Singkirkan Dolar, India Bertahap Gunakan Yuan dalam Transaksi Minyak
Setelah muncul tanda-tanda membaiknya hubungan antara New Delhi dan Beijing, para pemasok minyak Rusia kini meminta kilang-kilang minyak milik pemerintah India agar mulai melakukan pembayaran menggunakan mata uang Cina, yuan.
Menurut laporan sumber industri yang dikutip Pars Today, beberapa pemasok Rusia telah mengusulkan penggunaan yuan sebagai alat pembayaran baru, seiring dengan meningkatnya peluang kerja sama ekonomi antara India dan Cina.
Orang-orang yang mengetahui langsung mekanisme pembelian minyak Rusia oleh perusahaan India mengungkapkan bahwa Indian Oil Corporation (IOC), kilang minyak negara terbesar India, baru-baru ini membayar dua hingga tiga pengiriman minyak Rusia dalam yuan.
India, Rusia, dan Transaksi Tanpa Dolar
Proses ini masih pada tahap awal, namun diperkirakan akan meluas secara bertahap. Harga minyak dalam transaksi tersebut tetap mengacu pada indeks global seperti Brent, namun dapat disertai potongan harga khusus.
Nilai tukar yuan terhadap rupee atau rubel memainkan peran penting dalam menentukan biaya akhir, meskipun detail spesifiknya tidak dipublikasikan.
Pada tahun 2023, beberapa kilang pemerintah India juga sempat melakukan sebagian pembayaran minyak Rusia dengan yuan, namun hubungan politik yang tegang antara New Delhi dan Beijing membuat praktik itu dihentikan.Kendati demikian, kilang swasta India tetap melanjutkan penggunaan yuan untuk transaksi mereka dengan Rusia.
Sejak negara-negara Barat menghentikan impor minyak Rusia akibat sanksi, India menjadi pembeli utama minyak murah dari Rusia.Sumber yang dekat dengan industri menyebutkan bahwa karena beberapa pedagang Rusia tidak menerima mata uang lain, penggunaan yuan dapat membuka akses yang lebih luas bagi kilang milik negara India terhadap pasokan minyak Rusia.
Alasan Strategis India untuk Mengurangi Ketergantungan pada Dolar
1. Sanksi Barat terhadap Rusia
Pembatasan transaksi keuangan membuat penggunaan dolar dalam perdagangan dengan Rusia semakin sulit.
2. Peningkatan kerja sama ekonomi dengan Cina
Hubungan bilateral yang membaik membuka ruang bagi penggunaan yuan secara lebih luas.
3. Penguatan kemandirian finansial dan pengurangan risiko geopolitik.
India berusaha meminimalkan dampak fluktuasi dolar dan tekanan ekonomi eksternal.
Dampak Global dan Tren De-Dolarisasi
Sejak invasi Rusia ke Ukraina pada 2022, penggunaan mata uang alternatif dalam perdagangan energi meningkat tajam.Selama beberapa dekade, perdagangan minyak dunia didominasi oleh dolar AS, namun pergeseran menuju sistem multi-mata-uang kini semakin nyata.
Langkah India ini merupakan bagian dari tren global de-dolarisasi, yang juga diikuti oleh Cina, Rusia, dan Uni Emirat Arab.Jika tren ini terus berkembang, peran dolar sebagai mata uang utama dalam perdagangan minyak global bisa melemah secara bertahap.
Konsekuensi Geopolitik dan Ekonomi dari Pergeseran ke Yuan
1. Melemahkan dominasi dolar dalam perdagangan global.
Transaksi minyak dengan yuan menantang hegemoni finansial Amerika Serikat.
2. Memperkuat posisi yuan sebagai mata uang internasional.
Langkah India memperkuat ambisi Beijing menjadikan yuan sebagai mata uang cadangan dunia.
3.Meningkatkan kemandirian finansial India
Penggunaan yuan membuat India lebih tangguh terhadap fluktuasi kurs dan tekanan sanksi Barat.
4. Hambatan teknis dan finansial.
Pertukaran antara rupee, yuan, dan rubel masih menghadapi kendala infrastruktur perbankan dan kesepakatan bilateral.
Prospek ke Depan: Transformasi yang Perlahan namun Signifikan
Banyak analis menilai bahwa meskipun tren ini sedang tumbuh, penggantian total dolar oleh yuan masih memerlukan waktu panjang serta stabilitas ekonomi Cina dan kepercayaan pasar global.India kemungkinan tetap akan menggunakan dolar dalam perdagangan dengan Barat, tetapi dalam hubungan energi dengan Rusia dan Tiongkok, peran yuan akan semakin besar.
Pada tataran geopolitik yang lebih luas, penggunaan yuan oleh India bukan sekadar langkah teknis, tetapi simbol transformasi menuju tatanan ekonomi dunia multipolar, di mana dominasi tunggal dolar Amerika mulai mendapat tantangan nyata.(PH)