Pembantaian Big Knee: Pembantaian Suku Indian di South Dakota
https://parstoday.ir/id/news/world-i180906-pembantaian_big_knee_pembantaian_suku_indian_di_south_dakota
Pars Today - Pembantaian Big Knee tahun 1890 adalah salah satu tragedi paling berdarah dan simbolis dalam sejarah Amerika terhadap suku Indian, yang mengakibatkan kematian ratusan penduduk asli Lakota dan dianggap sebagai akhir dari perlawanan mereka yang meluas di abad ke-19.
(last modified 2025-11-23T08:07:30+00:00 )
Nov 23, 2025 18:05 Asia/Jakarta
  • Pembantaian Big Knee
    Pembantaian Big Knee

Pars Today - Pembantaian Big Knee tahun 1890 adalah salah satu tragedi paling berdarah dan simbolis dalam sejarah Amerika terhadap suku Indian, yang mengakibatkan kematian ratusan penduduk asli Lakota dan dianggap sebagai akhir dari perlawanan mereka yang meluas di abad ke-19.

Menurut Pars Today, Pembantaian Wounded Knee terjadi pada 29 Desember 1890 di negara bagian South Dakota. Sungai Big Knee adalah anak sungai dari Sungai White, yang terletak di barat daya South Dakota di Amerika Serikat. Nama sungai ini dalam bahasa Lakota adalah "Chankwe Opi Wakpala".

Dalam insiden ini, pasukan Angkatan Darat AS menyerang kamp suku Indian Lakota di dekat Sungai Big Knee. Serangan ini terjadi ketika suku Indian berada dalam kondisi lemah dan putus asa setelah bertahun-tahun perang, migrasi paksa, dan tekanan berat. Mereka berkumpul setelah gerakan keagamaan "Ghost Dance" dengan harapan akan kembalinya kerbau dan berakhirnya dominasi kulit putih. Namun, pemerintah AS menganggap gerakan ini sebagai ancaman bagi ketertibannya dan memutuskan untuk menumpasnya.

Pada hari kejadian, sekitar 350 orang Indian Lakota, termasuk perempuan, anak-anak, dan laki-laki, berada di kamp tersebut. Tentara AS turun tangan dengan dalih melucuti senjata mereka. Konflik dimulai dengan satu tembakan dan kemudian berubah menjadi pembantaian yang meluas. Statistik menunjukkan bahwa antara 290 dan 300 orang Indian tewas. Dan dari jumlah tersebut, lebih dari 200 adalah perempuan dan anak-anak. Sebaliknya, hanya sekitar 25 tentara Amerika yang tewas, banyak di antaranya tewas akibat tembakan teman sendiri.

Pembantaian ini sangat penting, tidak hanya dari segi jumlah korban, tetapi juga dari segi konsekuensi politik dan budaya. Setelah insiden ini, perlawanan terorganisir orang Indian terhadap pemerintah AS praktis berakhir. Suku-suku asli, yang sebelumnya telah menantang tentara Amerika dalam berbagai pertempuran, seperti Pertempuran Little Bighorn pada tahun 1876, tidak lagi memiliki kekuatan atau harapan untuk melanjutkan perjuangan. Pembantaian Big Knee dikenal sebagai mata rantai terakhir dalam perang Indian-Amerika di abad ke-19.

Secara demografis, pembantaian itu merupakan bagian dari proses pemusnahan penduduk asli Amerika yang lebih luas. Menurut sensus tahun 1900, populasi Indian Amerika telah menurun menjadi sekitar 250.000 jiwa, sementara sebelum kedatangan bangsa Eropa, jutaan orang tinggal di benua ini. Penurunan populasi yang tajam ini merupakan akibat dari kombinasi perang, penyakit menular, migrasi paksa, dan kebijakan represif. Pembantaian Big Knee dianggap sebagai simbol dari proses ini dan puncaknya di abad ke-19.

Secara historis, peristiwa tersebut merupakan cerminan dari kebijakan pemerintah AS terhadap penduduk asli Amerika. Kebijakan "pembukaan lahan" dan relokasi suku-suku ke wilayah terlarang yang dikenal sebagai "reservasi" secara efektif menghancurkan budaya dan ekonomi mereka.

Dalam Pembantaian Big Knee, tentara tidak hanya menargetkan pria yang sedang bertempur, tetapi juga wanita dan anak-anak yang tak berdaya. Hal ini menunjukkan sifat genosida dan upaya untuk sepenuhnya menghilangkan keberadaan penduduk asli di tanah air mereka.

Konsekuensi budaya dari pembantaian ini juga sangat mendalam. Bagi orang Indian, Big Knee menjadi simbol kesedihan dan perlawanan. Generasi-generasi berikutnya melestarikan peristiwa ini sebagai pengingat penindasan historis dan kebutuhan untuk melestarikan identitas budaya mereka.

Sebaliknya, pemerintah AS berusaha selama bertahun-tahun untuk memperkenalkan insiden ini sebagai "pertempuran", tetapi kemudian diakui dalam historiografi resmi dan opini publik sebagai "pembantaian".

Dari perspektif hukum dan moral, Pembantaian Big Knee merupakan contoh nyata pelanggaran hak asasi manusia dan genosida. Militer AS bukan hanya tidak mematuhi prinsip-prinsip perang, tetapi juga menargetkan warga sipil. Peristiwa ini kini dianggap dalam studi sejarah dan hukum sebagai salah satu halaman tergelap dalam sejarah Amerika Serikat.

Singkatnya, Pembantaian Big Knee tahun 1890, yang menewaskan sekitar 300 orang Indian, menandai berakhirnya perlawanan penduduk asli Amerika pada abad ke-19. Peristiwa ini merupakan simbol kebijakan represif dan genosida terhadap penduduk asli benua Amerika, dan konsekuensinya masih terekam dalam ingatan sejarah dan budaya masyarakat Indian hingga saat ini.

Statistik demografi menunjukkan bahwa pembantaian ini merupakan bagian dari proses yang mengurangi populasi penduduk asli Amerika dari jutaan menjadi hanya beberapa ratus ribu. Oleh karena itu, Big Knee bukan hanya bencana kemanusiaan, tetapi juga titik balik dalam sejarah hubungan antara pemerintah AS dan penduduk asli Amerika.(sl)