Eskalasi Protes Anti Rasial di Amerika Serikat
https://parstoday.ir/id/news/world-i43456-eskalasi_protes_anti_rasial_di_amerika_serikat
Tensi rasial di Amerika Serikat semakin panas. Bersamaan dengan pemberian grasi kepada seorang mantan polisi rasis oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, demonstrasi anti rasial di Los Angeles digelar.
(last modified 2025-10-25T09:16:00+00:00 )
Aug 27, 2017 17:33 Asia/Jakarta

Tensi rasial di Amerika Serikat semakin panas. Bersamaan dengan pemberian grasi kepada seorang mantan polisi rasis oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, demonstrasi anti rasial di Los Angeles digelar.

Di aksi demonstrasi ini, para peserta meneriakkan slogan anti gerakan sayap kanan radikal dan rasis yang semakin meningkat di Amerika. Meski demikian, gerakan ini menyatakan kemenangan final melawan gerakan rasial di Amerika masih membutuhkan jalan yang panjang, khususnya saat ini kelompok kulit putih dan sayap kanan radikal memiliki pendukung kuat di Gedung Putih.

Donald Trump sebagai presiden Amerika bukan saja menunjukkan solidaritasnya kepada kelompok rasial kulit putih, bahkan di tengah puncak protes anti rasial, ia malah memberi grasi kepada seorang mantan polisi rasis. Joe Arpaio, saat menjabat sherif di negara bagian Arizona berulang kali menyiksa warga minoritas termasuk warga keturunan Latin. Oleh karena itu, disusun pengaduan atas Arpaio dan dikirim ke pengadilan. Meski demikian Turmp dengan memanfaatkan wewenangnya sebagai presiden, memberikan grasi kepada Arpaio. Langkah tersebut langsung menuai protes luas dari elit politik termasuk sejumlah anggota DPR.

Paul Ryan, ketua DPR AS seraya mengritik keputusan Trump mengatakan, kita tidak boleh mengijinkan seseorang memiliki keyakinan bahwa grasi tersebut akan meringankan tanggung jawab.

Sementara itu, sejarah Amerika Serikat kerap diwarnai oleh bentrokan rasial. Meski demikian, sejak beberapa tahun lalu sepertinya era keunggulan ras di Amerika mulai mereda dan masyarakat negara ini mencapai keseimbangan di antara berbagai kelompok dan etnis.

Namun begitu transformasi beberapa tahun terakhir, khususnya pasca persaingan pemilu presiden yang kontroversial tahun lalu, arus keunggulan ras dan kulit putih di Amerika kembali mencuat. Arus ini bahkan lebih kontroversial dan siap menggunakan kekerasan untuk membuktikan keunggulan mereka. Kekerasan ini di tahun 2015 ditandai dengan aksi penembakan di sebuah gereja milik warga kulit hitam di kota Charleston yang menewaskan sembilan warga keturunan Afrika. Sementara tahun ini sebuah peristiwa tragis terjadi ketika seorang warga kulit putih menabrakkan mobilnya ke arah demonstran anti rasial di Charlottesville dan menewaskan seorang perempuan.

Gary Cohn, penasehat bidang ekonomi presiden AS seraya mengkritik sikap Trump dalam menyikapi kelompok rasis mengatakan, Warga yang menganjurkan kesetaraan dan kebebasan tidak dapat disamakan dengan kelompok-kelompok yang percaya pada superioritas etnis kulit putih, Neo-Nazi, dan Ku Klux Klan.

Sebagai reaksi atas gerakan ini dan solidaritas Turmp terhadap kelompok sayap kanan radikal, rakyat Amerika di berbagai kota turun ke jalan-jalan mengutuk superioritas etnis kulit putih. (MF)