Kebingungan Politik di Inggris; Apakah Tatanan Dua Partai Telah Runtuh?
https://parstoday.ir/id/news/world-i180920-kebingungan_politik_di_inggris_apakah_tatanan_dua_partai_telah_runtuh
Pars Today – Peristiwa terbaru telah mengubah pentaspolitik Inggris menjadi medan kebingungan dan ketidakpercayaan publik.
(last modified 2025-11-23T11:50:36+00:00 )
Nov 23, 2025 18:47 Asia/Jakarta
  • Kebingungan Politik di Inggris; Apakah Tatanan Dua Partai Telah Runtuh?

Pars Today – Peristiwa terbaru telah mengubah pentaspolitik Inggris menjadi medan kebingungan dan ketidakpercayaan publik.

Pengadilan Pidana Pusat London (Old Bailey) pada hari Jumat menjatuhkan hukuman 10 tahun dan 6 bulan penjara kepada Nathan Gill, 52 tahun, mantan pemimpin Partai kanan Reform UK di Wales dan mantan anggota Parlemen Eropa dari Inggris. Ia sebelumnya telah mengaku bersalah atas delapan dakwaan menerima suap. Menurut laporan IRNA, pihak kejaksaan menyatakan bahwa sedikitnya 30 hingga 40 ribu pound dibayarkan oleh seorang politikus yang dekat dengan Kremlin agar politikus Inggris tersebut menyampaikan posisi yang selaras dengan narasi Rusia mengenai Ukraina, baik di Parlemen Eropa maupun di media asing. Hakim menyebut tindakan ini sebagai “pengkhianatan berat terhadap kepercayaan publik”, dan media menggambarkannya sebagai salah satu contoh yang belum pernah terjadi sebelumnya terkait infiltrasi finansial asing dalam politik Inggris.

 

Partai Reform, yang menggambarkan dirinya sebagai wakil masyarakat yang marah terhadap “kaum elite korup Westminster”, dalam pernyataan setelah vonis menyebut tindakan Gill sebagai pengkhianatan dan tidak dapat dimaafkan, serta berupaya menampilkan dirinya sebagai “individu menyimpang” yang terpisah dari tubuh utama partai.

 

Di samping berita ini, tekanan terhadap Nigel Farage, pemimpin Partai Reform UK dan sosok utama kampanye Brexit meningkat drastis, dan kubu oposiis menudingnya menoleransi pengaruh jaringan yang dekat dengan Moskow.

 

Perdana Menteri Inggris juga meminta dilakukannya pemeriksaan lebih mendalam terkait setiap kemungkinan hubungan antara partai tersebut dan sumber pendanaan Rusia, sesuatu yang dalam ruang media dipandang sebagai pukulan serius terhadap citra “bersih” alternatif sayap kanan antitestablishment itu.

 

Bersamaan dengan kasus kontroversial ini, sebuah proyeksi pemilu terbaru berdasarkan jajak pendapat nasional yang diterbitkan oleh surat kabar The Daily Telegraph menunjukkan bahwa Partai Konservatif—yang selama beberapa dekade merupakan salah satu dari dua pilar utama politik parlementer Inggris—dalam hal diselenggarakannya pemilihan umum dini mungkin hanya akan memperoleh sekitar 14 kursi di House of Commons.

 

Dalam skenario yang sama, Partai Reform berada di posisi pertama dan, menurut proyeksi tersebut, dengan lebih dari 330 kursi dan mayoritas yang mencakup puluhan kursi lebih banyak dari total gabungan pesaingnya, akan memiliki peluang membentuk pemerintahan. Jika hal ini terjadi, situasinya akan berarti runtuhnya sepenuhnya tatanan historis dua partai antara Partai Buruh dan Partai Konservatif.

 

Namun demikian, kasus Nathan Gill yang muncul tepat pada puncak kenaikan elektoral Partai Reform telah menciptakan sebuah kontradiksi serius bagi gerakan tersebut. Partai yang memposisikan dirinya sebagai suara rakyat biasa melawan para elite korup itu kini mendapati bahwa politikus pertama di Inggris yang dihukum karena menerima uang untuk mengulang pesan jaringan yang dekat dengan Kremlin justru berasal dari kubu mereka sendiri.

 

Bagi banyak pemilih, gambaran ini dengan jelas menunjukkan bahwa bahkan sebuah alternatif yang memasuki gelanggang politik dengan slogan memerangi korupsi dan memutus pengaruh lobi pun tidak terbebas dari pengaruh dana-dana mencurigakan dan permainan di balik layar. Slogan antikorupsi semata juga tidak dapat dianggap sebagai jaminan bagi integritas politik.

 

Di sisi lain, Partai Buruh yang setelah pemilu parlemen 2024 dengan janji stabilitas ekonomi dan mengakhiri kekacauan Brexit naik ke tampuk kekuasaan, kini menghadapi penurunan tajam popularitas serta ketidakpercayaan luas terhadap kemampuannya dalam mengelola perekonomian.

 

Jajak pendapat terbaru menunjukkan bahwa bagian signifikan masyarakat menilai kinerja pemerintah dalam bidang ekonomi secara negatif, dan mayoritas responden meyakini bahwa Perdana Menteri dan Menteri Keuangan harus bertanggung jawab atas kondisi saat ini. Pada saat yang sama, banyak warga telah memperkirakan bahwa anggaran tambahan yang akan diajukan pekan ini akan menambah beban pajak pada rumah tangga.

 

Di tengah perkembangan ini, Partai Konservatif—yang selama beberapa dekade bersama Partai Buruh telah membentuk struktur dua kutub dalam politik Inggris—tengah menghadapi krisis yang lebih dalam daripada sekadar “kekalahan elektoral”. Beberapa tokoh terkemuka partai telah memperingatkan bahwa jika tren saat ini berlanjut, kaum Konservatif berisiko terhapus dari buku sejarah. Peringatan ini, yang didasarkan pada data jajak pendapat, menunjukkan runtuhnya bertahap sebuah jaringan yang dari tingkat dewan lokal hingga pemerintahan pusat menjadi tulang punggung kekuasaan politik Inggris.

 

Keseluruhan rangkaian tanda ini menggambarkan potret Inggris menjelang masuk tahun kedua setelah berakhirnya masa panjang pemerintahan Konservatif: tatanan dua partai tradisional telah melemah, partai penguasa yang baru kian tergerus oleh beban ekspektasi ekonomi dan tekanan pajak, dan alternatif populis pun tidak luput dari bayang-bayang berat kasus-kasus keamanan dan keuangan.

 

Bagi seorang pemilih yang tengah berhadapan dengan krisis biaya hidup, tekanan pajak, kekhawatiran tentang masa depan layanan publik, serta ketidakpuasan terhadap kebijakan luar negeri, memilih di antara opsi-opsi ini lebih mengingatkan pada suatu bentuk “ketidakberlindungan politik” daripada menimbulkan harapan. Banyak analis menilai kondisi ini sebagai indikasi rusaknya “kompas politik Inggris” dan pergerakan negara itu menuju parlemen yang terfragmentasi serta koalisi-koalisi rapuh dalam tahun-tahun mendatang, meskipun masih belum jelas aliran politik mana yang pada akhirnya akan mampu memaksakan diri kepada opini publik sebagai pilihan yang paling sedikit mudaratnya. (MF)