Iran–Indonesia: 75 Tahun Tanggung Jawab dan Solidaritas Bersama
https://parstoday.ir/id/news/world-i179192-iran_indonesia_75_tahun_tanggung_jawab_dan_solidaritas_bersama
Oleh: Rolliansyah Soemirat, Duta Besar LBBP Republik Indonesia di Tehran
(last modified 2025-10-29T09:58:08+00:00 )
Okt 29, 2025 15:29 Asia/Jakarta
  • Iran–Indonesia: 75 Tahun Tanggung Jawab dan Solidaritas Bersama

Oleh: Rolliansyah Soemirat, Duta Besar LBBP Republik Indonesia di Tehran

Saya meyakini sepenuhnya akan tujuan, manfaat, dan arti penting hubungan ini bagi kedua negara. Indonesia dan Iran merupakan dua kekuatan regional yang sedang tumbuh, yang kerja samanya semestinya jauh lebih erat dari kondisi saat ini, baik dalam bidang politik, ekonomi, maupun kebudayaan.

Babak Baru Kerja Sama Global

Indonesia secara resmi bergabung menjadi anggota penuh BRICS pada Januari 2025, menjadikannya negara Asia Tenggara pertama yang bergabung dalam kelompok tersebut, di samping keanggotaannya di WTO, Gerakan Non-Blok (NAM), OKI, dan D8.

Kini, Indonesia dan Iran bersama-sama duduk sejajar dengan kekuatan besar seperti Cina, Rusia, dan India. Keanggotaan ini memungkinkan kedua negara memperjuangkan reformasi tata kelola global yang sejalan dengan kepentingan bersama Indonesia dan Iran, juga, untuk berbicara secara terbuka, memperluas opsi dari ketergantungan pada lembaga-lembaga yang didominasi oleh Barat.

Komitmen Politik dan Keamanan

Selama Perang Dua Belas Hari, Indonesia tidak hanya mengecam serangan ilegal Israel terhadap Iran, tetapi juga tetap membuka Kedutaan Besar di Tehran. Ini suatu bentuk kepercayaan pada kemampuan Iran dalam melindungi warga negara kami yang tersisa, termasuk korps diplomatik. Secara politik, Iran sedang menavigasi masa transisi yang kompleks sembari memperluas kerja sama globalnya.

Saya berpendapat bahwa pentingnya hubungan kerja sama Indonesia dan Iran setidaknya mencakup tiga hal yaitu: saling mendukung untuk menciptakan perdamaian dan stabilitas internasional; memperoleh manfaat strategis di bidang ekonomi dan teknologi; serta meneguhkan posisi budaya kedua negara sebagai suara penting di dunia Islam.

Peran Bersama di Forum Multilateral

Identitas Islam yang sama kerap mewarnai posisi politik Indonesia dan Iran di berbagai forum multilateral. Keduanya secara konsisten saling mendukung dalam isu-isu utama, terutama mengenai Palestina. Sidang Umum IAEA dan Sidang Umum PBB beberapa waktu lalu memperlihatkan urgensi kolaborasi dalam menghadapi tantangan demi terciptanya perdamaian abadi di kawasan. Saya berharap Indonesia dapat memainkan perannya baik secara individu maupun melalui ASEAN.

Ketika Malaysia memegang Keketuaan ASEAN 2025 dan KTT digelar pada bulan Oktober, Indonesia terus mendorong agar diplomasi dan dialog menjadi prioritas utama. Ini adalah momen bersejarah bagi ASEAN dan mitra dialognya, termasuk Iran, di tengah dinamika global yang tengah berubah. Kedua negara akan melakukan bagian masing-masing dan saling mendukung dalam proses tersebut.

Multilateralisme sebagai Jalan ke Depan

Kita sama-sama meyakini bahwa multilateralisme—dengan segala ketidaksempurnaannya—masih merupakan jalan paling realistis untuk masa depan, karena tidak ada satu negara pun yang dapat berdiri sendiri. Tantangan global saat ini, mulai dari perang, ketimpangan ekonomi, perubahan iklim, hingga kemajuan teknologi seperti kecerdasan buatan (AI), menunjukkan perlunya sistem internasional yang lebih tangguh, inklusif, dan akuntabel bagi semua, bukan hanya bagi segelintir pihak.

Perkembangan terakhir dalam lembaga-lembaga multilateral tidak seharusnya dianggap final, melainkan peluang untuk merevitalisasi sistem global, sebagai pengingat bahwa sebagaimana tantangan dunia terus berkembang, demikian pula lembaga-lembaga internasional harus beradaptasi untuk menjawabnya.

Kerja Sama Ekonomi dan Teknologi

Keanggotaan Indonesia di BRICS secara alami akan mendekatkan kita dengan Iran, dan kami menghargai sikap terbuka Iran dalam mendukung proses keanggotaan tersebut. Bagi saya, BRICS bukan hanya wadah untuk memengaruhi stabilitas regional atau mengubah lanskap geopolitik sebagaimana kerap digambarkan media Barat, tetapi juga mencerminkan semangat dan keinginan untuk mendiversifikasi sistem keuangan global agar lebih inklusif terhadap negara-negara berkembang.

BRICS juga memberikan akses pada Bank Pembangunan Baru (NDB) yang masih perlu membuktikan efektivitasnya dibanding mekanisme pembiayaan lain seperti ADB atau AIIB. Namun, dengan dukungan para anggotanya, Indonesia percaya pada potensi besar yang dimiliki lembaga ini. Kendati demikian, harus diakui bahwa secara ekonomi, volume perdagangan kedua negara belum mencapai tingkat yang diharapkan dari dua negara berkembang yang potensial.

Sanksi sepihak terhadap Iran menjadi salah satu faktor utama. Meskipun Indonesia tidak mengakui sanksi tersebut, dampaknya tetap menimbulkan kekhawatiran, terutama di kalangan pelaku sektor swasta. Inilah kesenjangan yang harus dijembatani secara aktif oleh kedua pemerintah. Seiring kedekatan yang tumbuh, kita perlu lebih kreatif mencari solusi.

Salah satu contohnya, saat ini sudah mulai berkembang mekanisme Local Currency Settlement (LCS) dan barter. Upaya strategis ini harus terus didorong untuk meraih manfaat ekonomi dan teknologi yang lebih luas. Saya menyaksikan sendiri betapa inovatifnya industri Iran: ketika sanksi dijatuhkan, rakyat Iran tidak tinggal diam dan mereka memproduksi hampir semua yang dibutuhkan. Dalam keseharian, saya melihat mobil dan produk elektronik buatan Iran, dan secara konkret, tahun lalu Indonesia menyetujui pembelian perangkat telemedicine buatan Iran untuk digunakan di empat rumah sakit besar di Indonesia.

Dimensi Budaya dan Pendidikan

Secara budaya, Indonesia dan Iran mewakili dua komunitas Muslim terbesar di dunia. Keduanya telah menjadi contoh bagaimana mengelola keberagaman mazhab dan pemikiran dengan cara yang damai dan saling menghormati. Banyak orang Iran mungkin belum mengetahui bahwa Indonesia juga memiliki jutaan penganut Syiah serta ratusan mahasiswa Syiah yang menempuh studi agama di Qom; negara kami berkomitmen penuh untuk melindungi hak-hak keagamaan mereka.

Di Iran, saya juga menyaksikan bahwa perbedaan antara Sunni dan Syiah tidak dijadikan alat pemecah belah; para ulama tetap berdialog, bahkan universitas seperti di Gorgan juga menarik minat mahasiswa Sunni asal Indonesia. Kedua negara menjadi fondasi bagi praktik demokrasi sejati: 'kekuasaan mayoritas melindungi minoritas.'

Interaksi di bidang pendidikan dan keagamaan pun berkembang pesat

Kedua negara telah menawarkan beasiswa bagi mahasiswa dan akademisi dari masing-masing pihak, banyak di antaranya yang telah kembali dan berkontribusi pada pengembangan ilmu dan masyarakat di negaranya. Selain itu, pembentukan Iranian Corners di universitas-universitas di Indonesia serta keberadaan Pusat Kebudayaan Islam Iran di Jakarta telah memperkaya hubungan kultural kedua bangsa. Keterlibatan ini bukan hanya hubungan antarnegara, tetapi juga suara Islam yang berorientasi pada perdamaian dan menjadi tugas kita untuk memperkuat pesan penting ini di dunia internasional.

Penutup

Setelah 75 tahun tanggung jawab dan solidaritas bersama, Indonesia dan Iran memiliki arah yang jelas ke depan: bekerja sama demi perdamaian dan kemakmuran, memaksimalkan potensi di berbagai bidang, serta memberi teladan bahwa kerja sama mengalahkan perpecahan, dan persatuan mengungguli persaingan.(PH)