Eksportir Senjata Terbesar di Dunia 2017
-
Alutsista produksi AS
Kontrak senjata dengan AS dan Eropa, telah menempatkan Arab Saudi sebagai pengimpor senjata kedua terbesar di dunia setelah India.
Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) dalam laporan terbaru, mengabarkan pertumbuhan pasar penjualan senjata di seluruh dunia. Tren ini didorong oleh meningkatnya konflik dan perang di berbagai belahan dunia. Eropa dan Amerika Serikat sangat diuntungkan dari perkembangan tersebut.
Sepertiga dari ekspor senjata dunia mengalir ke Timur Tengah, dan AS masih mempertahankan posisinya sebagai eksportir senjata terbesar di dunia selama lima tahun terakhir.
Laporan SIPRI mendokumentasikan tren pembelian dan penjualan senjata untuk periode 2013-2017. AS menguasai 34 persen dari total ekspor senjata dan menjadi eksportir senjata terbesar dunia. Selama periode 2013-2017, penjualan senjata AS naik 25 persen dalam lima tahun terakhir, dan menjual senjata ke 98 negara dunia.
Direktur SIPRI untuk Program Transfer Senjata dan Belanja Militer, Aude Fleurant mengatakan, kontrak senjata yang telah disetujui AS pada 2017 akan membuat negara itu tetap menjadi eksportir senjata terbesar di tahun-tahun mendatang.
Tahun lalu, Presiden AS Donald Trump menandatangani kontrak senilai 110 miliar dolar dengan Arab Saudi untuk penjualan senjata, dan ini menjadi kesepakatan senjata terbesar dalam sejarah Amerika.

Kontrak senjata dengan AS dan Eropa, telah menempatkan Arab Saudi sebagai pengimpor senjata kedua terbesar di dunia setelah India. Impor senjata negara itu naik tiga kali lipat dalam lima tahun lalu dibanding periode 2008-2012.
Seorang analis senior SIPRI, Peter Wezeman menuturkan, "Konflik kekerasan di Timur Tengah dan kekhawatiran tentang hak asasi manusia telah memunculkan perdebatan di Eropa Barat dan Amerika Utara tentang pembatasan penjualan senjata."
"Namun, AS dan negara-negara Eropa tetap menjadi eksportir utama senjata ke Timur Tengah dan memenuhi lebih dari 98 persen senjata yang dibutuhkan Arab Saudi dan India," tambahnya.
Ada hubungan langsung antara dolar minyak Saudi dan para pemimpin Arab di pesisir Teluk Persia dengan ekspor senjata. Pada dasarnya, AS dan negara-negara Eropa termasuk Inggris, Jerman dan Perancis, dengan menjual senjata ke Arab Saudi dan negara-negara lain di pesisir Teluk Persia, telah membuka ribuan lapangan kerja di negara mereka.
Penjualan senjata bisa bertahan jika krisis dan konflik di Timur Tengah terus berlanjut. Keuntungan paling besar dari krisis di kawasan ini akan mengalir ke industri-industri besar senjata di AS dan Eropa.
Wilayah Timur Tengah terbakar dalam bara api krisis dan ekstremisme selama beberapa tahun terakhir. Negara-negara Eropa dan AS memainkan peran utama dalam ketegangan di kawasan dengan mendukung ambisi Arab Saudi.
AS dan sekutunya telah mengirim kematian ke Timur Tengah dengan terus mempersenjatai Saudi. Perempuan dan anak-anak Yaman terbunuh dengan bom buatan Amerika dan Eropa selama hampir tiga tahun terakhir.
Meski demikian, mereka tetap tidak menghentikan ekspor senjata ke Arab Saudi dan mereka menganggap negara tersebut sebagai aliansi strategisnya di Timur Tengah. (RM)