menyerang para pengungsi Palestina di Gaza, menurut hukum internasional adalah bukti nyata dari kejahatan perang.

Demo Pro-Gaza di Dekat Rumah Presiden AS: Biden Lakukan Genosida!

Ratusan warga Amerika Serikat, yang memprotes sikap Joe Biden, terkait perang di Gaza, berdemonstrasi di dekat kediamanan Presiden AS, di kota Wilmington, Delaware.

Dikutip CNN, Sabtu (11/11/2023) demonstrasi pro-Palestina, di dekat rumah Joe Biden, dianggap menjadi indikasi memuncaknya kemarahan di tengah masyarakat AS, atas kebijakan yang dipilih Presiden AS terkait Palestina.

Image Caption

Unjuk rasa dilakukan dengan berjalan kaki dari sebuah lokasi di kota Wilmington, menuju ke dekat kediaman Presiden AS, dan para pengunjuk rasa meneriakkan dukungan atas rakyat Palestina.

Dalam aksi itu para demonstran meneriakkan, "From the river to the sea, Palestine will be free", dan mengecam sikap media-media arus utama AS, terkait Rezim Zionis, dan Palestina.

Menurut para demonstran Amerika, media-media mereka selalu berbohong, dan mereka memperingatkan soal pencalonan Biden, dalam pemilu presiden November 2024, serta dukungan tanpa syaratnya atas Israel.

"Di November, akan kami ingat, jika tidak ada gencatan senjata di Jalur Gaza, maka tidak akan ada suara," katanya.

Sejumlah demonstran mengenakan syal Palestina, sebagai bentuk dukungan atas rakyat Palestina, dan membawa plakat bertuliskan dukungan atas Palestina.

Sementara itu, sebagian demonstran membawa bendera Palestina, dan gambar tangan berlumuran darah, sebagai protes atas pembunuhan massal di Gaza.

Media AS: Gencatan Senjata Lima Hari akan Diberlakukan di Gaza

Surat kabar Amerika Serikat, mengutip sumber di Kabinet Rezim Zionis, mengabarkan dekatnya kesepakatan rezim ini dengan Hamas, terkait pertukaran tahanan, serta gencatan senjata.

Wartawan Washington Post, David Ignatius, Senin (13/11/2023) melaporkan, sumber di Kabinet Rezim Zionis, mengatakan kesepakatan pertukaran tahanan perempuan dan anak-anak, antara Hamas dan Israel, sudah hampir tercapai.

Image Caption

Menurut sumber tersebut, jika detail akhir telah diselesaikan, maka kesepakatan pertukaran tahanan antara Hamas dan Israel, akan segera diumumkan dalam beberapa hari ke depan.

Pejabat Rezim Zionis, yang tidak bersedia diungkap identitasnya itu mengatakan, "Garis besar kesepakatan tersebut sudah dipahami."

Rezim Zionis ingin membebaskan 100 perempuan dan anak-anak yang disandera kelompok perlawanan Palestina, pada operasi terbaru, tapi jumlah awal kemungkinan akan lebih sedikit.

Sebelumnya Hamas, telah mengumumkan bahwa pihaknya siap membebaskan 70 tawanan Rezim Zionis, yang terdiri dari perempuan, dan anak-anak.

Sesuai isi kesepakatan awal, perempuan dan anak-anak Israel, akan dibebaskan secara berkelompok, bersamaan dengan pembebasan perempuan dan remaja Palestina, yang ada di penjara Israel.

Pejabat Rezim Zionis yang dikutip Washington Pos, menambahkan, "Pertukaran tahanan ini kemungkinan akan dibarengi dengan gencatan senjata sementara selama lima hari."

Hamas menyandera sekitar 240 orang Zionis, dalam operasi perlawanan 7 Oktober lalu, dan Perdana Menteri Rezim Zionis, terus mendapat tekanan di dalam negeri untuk membebaskan tawanan-tawanan ini.

Gedung Putih: Kami Tidak Punya Informasi Lokasi Tawanan di Gaza

Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih mengatakan bahwa gencatan senjata kemanusiaan selama beberapa hari diperlukan untuk pembebasan tawanan Zionis di Jalur Gaza.

Menurut laporan FNA, Jake Sullivan, Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih dalam konferensi pers pada Senin (13/11/2023) malam mengatakan bahwa upaya Amerika untuk membebaskan Zionis yang ditangkap oleh Hamas terus berlanjut.

Kami terus berbicara dengan Israel tentang pentingnya mencapai gencatan senjata taktis kemanusiaan,” jelas Sullivan, menggunakan frasa 'gencatan senjata taktis kemanusiaan'.

Image Caption

Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih menyatakan bahwa AS tidak memiliki informasi yang jelas tentang lokasi dan kondisi para tawanan Zionis di Gaza, dan menambahkan, Kami ingin melihat penghentian kemanusiaan selama beberapa hari dalam rangka pembebasan tawanan Zionis di Gaza.

Pejabat AS ini menyatakan, Rumah sakit di Gaza harus dapat beroperasi untuk memberikan perawatan medis kepada pasien. Kami percaya bahwa gencatan senjata tidak harus tunduk pada jadwal yang ketat, tapi harus mencapai tujuan untuk memastikan jalur yang aman dan transfer bantuan.

Kantor informasi pemerintah di Gaza mengumumkan jumlah syuhada di Gaza telah mencapai 11.240 orang, yang terdiri dari 4.630 anak-anak dan 3.130 perempuan.

Politisi AS: Intel Lemah, Banyak Tentara Israel Tewas oleh Teman Sendiri

Seorang politisi Amerika Serikat, dari Partai Republik, mengatakan banyak tentara Rezim Zionis, tewas di tangan teman sendiri pada 7 Oktober, karena minim informasi, dan identifikasi yang keliru.

Sam Parker, Senin (13/11/2023) seperti dikutip Sputnik, menuturkan kekacauan setelah serangan mendadak Hamas, pada 7 Oktober lalu telah menyebabkan terjadinya kesalahan mengindentifikasi oleh tentara Israel.

Ia menambahkan, banyak tentara Israel, dibunuh kawannya sendiri di tengah kekacauan pada 7 Oktober, saat berusaha membalas Hamas, karena kurangnya data intelijen.

Pada saat yang sama, berbeda dengan sikap pemerintah AS, Sam Parker, percaya Hamas, berhak melancarkan serangan pembalasan terhadap Israel. Menurut Parker, Hamas, menyerang Rezim Zionis, untuk mengamankan tanah air mereka dari pendudukan pihak asing.

"Kebanyakan orang Israel, yang tewas pada 7 Oktober adalah tentara. Banyak tentara Israel yang tewas dibunuh teman sendiri dalam baku tembak, atau hanya karena panik dan salah identifikasi," katanya.

Anggota Partai Republik itu menjelaskan, Hamas secara hukum dan moral berhak melakukan operasi perlawanan terhadap penjajah, dan jelas hal itulah yang dilakukan Hamas.

Sebagaimana diketahui, ratusan orang di Wilayah pendudukan tewas dalam operasi perlawanan Palestina, pada 7 Oktober lalu.

AS Minta Hizbullah Tak Terjun dalam Perang Melawan Israel

Penasihat senior Presiden Amerika Serikat, dalam lawatannya ke Lebanon, menyampaikan pesan tidak langsung untuk Hizbullah, dan memintanya tidak terjun dalam perang melawan Rezim Zionis, untuk membela Gaza.

Dikutip situs Axios, Senin (13/11/2023) Amos Hochstein, dalam lawatan ke Lebanon, meminta Hizbullah, untuk tidak terjun dalam perang yang dilancarkan Rezim Zionis, terhadap Gaza.

Amos Hochstein yang merupakan penasihat Presiden Joe Biden, bidang energi dan investasi, seminggu terakhir berkunjung ke Lebanon, dan menyampaikan pesannya untuk Hizbullah, melalui Ketua Parlemen Lebanon, Nabih Berri.

Salah satu Juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS kepada Axios mengatakan, "Hochstein menegaskan bahwa AS, tidak ingin perang Gaza, merembet ke Lebanon, dan pemulihan keamanan di perbatasan Lebanon-Israel, harus menjadi prioritas Beirut dan Tel Aviv."

Mengutip dua sumber terpercaya, Axios menambahkan, pemerintah Biden, setelah kunjungan Hochstein ke Lebanon, yakin bahwa pemerintah Lebanon, rakyat dan Hizbullah, tidak ingin memulai perang melawan Israel.

 "Pemerintah Biden, senang karena Sekjen Hizbullah, dalam pidato terbarunya tidak menginginkan peningkatan serangan, dan eskalasi pertempuran melawan Israel," kata sumber tersebut.

Sebelumnya Perdana Menteri Lebanon, Najib Mikati, menekankan urgensi menghentikan aksi provokatif yang dilakukan pasukan Rezim Zionis, di selatan Lebanon, dan ia mengaku percaya pada rasionalitas Hizbullah.

Rabi Amerika: Israel, Penipuan atas Nama Agama Yahudi !

Warga New York, termasuk tokoh agama Yahudi kembali turun ke jalan untuk meneriakan kecaman global terhadap kejahatan rezim Zionis di Gaza.

Ratusan orang dari kawasan Brooklyn di New York berdemonstrasi dari Museum Brooklyn hingga rumah Chuck Schumer, Ketua Senat AS dari Partai Demokrat yang selama ini menjadi salah satu pendukung utama rezim Zionis.

Menurut Kantor Berita Iran Press, para pendukung Palestina dalam aksi demonstrasi anti-Zionis di wilayah Brooklyn, New York Minggu (12/11/2023) malam menuntut diakhirinya genosida warga Palestina, gencatan senjata segera di Gaza dan diakhirinya dukungan pemerintah AS kepada rezim Zionis.

Yahudi anti-Zionis dan pendukung rakyat tertindas di Gaza dan Palestina juga hadir dalam demonstrasi adi kawasan Brooklyn, New York.

Rabi Yahudi, David Weiss, Juru Bicara Persatuan Internasional Yahudi Anti-Zionis kepada Iran Press di sela-sela demonstrasi mengatakan, "Sejak awal Zionisme, kami telah menyatakan bahwa Israel adalah penipuan atas nama agama Yahudi, dan orang-orang Yahudi menangis karena penderitaan rakyat Palestina."

"Selama 75 tahun, Zionis telah menyebabkan pertumpahan darah dan kebencian terhadap orang-orang Palestina, sayangnya mereka melakukan semua ini atas nama agama Yahudi," ujar Rabi Weiss.

Para pengunjuk rasa di Brooklyn menyampaikan dukungan mereka terhadap rakyat tertindas Palestina di Gaza, dan menekankan agar genosida Palestina di Gaza segera dihentikan.

Tak Membalas Drone-nya Ditembak Jatuh Yaman, Ini Kata Pentagon

Deputi Juru bicara Departemen Pertahanan Amerika Serikat, mengatakan, akibat 55 kali serangan terbaru ke pangkalan-pangkalan militer negara ini di Irak dan Suriah, 59 tentara terluka, dan 27 lainnya gegar otak.

Sabrina Singh, Selasa (14/11/2023) malam seperti dikutip Fox News menuturkan, sejak 17 Oktober hingga sekarang, pangkalan-pangkalan militer AS di Asia Barat, 55 kali diserang kelompok perlawanan.

Ia menambahkan, dari seluruh serangan tersebut, 27 serangan dilakukan ke pangkalan-pangkalan militer AS di Irak, dan 28 serangan terhadap pangkalan-pangkalan di Suriah.

Menurut Sabrina Singh, akibat serangan-serangan itu, 59 tentara AS, terluka, dan 27 tentara lainnya mengalami kerusakan otak.

Ditanya mengapa AS tidak membalas penembakan jatuh drone MQ-9 seharga 32 juta dolar Amerika, oleh Yaman, Singh menerangkan, "Saya tidak mengatakan bahwa tidak adanya balasan menyebabkan serangan Houthi meningkat."

Ia melanjutkan, "Kami sebelumnya pernah menyaksikan penembakan jatuh drone MQ-9 lainnya. Saya tidak mengatakan bahwa kami tidak akan membalas. Kami selalu punya hak untuk membalas pada waktu dan tempat yang kami inginkan."

Deputi Jubir Dephan AS, mengklaim bahwa tujuan Washington, adalah membatasi pertempuran antara Rezim Zionis, dan Hamas, di Jalur Gaza.

"Terbatas pada lokasi perang yang sedang terjadi saat ini. Menurut saya, pesan kami terkait pencegahan sangat jelas, dan kami tidak menyaksikan perluasan perang ini," imbuhnya.

Kelompok-kelompok perlawanan di Asia Barat, dalam rangka mendukung perlawanan Palestina, dan membalas kejahatan Rezim Zionis, sampai sekarang telah berulangkali menyerang pangkalan-pangkalan militer AS, di Irak dan Suriah.