Sengaja Melupakan Pengalaman Afghanistan dan Irak, Trump Klaim AS Menang Perang
https://parstoday.ir/id/news/world-i179210-sengaja_melupakan_pengalaman_afghanistan_dan_irak_trump_klaim_as_menang_perang
Pars Today - Presiden AS Donald Trump mengklaim bahwa negaranya akan menang jika berperang dengan negara mana pun.
(last modified 2025-10-29T08:13:57+00:00 )
Okt 29, 2025 18:12 Asia/Jakarta
  • Presiden AS Donald Trump
    Presiden AS Donald Trump

Pars Today - Presiden AS Donald Trump mengklaim bahwa negaranya akan menang jika berperang dengan negara mana pun.

Menurut laporan Pars Today, Presiden AS Donald Trump mengklaim pada hari Selasa (28/10/2025) bahwa negaranya akan menang jika berperang dengan negara mana pun, tanpa merujuk pada perang tak berujung yang telah dilancarkan Washington dalam beberapa tahun terakhir, termasuk penarikan pasukan yang memalukan dari Afghanistan dan Irak.

Dalam pidato yang disampaikan kepada militer di atas kapal induk USS George Washington di dekat Tokyo, Trump mengatakan, "Mulai sekarang, jika kita berperang, kita akan memenangkan perang."

Sambil menekankan penggunaan kekuatan untuk menciptakan perdamaian di dunia, Trump menambahkan, "Tidak seperti pemerintahan sebelumnya, kami tidak akan bertindak secara politis."

Presiden AS mengatakan bahwa ia siap menggunakan tentara dan Garda Nasional untuk menjaga keamanan kota-kota Amerika dan, jika perlu, akan memobilisasi seluruh angkatan bersenjata.

Klaim tak berdasar Trump tentang kemenangan Amerika dalam perang bertentangan dengan fakta yang telah mapan dari dua perang besar yang dilancarkan Amerika Serikat di Afghanistan pada tahun 2001 dan di Irak pada tahun 2003.

Pada Agustus 2021, di tahun pertama kepresidenan Joe Biden, Amerika Serikat secara memalukan menarik pasukan militernya dari Afghanistan setelah 20 tahun pendudukan, dan akibatnya, tentara Amerika melarikan diri dari Afghanistan. Amerika Serikat kehilangan hampir 2.500 tentaranya dalam perang terpanjangnya, Perang Afghanistan.

Penarikan pasukan Amerika oleh Biden dari Afghanistan, yang pada akhirnya menyebabkan runtuhnya pemerintahan negara itu dan dominasi Taliban di Afghanistan, menuai kritik luas dari dalam dan luar negeri. Terlepas dari kritik-kritik ini, Joe Biden menekankan kebenaran keputusannya untuk menarik pasukan Amerika dari Afghanistan dan, dalam pidato pertamanya setelah penarikan pasukannya dari Afghanistan, mengakui bahwa perang itu telah merugikan Amerika Serikat $300 juta per hari selama dua dekade dan bahwa Washington dihadapkan pada dua pilihan: penarikan atau peningkatan konflik militer.

Ketergesaan Biden dalam menarik pasukan Amerika dari Afghanistan cukup mirip dengan apa yang terjadi selama penarikan pasukan Amerika dari Vietnam. Menariknya, pada April 2025, sambil mengkritik cara pasukan Amerika ditarik dari Afghanistan, Donald Trump menyebut peristiwa ini "momen paling memalukan dalam sejarah Amerika" dan mengklaim bahwa jika ia menjadi presiden, bencana ini tidak akan pernah terjadi.

Mengenai Irak, akibat invasi dan pendudukan AS di negara itu pada tahun 2003 juga berdampak buruk bagi Washington. Selain korban jiwa yang sangat besar di kalangan rakyat Irak, pendudukan militer Irak menyebabkan kematian ribuan tentara Amerika dan menimbulkan kerugian besar bagi ekonomi AS dan reputasi internasional.

Menurut data Pentagon, jumlah total korban militer Amerika dalam seluruh perang Irak adalah 4.487.

Dalam pidatonya pada Maret 2019, Donald Trump, selama masa jabatan pertamanya sebagai presiden, mengatakan, "Kita menghabiskan $7 triliun di Timur Tengah, tetapi kita tidak bisa mendarat dengan lampu menyala."

Trump merujuk pada perjalanan rahasianya ke Irak, di mana ia terpaksa melakukan perjalanan secara tiba-tiba dan tanpa pemberitahuan, dan pesawatnya mendarat dengan lampu mati di sebuah pangkalan militer AS di Provinsi Anbar.

Pada Desember 2011, AS telah menarik lebih dari 150.000 tentara dari Irak di bawah Presiden Barack Obama untuk mencegah korban dan kerusakan lebih lanjut. Saat ini, sekitar 2.500 tentara AS masih ditempatkan di Irak di beberapa pangkalan.

Secara keseluruhan, perang di Afghanistan dan Irak telah tercatat dalam sejarah sebagai dua kegagalan dan kekalahan terbesar dalam sejarah militer Amerika di abad ke-21.

Terlepas dari fakta-fakta yang tak terbantahkan ini, Trump kini mengklaim dalam pidatonya kepada militer Amerika bahwa Amerika telah memenangkan perang tersebut. Jika ia merujuk pada perang-perang Amerika Serikat sebelumnya, pengalaman Afghanistan dan Irak adalah dua contoh kekalahan telak Amerika.

Jika Trump merujuk pada kemenangan Amerika Serikat dalam kemungkinan perang di masa depan, terutama dengan kekuatan militer seperti Cina dan Rusia, kesimpulan ini juga prematur dan sekadar klaim yang belum terbukti, tanpa mempertimbangkan kemampuan militer lawan Washington.(sl)