Krisis Kredibilitas Moral Barat di Hadapan Masalah Palestina
Sep 22, 2025 21:55 Asia/Jakarta
-
Presiden Prancis Emmanuel Macron
Pars Today – Presiden Prancis, Emmanuel Macron, mengklaim bahwa kejahatan-kejahatan Rezim Zionis di Gaza, bukanlah genosida.
Ia mengatakan apa yang terjadi di Jalur Gaza bukanlah Genosida, dan ia menegaskan bahwa apa yang dikatakannya bukanlah sebuah statemen politik semata.
Menurut Macron, hanya para hakim atau sejarawan melalui bukti-bukti yang cukup, sumber hukum yang terang, dan standar yang jelas, yang dapat menentukan apakah peristiwa yang terjadi adalah genosida atau bukan.
Pada saat yang sama, Presiden Prancis, mengatakan bahwa Paris, akan mengakui secara resmi Palestina sebagai negara merdeka. “Pengakuan resmi negara Palestina, merupakan hal yang urgen untuk menghentikan perang terhadap Jalur Gaza,” kata Emmanuel Macron.
Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer, mengumumkan, London, dengan maksud menghidupkan harapan terhadap perdamaian, akan mengakui secara resmi negara Palestina.
Di sisi lain Perdana Menteri Kanada, Mark Carney, dalam sebuah pernyataan mengabarkan keputusan Ottawa, untuk mengakui secara resmi negara merdeka Palestina.
Standar ganda yang ditunjukkan negara-negara Barat terkait Palestina, muncul karena serangkaian faktor-faktor politik, ekonomi, sejarah, dan diplomatik. Sebagian besar negara-negara Barat, terutama Amerika Serikat, menjalin hubungan dekat dengan Rezim Zionis di bidang keamanan, militer dan ekonomi.
Di AS dan banyak negara Eropa, publik terutama setelah genosida di Gaza, mendukung penuh Palestina. AS dan negara-negara Barat, dalam rangka menjaga tampilan luar, dan terus mempertontonkan pembelaan atas hak asasi manusia, terkadang untuk menjawab tekanan-tekanan ini, mengambil sikap simbolik, namun dalam praktik, tidak serius dan tidak efektif.
Di AS dan beberapa negara Eropa, lobi-lobi kuat pendukung Zionis, memainkan peran kunci dalam membentuk kebijakan luar negeri. Lobi-lobi ini mencegah diambilnya sikap tegas dalam mendukung Palestina.
Sikap AS, dan negara-negara Barat terkait perang Gaza, dari pandangan banyak analis dan organisasi independen, tidak jujur dan tidak transparan, yang tidak hanya dalam perkataan, tapi juga dalam perilaku politik dan diplomatik mereka.
Negara-negara Barat dari satu sisi mengecam kejahatan-kejahatan Rezim Zionis, namun di sisi lain terus menyalurkan bantuan keuangan dan militer kepada rezim ini.
AS berulangkali melakukan veto terhadap resolusi-resolusi Dewan Keamanan PBB terkait gencatan senjata atau pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza, tapi pada saat yang sama mengklaim membela HAM.
Sekutu-sekutu Rezim Zionis di Barat, termasuk AS berbicara soal hak bela diri Israel, sementara asas hukum internasional mengatakan bahwa penjajah sama sekali tidak punya hak untuk membela diri. Serangan tanpa syarat Rezim Zionis, telah menyebabkan kredibilitas Barat, dalam membela HAM dipertanyakan, dan memicu kemarahan dunia.
Negara-negara Barat, menunjukkan klaim dukungan atas rakyat Palestina, dan penduduk Gaza, tapi dalam beberapa bulan terakhir menggunakan seluruh instrumen untuk mencegah terungkapnya fakta terkait kejahatan-kejahatan Rezim Zionis.
Sabotase Barat dalam perang Gaza, memiliki dimensi yang jauh lebih luas. Mulai dari menghambat pengiriman bantuan kemanusiaan hingga menghalangi gencatan senjata, dan seluruh upaya luas ini dilakukan semata-mata supaya Rezim Zionis dapat mencapai tujuannya.
Setiap pertemuan yang diselenggarakan di organisasi-organisasi internasional mulai dari Dewan Keamanan hingga PBB, dan Majelis Umum, selalu diganggu oleh AS, dan sekutu-sekutu Barat, Israel.
AS di beberapa pertemuan Dewan Keamanan PBB, melakukan veto terhadap pengesahan resolusi-resolusi tekait perang Gaza, pasalnya Washington mengklaim setiap langkah di bidang gencatan senjata dapat memperkuat Hamas.
AS dan negara-negara Barat, dari satu sisi menganggap dirinya sebagai pembela penduduk Gaza, dan secara lahir menunjukkan diri khawatir, serta mengeluarkan statemen, akan tetapi di belakang layar, kesepakatan-kesepakatan senjata lebih besar dengan Rezim Zionsi diteken, bantuan-bantuan ditambah, dan para pejabat Barat, datang ke Wilayah pendudukan untuk bertemu Kabinet Rezim Zionis.
Dalam kondisi ketika AS dan Barat, terutama sekutu-sekutu Eropa, Gedung Putih, melanjutkan dukungan luas atas Rezim Zionis, dan proyek pengakuan resmi negara merdeka Palestina, adalah propaganda untuk lari dari tekanan publik di negara-negaranya dan dunia.
Para pendukung kebebasan dan kemerdekaan Palestina, tidak pernah menerima sikap dan propaganda para pejabat Barat, terkait Palestina, pasalnya negara-negara itu terbukti menjadi sekutu kejahatan Rezim Zionis. (HS)
Tags