Arah Kebijakan Luar Negeri AS di Era Pompeo
-
Mike Pompeo.
Penunjukan Direktur Dinas Intelijen Pusat (CIA), Mike Pompeo untuk memimpin Dapartemen Luar Negeri AS oleh Presiden Donald Trump, telah memunculkan banyak pertanyaan tentang arah kebijakan luar negeri Amerika ke depan.
Jika Senat mengkonfirmasikan keputusan Trump, maka lembaga diplomasi Amerika akan berada di tangan orang, yang telah memimpin sebuah gedung misterius di Langley selama satu tahun terakhir. CIA adalah badan intelijen terbesar dan paling banyak terlibat dalam berbagai operasi di dunia. Pemimpin lembaga itu bertugas mengawasi kegiatan intelijen AS, memata-matai, dan melakukan aksi sabotase di seluruh dunia.
Jadi, penunjukan sosok seperti Pompeo untuk menahkodai departemen luar negeri akan memperkuat pendekatan keamanan dalam kebijakan luar negeri AS. Terlebih, Trump ketika menjelaskan alasan pencopotan Rex Tillerson, mengatakan, "Saya memiliki kesamaan pandangan dengan Pompeo."
Pompeo tampaknya akan diminta untuk mengubah orientasi diplomasi Amerika ke arah pendekatan keamanan. Selama satu tahun lalu, Pompeo sebagai direktur CIA berkali-kali mendukung posisi keras Trump terhadap Korea Utara. Dia bersama Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih, H.R. McMaster, mendukung tekanan maksimum atas Pyongyang.
Untuk itu, kehadiran Pompeo diprediksi akan menambah tekanan AS terhadap Korea Utara, meskipun Trump menyambut tawaran perundingan dengan Kim Jong-un. Pendekatan kontradiktif ini akan menjadi salah satu tantangan Pompeo dalam memimpin departemen luar negeri AS.
Di sisi lain, Pompeo sama seperti Trump, menentang kesepakatan nuklir Iran. Salah satu alasan perpecahan Trump dengan Tillerson juga berhubungan dengan kesepakatan nuklir Iran.
Mengingat batas waktu untuk memperpanjang penangguhan sanksi nuklir terhadap Iran akan jatuh pada Mei mendatang, menlu baru AS akan memainkan peran penting untuk menentukan posisi negara itu; bertahan atau keluar dari kesepakatan nuklir.
Padahal, komunitas intelijen AS yang membawahi 16 instansi termasuk CIA, telah mengakui kepatuhan Tehran terhadap kesepakatan nuklir. Menurut komunitas intelijen, mempertahankan kesepakatan ini sejalan dengan keamanan nasional AS.
Namun, komentar Pompeo tentang kesepakatan nuklir selama setahun terakhir menunjukkan bahwa dia lebih mengedepankan pandangan presiden AS saat ini, daripada memperhatikan laporan yang dikeluarkan oleh komunitas intelijen.
Oleh karena itu, Pompeo kemungkinan akan mengarahkan departemen luar negeri AS untuk sepenuhnya mengikuti selera pribadi Trump, dan pendekatan seperti ini tentu akan berdampak negatif terhadap peran dan posisi Washington dalam sistem percaturan global. (RM)