Akhirnya, Presiden Lebanon Mundur dari Rencana Pelucutan Senjata Hizbullah
-
Presiden Lebanon, Joseph Aoun
Pars Today - Surat kabar Lebanon, Al-Akhbar, melaporkan bahwa Presiden Lebanon, menanggapi tekanan AS dan Barat untuk melaksanakan rencana pelucutan senjata Hizbullah, telah mengumumkan bahwa penerapan keputusan tersebut melalui kekerasan tidak mungkin dilakukan dan akan menyebabkan perang saudara.
Menurut surat kabar Al-Akhbar, Presiden Lebanon, Joseph Aoun, menyatakan dalam pertemuan dengan mediator Amerika dan Eropa bahwa tentara Lebanon tidak memiliki kapasitas untuk menghadapi Hizbullah dan bahwa setiap upaya untuk melucuti senjata gerakan itu akan menyebabkan konflik internal.
Joseph Aoun menekankan bahwa posisi Hizbullah dalam mempertahankan persenjataannya bukan sekadar manuver politik dan bahwa semua orang di Lebanon menyadari keseriusan posisi ini. Pernyataan ini muncul ketika utusan AS, Tom Barrack, menjelang kunjungannya ke Beirut, dengan nada mengancam mendesak para pejabat Lebanon untuk memulai negosiasi langsung dengan Israel guna menyusun jadwal pelucutan senjata Hizbullah atau membiarkan Lebanon sendiri.
Menurut laporan IRNA hari Selasa (28/10/2025), Morgan Ortagus, Wakil Utusan Khusus AS untuk Lebanon, juga menekankan monopoli pemerintah atas senjata dan dimulainya negosiasi baru dengan Tel Aviv dalam pertemuan dengan Presiden Joseph Aoun dan Ketua Parlemen Lebanon, Nabih Berri. Hal ini dianggap oleh Ketua Parlemen bertentangan dengan komitmen kedua pihak dalam kerangka gencatan senjata dan menekankan kepatuhan Lebanon terhadap perjanjian sebelumnya.
Dalam beberapa bulan terakhir, kabinet Lebanon, di bawah tekanan Washington dan tanpa kehadiran perwakilan Syiah, telah menyetujui rencana pelucutan senjata Hizbullah, yang menghadapi perlawanan keras dari kelompok-kelompok perlawanan.
Sheikh Naim Qassem, Sekretaris Jenderal Hizbullah Lebanon, menganggap langkah ini "berbahaya" dan sejalan dengan tujuan Israel, dan menekankan bahwa pemerintah harus fokus pada mempertahankan kedaulatan nasional alih-alih menyerahkan negara kepada musuh.
Para analis yakin bahwa sikap presiden Lebanon baru-baru ini merupakan tanda mundurnya dari tekanan asing dan memahami konsekuensi keamanan dari pelucutan senjata perlawanan.(sl)