Pemimpin Korut Nyatakan Militer Korea Utara Siap Menghadapi AS
Kim Jong-un, Pemimpin Korea Utara memerintahkan angkatan bersenjata, industri amunisi, dan sektor senjata nuklir negara tersebut untuk bersiap berperang menghadapi Amerika Serikat sebagai tanggapan terhadap pergerakan AS yang mengarah ke konflik dan belum pernah terjadi sebelumnya dari Washington.
Ini adalah perintah paling jelas dari pemimpin Korea Utara untuk mempersiapkan tentara negaranya melawan Amerika Serikat.
Amerika beserta sekutunya di kawasan yaitu Jepang dan Korea Selatan telah sangat memperburuk situasi keamanan di kawasan semenanjung Korea.
Oleh karena itu, Korea Utara juga berusaha menunjukkan bahwa Pyongyang tidak menyerah terhadap ancaman Amerika dan mempunyai kekuatan yang diperlukan untuk mengatasi hal tersebut dengan memperkuat kekuatan pencegahannya menghadapi berbagai ancaman Amerika.
Lee Wan-Ti, pakar masalah internasional mengatakan mengenai hal ini, AS berpikir bahwa dengan memberikan tekanan yang semakin besar terhadap Korea Utara, mereka akan memaksa negara ini untuk menyerah. Padahal, dalam praktiknya, Pyongyang telah menunjukkan dirinya sebagai negara pesaing yang tidak takut menghadapi AS, dan dengan penuh kekuatan, tegar menghadapi segala ancaman Amerika dan sekutunya.
Tentu saja ketergantungan Korea Utara bukan hanya pada penguatan kekuatan militer dan persiapan angkatan bersenjata.
Karenanya, pemimpin Korea Utara menekankan bahwa Pyongyang akan mengembangkan kerja sama strategisnya dengan negara-negara independen anti-imperialis.
Sikap pemimpin Korea Utara ini penting karena dalam beberapa tahun terakhir, jumlah negara yang mengambil sikap independen terhadap AS semakin meningkat, dan AS semakin memperketat sanksi untuk menghadapinya.
Sekalipun demikian, negara-negara yang menentang kebijakan AS berusaha mengurangi dampak sanksi AS dengan memenuhi kebutuhan satu sama lain melalui pembentukan klub sanksi.
Kim Jong Un, Pemimpin Korea Utara memerintahkan angkatan bersenjata, industri amunisi, dan sektor senjata nuklir negara tersebut untuk bersiap berperang menghadapi Amerika Serikat sebagai tanggapan terhadap pergerakan AS yang mengarah ke konflik dan belum pernah terjadi sebelumnya dari Washington.
Oleh karena itu, pemimpin Korea Utara memilih pengembangan hubungan dengan negara-negara anti-imperialis sebagai strategi praktisnya untuk memperkuat posisi Korea Utara melawan Amerika.
Ali Khazaei, pakar masalah internasional mengatakan dalam hal ini, Saat ini, negara-negara yang menentang kebijakan Amerika Serikat dianggap sebagai kekuatan yang penting dan berpengaruh di kancah internasional. Dengan membentuk lembaga-lembaga internasional, negara-negara ini mempercepat proses penguatan posisi Timur dalam menghadapi Barat, dan tidak diragukan lagi, Korea Utara tidak menganggap dirinya terlepas dari proses ini.
Bagaimanapun, Korea Utara menunjukkan bahwa lawan dari negara ini adalah Amerika Serikat, sementara sekutu AS, yaitu Jepang dan Korea Selatan tidak memiliki nilai dari sisi militer bagi Korea Utara.
Perkembangan hubungan Korea Utara dengan Rusia baru-baru ini menunjukkan bahwa Pyongyang juga berupaya untuk mencari teman dan memperkuat aliansi strategis.
Namun hal ini bukanlah misteri ketergantungan Korea Utara pada kekuatan militer Rusia atau Cina, dan Pyongyang dapat menghadapi ancaman dari negara Amerika Serikat untuk melawan secara mandiri.
Untuk merusak hubungan Korea Utara dengan Rusia, Washington berulang kali menuduh Pyongyang memasok peralatan militer ke Moskow untuk digunakan dalam perang terhadap Ukraina.
Namun, Rusia terus mengembangkan kerja sama dengan Korea Utara dan dukungan teknis untuk membantu meningkatkan kemampuan militer Korut.(sl)