Reaksi Pengguna X di Iran
Pesan Haul Sang Nabi: Menghidupkan Kembali Nilai Kebaikan dan Keadilan
Para pengguna Iran di media sosial X, dalam rangka memperingati haul hari wafat Nabi Muhammad Saw, menyebut beliau sebagai teladan sempurna keteguhan dalam menghadapi kezaliman.
Wafat Nabi Muhammad Saw, adalah salah satu peristiwa paling besar dan menyedihkan dalam sejarah Islam, bahkan dalam sejarah umat manusia. Nabi yang selama 23 tahun risalahnya mampu dengan iman, keteguhan, dan akhlak mulia, mengubah masyarakat yang tercerai-berai dan terjerat kebodohan serta pertikaian menjadi satu umat, serta membuka jalan kebahagiaan bagi manusia.
Muslim Syiah memperingati hari wafat Nabi Muhammad Saw pada 28 Safar, sementara ulama Sunni menetapkannya di bulan Rabiul Awal.
Menurut Pars Today, peringatan haul wafat Nabi Muhammad Saw memicu banyak reaksi di kalangan pengguna Iran di X, dan banyak dari mereka menekankan keteguhan beliau dalam menghadapi kezaliman dan penindasan.
Maryam Khalifavi, salah seorang pengguna X menulis:
"Nabi Muhammad (saw), nabi kasih sayang dan musuh keras penindasan. Beliau rela menanggung penderitaan dan pengasingan demi membebaskan manusia dari perbudakan thagut. Kasih sayang beliau bukan tanda kelemahan, melainkan keteguhan beliau melawan kezaliman adalah teladan abadi bagi semua pencinta kebebasan di dunia."
Seorang pengguna bernama Shiva berkata:
"Nabi Islam (saw) memperlakukan semua orang, bahkan musuh sekalipun, dengan kasih sayang. Beliau ‘shadiq’, ‘amin’, dan rendah hati, tabah dalam menghadapi kesulitan dan siksaan. Beliau adil dalam memutuskan perkara, amanah, dermawan, dan pemberani di medan perang."
Mobina juga menegaskan:
"Wafat beliau bukan akhir jalan; melainkan awal jihad intelektual dan praktis untuk menghidupkan kembali pesan abadi beliau. Pada hari-hari ini, marilah kita bukan hanya berduka, tetapi menjadi penyebar kasih sayang, akhlak, dan keadilan yang menjadi warisan beliau."
Pengguna bernama Sakineh Khatoon menulis:
"Tujuan Nabi (saw) adalah membangun masyarakat tanpa kemiskinan, tanpa perbudakan, tanpa kebodohan, dan tanpa perang. Masyarakat penuh kebahagiaan, ketenangan, dan rahmat. Inilah janji kedatangan sang penyelamat umat manusia yang akan membawa manusia pada keadilan sejati."
Khadijeh Moradi, aktivis di X, mengatakan:
"Nabi Islam (saw) dengan kasih sayang mengalahkan kebodohan. Beliau untuk pertama kalinya mengakui hak perempuan dan mendirikan pemerintahan yang berdasarkan keadilan, bukan ras atau harta. Islam sejati adalah agama rahmat; bukan seperti yang ditampilkan oleh para penyebar Islamofobia."
Manouchehr Mohammadi berpendapat:
"Jalan Nabi Muhammad (saw) adalah pelita yang membimbing umat manusia menuju keadilan, akhlak, dan persaudaraan."
Di akhir, Madineh Panjshiri menilai akhlak Nabi Muhammad al-Mustafa (saw) sebagai teladan sempurna akhlak mulia, dan berkata:
"Beliau tidak pernah menghadapi musuh dengan kata-kata kasar, kekerasan, atau dendam. Akhlak beliau adalah akhlak Qur’ani."(PH)