Apakah Posisi Republik Islam Iran di Kaukasus Selatan Melemah?
https://parstoday.ir/id/news/world-i176656-apakah_posisi_republik_islam_iran_di_kaukasus_selatan_melemah
Pars Today - Situs majalah Amerika, Hil, menerbitkan sebuah artikel berjudul "Iran adalah Pecundang Terbesar dalam Perjanjian Damai Azerbaijan-Armenia Trump" pada 4 September 2025, yang ditulis oleh Mazlum Ozkan, mahasiswa doktoral sosiologi di Universitas Groningen, Belanda.
(last modified 2025-09-07T04:41:17+00:00 )
Sep 07, 2025 11:38 Asia/Jakarta
  • Posisi Iran
    Posisi Iran

Pars Today - Situs majalah Amerika, Hil, menerbitkan sebuah artikel berjudul "Iran adalah Pecundang Terbesar dalam Perjanjian Damai Azerbaijan-Armenia Trump" pada 4 September 2025, yang ditulis oleh Mazlum Ozkan, mahasiswa doktoral sosiologi di Universitas Groningen, Belanda.

Menurut laporan Pars Today, Mazlum Ozkan mengklaim dalam artikelnya bahwa perjanjian terbaru antara Armenia dan Republik Azerbaijan, yang baru-baru ini ditandatangani oleh presiden kedua negara melalui mediasi Presiden AS Donald Trump, merupakan bencana strategis bagi Iran.

Menurut penulis, perjanjian ini membangun koneksi jalan langsung antara Azerbaijan dan Daerah Otonomi Nakhchivan, yang terletak di antara Armenia dan Iran. Jalan ini melewati wilayah Armenia dan tetap berada di bawah kedaulatan dan kendali Yerevan.

Oleh karena itu, perjanjian ini melewati Iran dan memberi Washington pijakan permanen di Kaukasus Selatan. Karena Amerika Serikat telah memperoleh konsesi selama 99 tahun dalam pengembangannya, yang dikenal di Washington sebagai "Jalan Trump untuk Perdamaian dan Kemakmuran Internasional" atau TRIPP.

Tampaknya, suasana yang diciptakan oleh penulis Turki ini bertujuan untuk melemahkan posisi regional Iran mengingat perkembangan tahun lalu, terutama perang yang dipaksakan oleh rezim Zionis terhadap Iran. Selain itu, mediasi Trump pada dasarnya juga merupakan langkah propaganda dan sejalan dengan klaim kampanyenya di bidang pembangunan perdamaian dunia untuk memenangkan Hadiah Nobel Perdamaian, yang tentu saja, klaim Trump pada dasarnya bohong, mengingat hasratnya untuk berperang.

Klaim utama penulis juga tidak tepat terkait beberapa isu spesifik.

Pertama, realisasi jalur ini pada dasarnya menghadapi kesulitan dan tantangan serius. Kini, bahkan terjadi perselisihan antara Yerevan dan Baku mengenai nama koridor ini. Dalam konteks ini, perlu disebutkan perang kata-kata pertama antara Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan dan Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev selama KTT Shanghai Plus di Tiongkok.

Dalam KTT ini, Aliyev menggunakan nama Zangezur untuk menamai perlintasan tersebut dalam pidatonya, yang dengan cepat ditentang oleh Pashinyan. Pashinyan menyatakan dalam pidatonya, Saya ingin memberi tahu Anda bahwa kata-kata yang digunakan oleh Presiden Azerbaijan tidak dapat kami pahami dalam kerangka logis yang telah kami sepakati di Washington.

Dapat dikatakan bahwa membangun perlintasan yang bahkan belum disepakati namanya merupakan tugas yang sangat menantang dan memakan waktu.

Kedua, para pejabat Armenia telah berulang kali menekankan dalam pertemuan dan negosiasi mereka dengan para pejabat Iran bahwa pembangunan perlintasan ini tidak akan mengganggu hubungan perdagangan dan ekonomi atau lalu lintas antara kedua negara.

Terkait hal ini, Perdana Menteri Armenia mengatakan, Melalui proyek ini, Armenia akan mencapai koneksi kereta api dengan Iran, yang sangat penting.

Dalam panggilan telepon dengan Pashinyan, Masoud Pezeshkian, Presiden Republik Islam Iran menyinggung kesepakatan untuk membangun proyek koridor transportasi di wilayah Kaukasus dengan partisipasi Amerika Serikat.

Menekankan pentingnya menjaga kedaulatan Armenia dalam hal ini dan tidak adanya campur tangan militer atau pasukan keamanan dalam pelaksanaan proyek ini, Presiden Iran memperingatkan kewaspadaan dan kehati-hatian khusus terhadap kemungkinan tindakan pihak Amerika, yang mungkin mengejar tujuan hegemonik di wilayah Kaukasus dengan kedok investasi ekonomi dan klaim menjamin perdamaian.

Pezeshkian menambahkan, "Kita harus memastikan bahwa rute ini benar-benar akan menjadi jalur perdamaian dan pembangunan, bukan alat untuk mencapai tujuan hegemonik pihak asing."

Sekaitan dengan hal ini, Perdana Menteri Armenia menyatakan, “Penekanan Republik Islam Iran dalam menjaga kedaulatan dan integritas wilayah Armenia sangat berharga dan penting bagi kami, dan kami tidak akan menandatangani perjanjian apa pun kecuali kami sepenuhnya yakin akan menghormati kepentingan, pertimbangan, dan kepekaan negara sahabat dan tetangga kami, Iran.”

Menekankan bahwa hubungan dan kerja sama dengan Iran memiliki posisi khusus dan istimewa bagi Armenia, Pashinyan menyatakan, Armenia menganggap hubungannya dengan Iran strategis, dan semua keputusan serta tindakan penting akan diambil melalui konsultasi dan koordinasi bersama. Kami telah menempatkan transparansi dan kejujuran sebagai prinsip dasar dalam hubungan ini, dan pendekatan ini akan selalu berkelanjutan.(sl)