Menutupi Perpecahan di Kabinet Trump
https://parstoday.ir/id/news/world-i43631-menutupi_perpecahan_di_kabinet_trump
Gedung Putih membantah kabar adanya perbedaan pendapat antara Presiden Donald Trump dengan beberapa anggota kabinetnya mengenai berbagai isu termasuk kekerasan rasial di Charlottesville, Virginia.
(last modified 2025-10-24T14:38:14+00:00 )
Aug 30, 2017 15:59 Asia/Jakarta

Gedung Putih membantah kabar adanya perbedaan pendapat antara Presiden Donald Trump dengan beberapa anggota kabinetnya mengenai berbagai isu termasuk kekerasan rasial di Charlottesville, Virginia.

Juru bicara Gedung Putih Sarah Sanders menepis laporan beberapa media tentang adanya perbedaan pendapat di kabinet AS terkait insiden Charlottesville dan dukungan Trump kepada kubu sayap kanan radikal.

Pernyataan itu disampaikan setelah beberapa anggota kabinet terang-terangan mengkritik sikap dan komentar Trump mengenai kekerasan di Charlottesville.

Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson dalam wawancara dengan Fox News, mengatakan bahwa Presiden Trump berbicara atas nama pribadi mengenai insiden kekerasan di Charlottesville.

Penasihat Ekonomi Gedung Putih, Gary Cohn juga secara terbuka mengkritik sikap Trump terhadap kekerasan Charlottesville.

Ketika mereaksi Trump yang menyebut demonstran pendukung kebebasan maupun pro-supremasi kulit putih sebagai orang-orang yang baik, Cohn menegaskan warga yang membela kebebasan tidak pernah bisa disamakan dengan kelompok-kelompok seperti, neo-Nazi atau supremasi kulit putih.

Komentar para pejabat senior di Gedung Putih mengindikasikan dalamnya perpecahan di kabinet Trump mengenai berbagai isu sensitif seperti kekerasan rasial di Amerika.

Dalam beberapa hari terakhir, Steve Bannon dan Sebastian Gorka – dua penasihat senior Trump yang dekat dengan sayap kanan radikal dan supremasi kulit putih – dikeluarkan dari Gedung Putih karena tekanan publik Amerika.

Namun, perdebatan antara kekuatan nasionalis radikal dengan pendukung keberagaman ras di pemerintahan Trump terus berlanjut. Perdebatan ini semakin tajam menyusul pecahnya kekerasan di Charlottesville dan setelah Trump mengampuni mantan Sherif Arizona Joe Arpaio. Keputusan ini bahkan mengundang kecaman dari para anggota seniro Partai Republik sendiri.

Saat ini, Trump berada di bawah tekanan tim penasihat dekatnya dan orang-orang Partai Republik agar menjaga jarak dari gerakan-gerakan sayap kanan radikal dan supremasi kulit putih di AS.

Mereka khawatir bahwa perkembangan gerakan sayap kanan radikal dan rasis akan merusak tatanan saat ini di Amerika, yang terdiri dari beragam etnis dan suku bangsa, dan menghidupkan konflik masa lalu di negara tersebut.

Gerakan-gerakan radikal dan anti-imigran berkontribusi banyak atas kemenangan Trump pada pilpres 2016. Mereka memilih Trump karena berjanji mengusir seluruh imigran gelap dari Amerika dan melarang Muslim masuk ke negara itu.

Jika Trump ingkar janji, maka posisinya akan dipertaruhkan di hadapan komplotan yang disebut Deep State atau “Pemerintah Bayangan.” (RM)