May 22, 2024 21:47 Asia/Jakarta
  • Benarkan Miliarder AS Kelola Perang Psikologis atas Rakyat Palestina?

Menurut sebuah laporan, para pengusaha besar, dan miliarder Amerika Serikat, menggunakan grup WhatsApp, untuk membentuk opini publik terkait perang Israel di Gaza, dan memanfaatkannya untuk mendesak Wali Kota New York, supaya membubarkan demonstrasi pro-Palestina di Universitas Columbia.

Baru-baru ini sebuah laporan yang dirilis Washington Post, menunjukkan para miliarder AS, di dalam sebuah grup WhatsApp, terjun untuk mengubah kenyataan perang Israel, terhadap Gaza.
 
Grup orang-orang kaya AS, ini dibentuk pada 12 Oktober lalu sebagai salah satu upaya untuk mengubah opini publik terkait Israel, dan di dalamnya tergabung beberapa miliarder termasuk CEO Starbucks, Howard Schultz, pendiri Dell, Michael Shaul Dell, dan saudara menantu mantan Presiden AS, Donald Trump, Joshua Kushner.
 
Salah satu hal yang mengkhawatirkan dalam laporan ini adalah upaya anggota grup itu untuk memprovokasi Wali Kota New York, Eric Adams, supaya membubarkan demonstrasi pro-Palestina, di Universitas Columbia, dengan memanfaatkan polisi.
 
Langkah ini membuktikan upaya untuk menyensor, dan membungkam pemikiran, serta demonstrasi bebas mahasiswa yang merupakan salah satu prinsip dasar dalam sebuah masyarakat demokratis.
 
Selain itu, berdasarkan laporan tersebut anggota grup WhatsApp ini menawarkan bantuan kepada polisi untuk menyewa penyelidik swasta guna mengawasi demonstrasi, dan masalah ini menjadi bukti upaya pemanfaatan kekayaan orang-orang kaya untuk menumpas demonstrasi.
 
Grup WhatsApp, orang-orang kaya, dan miliarder Amerika Serikat, tersebut memiliki anggota lebih dari 100 orang, dan grup itu diberi nama "Israel Current Events".
 
Berdasarkan laporan surat kabar Washington Post, grup WhatsApp itu pertama kali dioperasikan oleh seorang investor properti, dan taipan real estate, Barry Sternlicht, yang tidak secara langsung menjadi anggota chat, tapi melalui perantara seorang karyawan perusahaan.
 
Karyawan tersebut pada bulan Oktober 2023 mengatakan bahwa misi grup ini membantu Israel memenangkan perang opini di AS, pada saat yang sama Israel, sedang berusaha memenangkan perang fisik.
 
Perang Israel, terhadap Gaza, telah menyebabkan lebih dari 35.000 warga Palestina, gugur, sebagian besar dari mereka adalah perempuan dan anak-anak, dan lebih dari setengah penduduk Gaza, terpaksa mengungsi.
 
Menurut laporan Washington Post, lebih dari 12 anggota grup WhatsApp tersebut termasuk ke dalam daftar miliarder yang dimuat oleh majalah Forbes.
 
Selama perang Gaza, anggota grup ini dalam pertemuan-pertemuan rahasia mereka, mengikutsertakan mantan Perdana Menteri Israel, Naftali Bennett, dan beberapa tokoh oposisi, seperti Benny Gantz, anggota Kabinet Perang Israel, dan Michael Herzog, Duta Besar Israel, untuk AS.
 
Para anggota grup juga menjalin kerja sama dengan pemerintah Israel, untuk menayangkan sebuah film yang dibuat oleh pasukan Israel, terkait serangan 7 Oktober yang diklaim menewaskan 1.200 tentara Zionis.
 
Menurut sejumlah laporan, pada bulan November, Barry Sternlicht, dibantu media, dan para pengusaha besar, menggelar kampanye melawan Hamas, dengan dana 50 juta dolar.
 
Penyelidikan mendalam terkait dampak-dampak langkah semacam ini terhadap demonstrasi mahasiswa, dan kebebasan berpendapat, merupakan hal yang urgen.
 
Selain itu, fenomena ini juga menunjukkan bagaimana kekuatan, dan kekayaan finansial dapat mempengaruhi pengambilan keputusan politik, dan sosial, serta bagaimana dampak-dampak ini mungkin saja membawa kerugian besar bagi kebebasan, dan keadilan sosial.
 
Kesimpulannya, realitas ini menjelaskan upaya sistem kekuatan finansial untuk mencampuri masalah politik, dan sosial, serta membuktikan bahwa pembatasan-pembatasan untuk mencegah penyalahgunaan kekuatan, dan kekayaan adalah sesuatu yang sangat diperlukan. (HS)