Ketika Putin dan Mogherini Tidak Peduli Propaganda Netanyahu
(last modified Tue, 01 May 2018 08:26:18 GMT )
May 01, 2018 15:26 Asia/Jakarta
  • Percakapan telepon antara Benjamin Netanyahu dan Vladimir Putin
    Percakapan telepon antara Benjamin Netanyahu dan Vladimir Putin

Istana Kremlin Selasa dini hari (01/5) mengkonfirmasikan percakapan telepon Vladimir Putin, Presiden Rusia dengan Benjamin Netanyahu, Perdana Menteri Zionis Israel mengenai Rencana Aksi Bersama Komprehensif (JCPOA). Putin menegaskan pentingnya mempertahankan JCPOA dan menilai kesepakatan internasional ini urgen bagi mempertahankan stabilitas keamanan dunia.

Percakapan telepon dilakukan pasca propaganda terbaru Netanyahu terhadap Iran. Sementara Federica Mogherini, Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa hari Senin malam (30/4) mereaksi propaganda baru Netanyahu anti Iran seraya menegaskan, Republik Islam Iran selama ini komitmen dengan JCPOA.

Federica Mogherini, Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa

Netanyahu Senin malam menampilkan sejumlah foto, pamflet dan CD di hadapan kamera televisi dan mengklaim bahwa Iran memiliki program rahasia untuk memproduksi senjata nuklir. Klaim ini pada dasarnya hanya pengulangan dari apa yang disampaikan sebelumnya oleh Amerika soal aktivitas nuklir Iran yang disebut kemungkinan dimensi militer (PMD), dimana dokumen masalah ini telah ditutup oleh Badan Energi Atom Internasional. Jadi masalah penting bukan klaim itu sendiri tapi waktu penyampaian klaim baru Netanyahu terkait program nuklir Iran.

Tampaknya klaim itu disampaikan demi mengintensifkan tekanan terhadap Iran dengan mencermati semakin dekatnya tenggat waktu yang diberikan Donald Trump, Presiden Amerika untuk menerima syarat yang diinginkannya terkait JCPOA pada 12 Mei.

Anthony Scaramucci, mantan Direktur Komunikasi Gedung Putih mengklaim bahwa Trump akan memenangkan konflik intens dengan kekuatan global atas kesepakatan nuklir Iran kesuksesan seperti yang diraihnya dari perdebatan dengan Korea Utara.

Dengan mencermati sejumlah pertemuan tanpa hasil para pemimpin Eropa anggota kelompok 5 + 1, yakni Emmanuel Macron, Presiden Perancis dan Angela Merkel, Kanselir Jerman dengan Trump secara terpisah, kini giliran perdana menteri Israel berusaha mendorong Trump dan memperkuat klaimnya terhadap Iran dengan menyampaikan klaim-klaim soal program nuklir rahasia Iran yang bertujuan militer.

Menurut Vichslav Matazov, analis politik Rusia, tujuan Trump adalah memuaskan Netanyahu.

Donald Trump, Presiden Amerika

Rezim Zionis Israel selama ini menjadi pihak yang paling getol menentang Rencana Aksi Bersama Komprehensif (JCPOA) dan menolak kesepatan nuklir dengan Iran serta menuntut ditingkatkannya tekanan terhadap Iran. Tapi JCPOA akhirnya disepakati dan pada tahapan selanjutnya disahkan lewat ratifikasi resolusi 2231 yang direaksi keras oleh Israel dan para pejabat senior rezim ini mengambil sikap keras. Sekalipun demikian, JCPOA dilaksanakan sejak 16 Januari 2016 dan masih tetap berlanjut hingga kini, sekalipun dilanggar berkali-kali oleh Amerika. Namun para pejabat senior Israel, khususnya Netanyahu berharap banyak setelah Donald Trump menjadi Presiden Amerika dan sikap negatifnya terkait JCPOA.

Dengan demikian, klaim-klaim baru Netanyahu soal adanya program nuklir rahasia di Iran dapat menjadi propaganda baru bagi Trump untuk merusak JCPOA. Apa yang disampaikan dapat dijadikan alasan bagi Trump untuk lebih keras menolak kesepakatan nuklir ini dan memastikan pihak-pihak yang menolak pembatalan JCPOA. Tapi sikap Putin dan Mogherini soal klaim Netanyahu menunjukkan mereka mengetahui tujuan di balik pernyataan itu soal JCPOA dan tidak menggubrisnya.

Tags