MSF Kekurangan Staf Medis untuk Tangani Difteri di Kamp Pengungsi Rohingya
https://parstoday.ir/id/news/world-i48837-msf_kekurangan_staf_medis_untuk_tangani_difteri_di_kamp_pengungsi_rohingya
Sebuah badan amal medis internasional menyatakan, petugas kesehatan di kamp pengungsi Rohingya di Bangladesh sedang berusaha keras menghadapi kekurangan staf medis untuk memberikan antitoksin pada pasien yang terinfeksi difteri.
(last modified 2025-11-30T09:45:39+00:00 )
Des 29, 2017 06:16 Asia/Jakarta
  • pengungsi Rohingya
    pengungsi Rohingya

Sebuah badan amal medis internasional menyatakan, petugas kesehatan di kamp pengungsi Rohingya di Bangladesh sedang berusaha keras menghadapi kekurangan staf medis untuk memberikan antitoksin pada pasien yang terinfeksi difteri.

Dokter Lintas Batas (MSF), badan yang menangani wabah penyakit bakteri di kamp-kamp para pengungsi Muslim Rohingya Myanmar, menyatakan pada Kamis (28/12/2017) bahwa pihaknya telah berhasil menyediakan antitoksin hanya sekitar 12 pasien setiap hari karena kurangnya petugas medis terlatih.

Crystal van Leeuwen, seorang koordinator medis darurat MSF yang sekarang berada di Cox's Bazar lokasi kamp pengungsian, mengatakan bahwa badan tersebut juga menghadapi kekurangan antitoksin.

Rohingya

Dokter Lintas Batas, yang dikenal dengan MSF (Medecins Sans Frontieres), mengatakan telah merawat sekitar 2.000 pasien dalam beberapa minggu terakhir dan menerima sekitar 100 kasus baru setiap hari.

Wabah bakteri tersebut telah membunuh hampir puluhan orang di kamp yang padat pengungsi selama beberapa pekan terakhir.

Pada hari yang sama, pemerintah Inggris menyatakan telah mengirim sebuah tim yang terdiri lebih dari 40 dokter, perawat, dan petugas pemadam kebakaran ke Cox's Bazar untuk misi selama enam minggu guna menghadapi wabah difteri menyusul permintaan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan pemerintah Bangladesh.

WHO menilai difteri sebagai penyakit menular dengan cepat dan tersebar luas dengan potensi epidemi dan tingkat kematian hingga 10 persen.

MSF telah menyebut difteri sebagai penyakit "lama terlupakan di sebagian besar dunia berkat perluasan tingkat vaksinasi".(MZ)