Bagaimana Argentina Mereaksi Tindakan Provokatif Baru Inggris terkait Kepulauan Malvinas?
-
Kepulauan Malvinas
Pars Today - Senator Argentina Pablo Daniel Blanco dari negara bagian Tierra del Fuego, pada pertengahan Agustus 2025, mengecam keras perlambaan yang diselenggarakan oleh pemerintah Inggris.
Menurut laporan Pars Today, kompetisi ini mengundang mahasiswa Argentina, Uruguay, dan Paraguay untuk mengunjungi Kepulauan Malvinas (Falklands), yang dianggap Argentina sebagai bagian dari wilayahnya, selama seminggu yang memenangkan sebuah kompetisi. Akun Twitter @Falklands_cerca, yang mempromosikan kompetisi ini, menggambarkannya sebagai kesempatan bagi mahasiswa untuk bertemu "tetangga" mereka dan merasakan keunikan alam serta budaya Malvinas.
Senator Blanco menyebut langkah Inggris tersebut sebagai upaya yang disengaja untuk menciptakan kesan bahwa kepulauan tersebut merupakan wilayah asing, terpisah dari Argentina.
"Tidak ada warga Argentina yang boleh diundang oleh Inggris ke sebuah kompetisi untuk 'mengenal negara mereka'. Tidak ada warga Argentina yang menjadi turis di negaranya sendiri," ujarnya, menekankan klaim historis Argentina atas kepulauan tersebut.
Blanco juga menyatakan keprihatinan mendalam atas diamnya Kementerian Luar Negeri Argentina terkait tindakan Inggris ini dan menuntut agar Menteri Luar Negeri Argentina segera meminta penjelasan dari Kedutaan Besar Inggris di Buenos Aires dan mengutuk tindakan tersebut secara terbuka.
Blanco menyebut pertandingan tersebut hanyalah salah satu dari beberapa tindakan Inggris baru-baru ini yang menentang kedaulatan Argentina, dan menyebutkan kasus-kasus lain seperti kunjungan David Cameron ke Kepulauan Malvinas Februari lalu, pengumuman pembangunan pelabuhan baru di kepulauan itu, penyelenggaraan latihan militer, dan pujian terhadap Margaret Thatcher oleh para pejabat Inggris, yang semuanya dianggap senator Argentina itu sebagai provokatif dan menghina para veteran Argentina.
Blanco menyebut diamnya pemerintah pusat Argentina dalam menghadapi tindakan-tindakan ini sebagai "tidak dapat diterima" dan mendesak Senat Argentina untuk mengambil sikap yang lebih tegas. Terakhir, ia menegaskan sikap resmi Argentina untuk menegaskan kembali kedaulatannya atas Kepulauan Malvinas, Georgia Selatan, Kepulauan Sandwich Selatan, dan perairan di sekitarnya.
Pada Mei 2025, Guillermo Carmona, mantan Menteri Argentina untuk Urusan Kepulauan Malvinas, Antartika, dan Atlantik Selatan, mengkritik posisi Presiden Argentina sayap kanan Javier Milei di Kepulauan Malvinas. Carmona menuduh pemerintahan Milei melemahkan posisi Argentina dengan terlalu dekat bersekutu dengan kekuatan asing.
"Jika kita memiliki pemerintahan yang benar-benar mewakili Argentina sebagai negara merdeka, mereka pasti akan menolak keras keberpihakan ini dengan Amerika Serikat dan segala bentuk intervensi asing di negara kita, dengan alasan keyakinan mendalam bahwa keberpihakan yang disengaja juga akan mengarah pada subordinasi otomatis kepentingan Inggris di Atlantik Selatan dan Antartika," ujarnya.
Inggris dan Argentina telah lama berselisih mengenai kedaulatan Kepulauan Malvinas, yang disebut oleh Inggris sebagai Kepulauan Falkland. Perselisihan ini akhirnya berujung pada Perang Falkland pada tahun 1982, yang berakhir dengan kekalahan Argentina dan Inggris kembali menguasai kepulauan itu. Namun, perselisihan antara kedua negara mengenai berbagai isu terkait kepulauan itu telah berlanjut selama lebih dari empat dekade. Inggris sejak saat itu menentang pembukaan perundingan mengenai integritas teritorial kepulauan itu.
Kepulauan Malvinas Argentina diduduki oleh pasukan Inggris pada tahun 1833 selama era kolonial Inggris. London, yang mengandalkan kedaulatannya atas kepulauan itu, mengklaim kepemilikan sebagian besar Antartika dan perikanan di wilayah tersebut. Di sisi lain, keberadaan sumber daya minyak dan gas di sebagian perairan di sekitarnya telah memperkuat posisi strategis kepulauan itu, dan akses ke sumber daya energi yang kaya di wilayah tersebut telah memungkinkan Inggris untuk melanjutkan dominasinya yang tersisa dari era kolonial.
Ketegangan antara kedua negara telah meningkat sejak tahun 2010, ketika London mengizinkan perusahaan minyak untuk melakukan pengeboran di kepulauan tersebut. Hal ini menyebabkan meningkatnya ketegangan antara kedua negara terkait kepemilikan Kepulauan Malvinas, dan di sisi lain, Inggris juga meningkatkan ketegangan dengan mengirimkan kapal perangnya ke kepulauan itu.
Argentina telah berulang kali mengkritik Inggris karena memiliterisasi kepulauan itu dan menggunakannya untuk membangun serangkaian pangkalan militer dengan tujuan mengendalikan wilayah Atlantik Selatan. Di saat yang sama, sengketa kepemilikan Kepulauan Malvinas telah memicu meningkatnya sentimen anti-Inggris di kalangan rakyat Argentina. Amerika Serikat dan banyak negara Barat mendukung kedaulatan Inggris atas kepulauan itu, tetapi negara-negara Amerika Latin dan banyak negara di seluruh dunia, termasuk Cina, mendukung permintaan Argentina untuk merebut kembali Kepulauan Malvinas.(sl)